Stadion terbesar di Indonesia menjadi bukti betapa besarnya antusiasme masyarakat terhadap dunia sepak bola.
Meski begitu, sudah cukup lama negara ini belum meraih kesuksesan besar di ajang internasional. Di luar catatan prestasi tersebut, menyelenggarakan pertandingan yang aman dan bebas dari kontroversi tampaknya menjadi tantangan tersendiri.
Namun, di balik semua itu, Indonesia memiliki deretan stadion megah dengan fasilitas yang tidak kalah dengan stadion di negara lain.
Banyak stadion besar di Indonesia tidak hanya digunakan untuk menggelar laga sepak bola, tetapi juga menjadi venue untuk berbagai cabang olahraga lain, hingga acara berskala besar seperti konser musik, pameran, dan kampanye politik.
Karena fungsinya sebagai lokasi yang mampu menarik kerumunan dalam jumlah besar, stadion-stadion tersebut didesain untuk menampung ribuan penonton dengan nyaman dan aman.
Berdasarkan penjelasan tersebut, pertanyaannya adalah, di mana saja letak stadion paling besar di Indonesia dan berapa kapasitas yang dimilikinya? Berikut ulasan terkait daftar stadion terbesar di Indonesia yang dirangkum dari berbagai sumber.
Daftar Stadion Terbesar di Indonesia
Daftar stadion terbesar di Indonesia ini menunjukkan betapa megahnya fasilitas olahraga yang dimiliki negeri ini untuk berbagai ajang besar.
1. Jakarta International Stadium (JIS)
Berdasarkan informasi dari Stadium Database, Jakarta International Stadium menempati posisi sebagai stadion dengan kapasitas penonton terbesar di Indonesia pada tahun 2022, mampu menampung hingga 82.000 orang.
Pembangunan stadion berkapasitas besar ini diresmikan pada 2022, dimiliki oleh pemerintah DKI Jakarta, dan berlokasi di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Proyek pembangunannya dimulai pada masa kepemimpinan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta, meski dalam perjalanannya tercatat ada peran dari empat gubernur berbeda.
Area stadion ini dulunya adalah kawasan Taman Bersih Manusia Wibawa (BMW) dengan luas 66,6 hektare, yang merupakan aset Pemprov DKI Jakarta hasil dari penyediaan lahan fasilitas umum dan sosial oleh tujuh perusahaan swasta.
Pada 24 Agustus 2008, pemerintah daerah membongkar bangunan-bangunan liar di kawasan tersebut, seiring rencana membangun stadion berstandar internasional.
Sejarah Pembangunan
Sejak akhir 2000-an hingga awal 2010-an, muncul wacana membangun stadion baru untuk Persija Jakarta di atas lahan 26,5 hektare dekat Taman BMW. Saat itu, area tersebut ditempati bangunan liar yang berdiri secara ilegal selama bertahun-tahun.
Rencananya, stadion ini akan diberi nama “BMW Stadium” sesuai nama taman terdekat, dengan kapasitas 50.000 penonton, lintasan lari, serta target penyelesaian pada 2015.
Pembangunan ini juga direncanakan menggantikan Stadion Lebak Bulus yang dibongkar untuk proyek MRT Jakarta.
Namun hingga 2014, proyek belum berjalan akibat sengketa lahan antara penyewa sebelumnya dan pemerintah kota.
Rencana lain untuk membangun stadion berkapasitas 80.000 kursi demi persiapan Asian Games 2018 juga dibatalkan, dengan keputusan akhir untuk merenovasi Stadion Gelora Bung Karno pada akhir 2016.
Fasilitas
- Kapasitas
Menampung sekitar 82.000 penonton dengan tiga lantai tribun, dilengkapi area VIP dan kursi khusus penyandang disabilitas.
- Tempat Latihan
Memiliki dua lapangan latihan berstandar internasional, dua ruang serbaguna, empat ruang ganti, fasilitas toilet terpisah untuk pria dan wanita, empat wastafel, serta tribun penonton.
Lapangan ini dapat disewa publik melalui situs Gelora.id dengan tarif mulai dari dua juta rupiah.
- Area Publik
Area sekitar stadion difungsikan sebagai ruang publik, dilengkapi tempat ibadah, serta area komersial di sisi timur untuk mendukung biaya perawatan.
Terdapat juga program urban farming untuk memberdayakan warga sekitar, khususnya masyarakat Kampung Bayam.
Kawasan ini diharapkan menjadi pusat ekonomi baru Jakarta Utara, dengan tambahan fasilitas seperti wisata air di Sunter Utara, jogging track di sekitar danau, serta masjid terapung.
2. Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK)
Stadion serbaguna ini merupakan bagian dari kompleks Gelanggang Olahraga Bung Karno di Jakarta dan menjadi markas utama tim nasional sepak bola Indonesia.
