Bank Indonesia

Bank Indonesia Perkuat Strategi Jaga Stabilitas Rupiah di Tengah Ketidakpastian Global

Bank Indonesia Perkuat Strategi Jaga Stabilitas Rupiah di Tengah Ketidakpastian Global
Bank Indonesia Perkuat Strategi Jaga Stabilitas Rupiah di Tengah Ketidakpastian Global

JAKARTA — Bank Indonesia (BI) terus memantapkan langkahnya untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah tekanan eksternal yang dipicu ketidakpastian pasar global. Salah satu senjata utama yang diandalkan adalah kebijakan intervensi cermat atau smart intervention, yang difokuskan pada instrumen pasar valuta asing, termasuk pasar non-deliverable forward (NDF) dan pasar offshore.

Langkah tersebut dilakukan seiring dengan komitmen Bank Indonesia untuk memastikan nilai tukar Rupiah tetap stabil dan mencerminkan fundamental ekonomi domestik yang kuat. Dalam beberapa pekan terakhir, Rupiah tercatat mengalami penguatan di tengah ketidakpastian global yang tinggi.

Bank Indonesia menyampaikan bahwa strategi ini mulai menunjukkan hasil positif. Berdasarkan data Bloomberg per Senin, 26 Mei 2025, nilai tukar Rupiah menguat sebesar 5,50 poin atau 0,03 persen ke level Rp 16.212 per dolar AS. Penguatan tersebut menandai tren positif yang tengah dialami oleh mata uang Garuda, meskipun kondisi eksternal belum sepenuhnya kondusif.

“Bank Indonesia akan all out untuk membuat rupiah itu lebih stabil. Kami akan mengoptimalkan seluruh instrumen yang tersedia, termasuk intervensi di pasar offshore, pasar spot, dan pasar DNDF. Bila diperlukan, BI juga siap melakukan transaksi pembelian di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dalam negeri,” ujar seorang pejabat BI.

Langkah-langkah intervensi ini tidak hanya ditujukan untuk meredam volatilitas jangka pendek, tetapi juga untuk membangun kepercayaan pelaku pasar terhadap stabilitas makroekonomi Indonesia. Bank Indonesia juga menegaskan bahwa pendekatan ini dilakukan secara hati-hati dan terukur, dengan mempertimbangkan perkembangan domestik dan global secara berimbang.

Ketidakpastian Global Masih Membayangi

Meski menunjukkan kinerja yang menguat dalam beberapa hari terakhir, Bank Indonesia tetap mencermati ketidakpastian global yang tinggi. Situasi geopolitik, tren suku bunga global, serta pergerakan mata uang utama seperti dolar AS masih menjadi faktor eksternal dominan yang mempengaruhi stabilitas Rupiah.

“Intinya sekarang adalah bagaimana kita bisa membuat Rupiah stabil dulu. Karena memang, sebagaimana disampaikan oleh Gubernur BI, perkembangan global masih sangat tidak pasti,” jelas pejabat tersebut.

Ketidakpastian ini membuat Bank Indonesia menempatkan stabilisasi nilai tukar sebagai prioritas utama dalam kebijakan moneter. Dengan memastikan Rupiah tetap stabil, BI juga menjaga agar inflasi terkendali dan daya beli masyarakat tetap terjaga.

Penguatan Rupiah, menurut data yang dihimpun hingga 26 Mei 2025, juga tercermin dari kinerja mata uang Asia lainnya. Rupiah tercatat menguat sebesar 2,6 persen sejak awal tahun. Dalam perbandingan regional, hanya Baht Thailand dan Ringgit Malaysia yang mencatat penguatan lebih tinggi, masing-masing 2,95 persen dan 2,64 persen. Sementara itu, Dolar Singapura menguat sebesar 1,9 persen dan Peso Filipina menguat 1,03 persen.

Fokus Intervensi Terarah dan Responsif

Bank Indonesia menegaskan bahwa intervensi yang dilakukan tidak bersifat agresif tanpa arah, tetapi melalui pendekatan yang terfokus dan responsif terhadap dinamika pasar. Instrumen yang digunakan antara lain:

Intervensi di pasar spot untuk meredam volatilitas jangka pendek.

Optimalisasi penggunaan non-deliverable forward (NDF) untuk mengantisipasi ekspektasi pasar.

Intervensi di pasar offshore guna menjaga kestabilan permintaan dan suplai valas.

Potensi pembelian SBN sebagai langkah stabilisasi jika diperlukan.

Langkah ini turut mendukung upaya menjaga cadangan devisa yang sehat serta meningkatkan efisiensi pasar valuta asing nasional. Selain itu, Bank Indonesia juga terus bersinergi dengan kementerian terkait untuk mendukung stabilitas sistem keuangan nasional.

Respons Pasar dan Penguatan Fundamental

Respons pasar terhadap kebijakan ini relatif positif. Pelaku pasar mencermati langkah BI sebagai sinyal kuat bahwa stabilitas Rupiah akan tetap menjadi prioritas utama. Penguatan nilai tukar Rupiah juga didukung oleh kinerja ekspor yang solid, surplus neraca perdagangan, dan posisi cadangan devisa yang masih cukup untuk membiayai kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri.

Pada saat yang sama, Bank Indonesia terus mendorong peningkatan transaksi dalam mata uang lokal melalui program dedolarisasi dan kerja sama transaksi lokal currency settlement (LCS) dengan berbagai negara mitra seperti Malaysia, Thailand, Jepang, dan China. Upaya ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dan meningkatkan efisiensi transaksi lintas negara.

Penguatan Koordinasi dan Komunikasi

Kebijakan moneter yang responsif terhadap dinamika pasar ini juga diiringi dengan komunikasi publik yang intensif. Bank Indonesia secara rutin menginformasikan perkembangan nilai tukar dan kebijakan yang diambil agar pelaku pasar memiliki ekspektasi yang lebih terarah.

Dalam konteks ketidakpastian global saat ini, transparansi dan kejelasan arah kebijakan menjadi kunci utama dalam menjaga kepercayaan pasar. Oleh karena itu, koordinasi antara BI, Kementerian Keuangan, dan otoritas fiskal lainnya diperkuat untuk menjaga kesinambungan antara kebijakan moneter dan fiskal.

“BI telah mengantisipasi risiko-risiko eksternal dengan kebijakan yang fleksibel, tetapi tetap pro-stabilitas. Kebijakan intervensi ini dirancang untuk menjaga keseimbangan pasar, bukan mendistorsi mekanisme pasar,” tegas pejabat tersebut.

Menatap Sisa Tahun 2025 dengan Waspada

Memasuki paruh kedua tahun 2025, Bank Indonesia tetap menempatkan stabilitas nilai tukar dan inflasi sebagai fokus utama. Dengan menjaga stabilitas Rupiah, BI berharap dapat menciptakan ruang bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta mendorong investasi dan konsumsi domestik.

Di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, langkah-langkah proaktif dan terukur dari Bank Indonesia menjadi fondasi penting bagi ketahanan ekonomi nasional. Dengan penguatan strategi intervensi dan sinergi lintas sektor, stabilitas nilai tukar diharapkan dapat terus terjaga hingga akhir tahun.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index