Minyak

Harga Minyak Dunia Melonjak Didorong Optimisme Permintaan dari Tiongkok

Harga Minyak Dunia Melonjak Didorong Optimisme Permintaan dari Tiongkok
Harga Minyak Dunia Melonjak Didorong Optimisme Permintaan dari Tiongkok

Harga minyak dunia mengalami kenaikan pada Kamis, 2 Januari 2025, dipicu oleh optimisme terhadap peningkatan permintaan minyak mentah dari Tiongkok. Faktor ini menjadi salah satu pendorong utama pergerakan positif di pasar energi global.

Sebagaimana dilaporkan oleh Reuters, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2025 mencatat kenaikan sebesar US$1,41, atau sekitar 2 persen, dan diperdagangkan pada harga US$73,13 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari 2025 juga mengalami peningkatan senilai US$1,29, atau sekitar 1,7 persen, menjadikannya US$75,93 per barel di London ICE Futures Exchange.

Peningkatan harga minyak ini terjadi di tengah pernyataan Presiden Tiongkok Xi Jinping yang disampaikan dalam pidato awal tahun. Xi Jinping menegaskan bahwa pada tahun 2025, Tiongkok akan menerapkan lebih banyak kebijakan proaktif yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Langkah ini diharapkan dapat mendorong aktivitas industri di dalam negeri dan meningkatkan permintaan minyak mentah.

"Beijing berkomitmen untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan yang lebih progresif dan ramah industri," ujar Xi Jinping dalam pidatonya. Hal ini menimbulkan optimisme di pasar bahwa Tiongkok, sebagai salah satu konsumen minyak terbesar di dunia, akan meningkatkan impor minyak mentah mereka.

Laporan terbaru dari survei Caixin/S&P Global yang dirilis pada Kamis mengungkapkan bahwa aktivitas pabrik di Tiongkok tumbuh lebih lambat dari yang diperkirakan pada bulan Desember. Penurunan laju ini sebagian besar dipengaruhi oleh kekhawatiran terkait tarif impor yang akan diberlakukan oleh Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump. Namun demikian, beberapa analis melihat data tersebut sebagai katalis positif bagi harga minyak dunia, karena dapat mendorong Tiongkok untuk mempercepat stimulus ekonominya dalam merespons potensi tekanan dari kebijakan perdagangan AS.

"Permintaan minyak mentah cenderung meningkat seiring dengan langkah-langkah stimulus ekonomi yang dijalankan oleh Tiongkok untuk mengatasi perlambatan industri," kata seorang analis energi senior di sebuah lembaga keuangan di London. Ia menambahkan bahwa kebijakan ini berpotensi menjadi pendorong kuat bagi pertumbuhan permintaan energi global.

Selain itu, kekhawatiran akan pasokan juga turut berkontribusi pada kenaikan harga minyak. Beberapa tantangan geopolitik dan gangguan produksi di beberapa wilayah penghasil minyak membuat pasokan global lebih ketat, sehingga mendorong harga naik. Misalnya, ketegangan yang sedang berlangsung di Timur Tengah diketahui telah mempengaruhi ekspektasi penawaran minyak mentah.

Dalam perkembangan lain, organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) dan sekutunya dikabarkan terus mengamati perkembangan situasi pasar dengan seksama. Mereka siap untuk melakukan intervensi apabila diperlukan guna menyeimbangkan antara penawaran dan permintaan di pasar energi.

"Dengan adanya dinamika saat ini di pasar minyak, kami melihat potensi untuk menyeimbangkan kembali pasar energi pada paruh pertama tahun ini," ungkap seorang pejabat OPEC yang enggan disebutkan namanya. Organisasi tersebut tetap berkomitmen menjalankan perannya untuk menjaga stabilitas harga minyak di pasar global.

Secara keseluruhan, optimisme terhadap peningkatan permintaan minyak dari Tiongkok, dikombinasikan dengan berbagai faktor geopolitik dan ekonomi, telah menjadi penggerak utama dalam lonjakan harga minyak dunia. Saat situasi global terus berkembang, banyak pihak menantikan bagaimana kebijakan ekonomi dari negara-negara konsumen utama dan pengaruhnya terhadap tren permintaan energi di masa depan.

Harga minyak yang lebih tinggi tentu berpotensi mempengaruhi perekonomian global, mengingat dampaknya terhadap biaya produksi, harga barang, dan inflasi. Oleh karena itu, baik negara-negara konsumen maupun produsen energi terus memantau perkembangan situasi ini secara ketat untuk mengantisipasi dampak lanjutan yang mungkin terjadi.

Dalam konteks Indonesia, sebagai negara importir minyak dan bahan bakar, perubahan harga minyak dunia ini diharapkan bisa berimplikasi pada penyesuaian harga BBM di dalam negeri. Keputusan terkait hal ini akan menjadi bagian dari kebijakan energi nasional yang perlu disesuaikan dengan dinamika pasar internasional.

Untuk saat ini, pasar energi dunia tengah menantikan pembaruan data ekonomi dari Tiongkok serta kebijakan perdagangan AS yang dapat mempengaruhi jalur tren harga minyak ke depan. Sementara itu, investor dan pelaku industri energi di seluruh dunia terus mengadaptasi strategi mereka berdasarkan situasi pasar yang dinamis ini.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index