Memiliki kapasitas 78.193 kursi, stadion ini diberi nama untuk menghormati Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno. Saat pertama kali diresmikan pada 1962, kapasitasnya mencapai 110.000 penonton.
Jumlah tersebut berkurang dua kali, menjadi 88.083 pada 2006 untuk penyelenggaraan Piala Asia AFC 2007, kemudian menjadi 77.193 pada renovasi tahun 2016–2017 menjelang Asian Games dan Asian Para Games 2018, seiring pemasangan kursi tunggal di seluruh tribun.
Dengan kapasitas 88.083, stadion ini pernah menjadi stadion sepak bola asosiasi terbesar ke-7 di dunia, dan kini berada di peringkat ke-28 dunia serta ke-8 di Asia.
Stadion ini menjadi tuan rumah berbagai ajang besar, termasuk final Piala Asia AFC 2007, upacara pembukaan dan penutupan Asian Games 2018, serta Pesta Olahraga Difabel Asia 2018.
Sejarah
Konstruksi dimulai pada 8 Februari 1960 dan selesai 21 Juli 1962, tepat sebelum perhelatan Asian Games bulan berikutnya. Proyek ini dibiayai oleh kredit lunak senilai US$12,5 juta dari Uni Soviet yang disepakati pada 23 Desember 1958.
Setelah renovasi untuk Piala Asia AFC 2007, kapasitas stadion dibatasi menjadi 88.083 kursi. Stadion dibagi menjadi 24 zona dengan 12 pintu masuk, tribun atas dan bawah, serta atap baja raksasa berbentuk cincin yang disebut temubangal.
Desain ini langka pada tahun 1962 dan bertujuan melindungi penonton dari panas matahari maupun hujan, sekaligus memperkuat kesan megah stadion.
Walau lebih dikenal dengan sebutan Stadion Gelora Bung Karno atau GBK, nama resminya adalah Stadion Utama Gelora Bung Karno karena di dalam kompleks juga terdapat fasilitas olahraga lain, seperti lapangan tenis dan stadion akuatik.
Pada masa Orde Baru, nama kompleks diubah menjadi “Kompleks Gelora Senayan” dan stadion menjadi “Stadion Utama Gelora Senayan” pada 1969 sebagai bagian dari kebijakan de-Soekarnoisasi oleh Presiden Suharto.
Nama aslinya dikembalikan pada 17 Januari 2001 oleh Presiden Abdurrahman Wahid melalui keputusan presiden.
Salah satu rekor penonton terbesar tercatat pada final United 1985 antara Persib Bandung dan PSMS Medan, yang dihadiri sekitar 150.000 orang. Pertandingan berakhir dengan kemenangan PSMS Medan.
3. Stadion Utama Palaran
Berlokasi di Palaran, Samarinda, Kalimantan Timur, stadion ini memiliki kapasitas 67.075 penonton dan dibangun oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur sebagai persiapan penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII.
Sayangnya, setelah digunakan untuk ajang tersebut, stadion ini terlihat kurang terawat dan jarang sekali difungsikan untuk menggelar acara olahraga, khususnya pertandingan sepak bola.
Peresmian stadion dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 18 Juni 2008. Stadion ini menjadi lokasi upacara pembukaan PON XVII pada 5 Juli 2008, serta upacara penutupan pada 17 Juli 2008.
Selain itu, PSSI menetapkannya sebagai venue babak 8 besar dan final Divisi Utama Indonesia 2008. Pada 2014, stadion ini sempat digunakan oleh klub Putra Samarinda di putaran kedua Indonesia Super League.
Kemudian, menjadi tuan rumah Piala Gubernur Kalimantan Timur II tahun 2018, yang berlangsung dari 23 Februari hingga 3 Maret 2018 sebelum dimulainya Liga 1 musim tersebut.
Terdapat perbedaan informasi terkait kapasitasnya. Minimnya data resmi membuat banyak pihak memperkirakan kapasitasnya berkisar antara 50.000 hingga 67.000 penonton. Padahal, desain awalnya hanya diperuntukkan bagi sekitar 30.000 orang.
Panitia penyelenggara pertandingan timnas U-19 pada 2014 mengonfirmasi kapasitas kursi sebanyak 35.000. Namun, DataIndonesia.id mencatat angka kapasitas sebesar 60.000 penonton.
4. Stadion Gelora Bung Tomo
Stadion serbaguna ini terletak di Surabaya dan merupakan bagian dari Kompleks Olahraga Gelanggang Olahraga Surabaya.
Diresmikan pada 6 Agustus 2010, stadion ini menjadi kandang baru bagi klub Persebaya Surabaya, menggantikan Stadion Gelora 10 November.
Fasilitas ini mampu menampung 46.806 penonton setelah proses renovasi yang dilakukan pada 2019–2020, sebagai persiapan Piala Dunia FIFA U-20 tahun 2023.
Selain digunakan untuk pertandingan sepak bola, stadion ini juga dirancang untuk berbagai kegiatan olahraga lainnya, meski pembangunan seluruh kompleks olahraga masih dalam proses.
5. Stadion Utama Riau
Terletak di Pekanbaru, Riau, stadion serbaguna ini selesai dibangun pada 2012. Fungsi utamanya adalah untuk pertandingan sepak bola, sekaligus menjadi lokasi upacara pembukaan dan penutupan Pekan Olahraga Nasional 2012.
Dengan kapasitas 44.000 penonton, pembangunannya menelan biaya hingga Rp 1,18 triliun. Proyek dimulai pada 2009 dan rampung tepat waktu menjelang perhelatan PON XVIII di Riau.
Stadion ini juga menjadi tuan rumah babak kualifikasi Kejuaraan AFC U-22 tahun 2013. Pada 2017, PSPS kembali menggunakan stadion ini untuk menggelar pertandingan Liga 2, selain Stadion Kaharuddin Nasution.
Namun, pada 2019, kondisinya dilaporkan memprihatinkan, dengan banyak kerusakan serta tindakan vandalisme di berbagai bagian fasilitas stadion.
6. Stadion Utama Papua Bangkit
Dikenal juga oleh warga setempat sebagai Stadion Harapan, stadion ini berada di Kompleks Olahraga Kampung Harapan, Desa Nolokla, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua. Memiliki kapasitas lebih dari 40.000 penonton, pembangunannya dimulai pada akhir 2016 dan rampung pada Mei 2019.
Stadion ini bukan milik individu, melainkan menjadi aset masyarakat Papua. Letaknya memberikan panorama indah, dengan Pegunungan Cycloop di utara dan Danau Sentani di selatan.
Arsitektur stadion dihiasi motif khas Papua dan dilengkapi pencahayaan eksterior berwarna yang memukau saat malam hari.
Pembangunannya dipersiapkan khusus untuk Pekan Olahraga Nasional ke-20 tahun 2021, yang untuk pertama kalinya digelar di Papua.
7. Stadion Batakan
Berlokasi di Balikpapan, stadion ini dirancang khusus untuk menggelar pertandingan sepak bola. Dengan kapasitas 40.000 kursi, saat ini menjadi markas bagi klub Persiba Balikpapan.
8. Stadion Gelora Bandung Lautan Api
Stadion yang berada di Desa Rancanumpang, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, Jawa Barat ini memiliki daya tampung hingga 38.000 penonton. Letaknya strategis, berada di antara ruas Tol Purbaleunyi km 149 dan jalur bypass Soekarno-Hatta Bandung.
Akses menuju stadion dapat ditempuh melalui jalan tol khusus di KM 149 Tol Purbaleunyi, jalur ke Stasiun Cimekar, serta Jalan Rancanumpang. Pemerintah juga membangun ruas jalan baru sepanjang ±2 km di samping jalan yang sudah ada. Stadion ini menjadi salah satu kebanggaan masyarakat Jawa Barat.
Awalnya, pembukaan dan peresmian direncanakan pada 31 Desember 2012, namun ditunda hingga 10 Mei 2013 karena proses pembangunan belum selesai akibat faktor cuaca dan kendala lainnya.
Acara peresmian dipimpin oleh Wali Kota Bandung, Dada Rosada, dan dihadiri oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Wakil Gubernur Dede Yusuf, Wakil Wali Kota Ayi Vivananda, serta sejumlah tokoh lainnya. Sekitar 5.000 orang hadir dalam seremoni tersebut.
9. Stadion Kanjuruhan
Terletak di Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Stadion Kanjuruhan merupakan markas bagi Arema FC yang berlaga di Liga 1, serta Persekam Metro FC di Liga 3.
Stadion ini mampu menampung sekitar 30.000 penonton. Namanya diambil dari Kerajaan Kanjuruhan, kerajaan bercorak Hindu yang berdiri pada abad ke-19.
Pada 2 Oktober 2022, usai kunjungan Presiden FIFA dan Menpora/PSSI, namanya sempat disematkan dengan sebutan "Stadion Kanjuruhan Disaster" sebagai bentuk peringatan atas tragedi kelam yang terjadi.
Insiden tragis tersebut berlangsung pada Sabtu, 1 Oktober 2022, ketika pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya berakhir duka. Sebanyak 135 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya terluka.
Kejadian ini menjadi salah satu hari paling kelam dalam sejarah sepak bola Indonesia dan dunia.
Momen yang seharusnya diisi dengan semangat dan kebersamaan berubah menjadi duka mendalam, meninggalkan kerusakan yang masih membekas di Stadion Kanjuruhan hingga kini.
10. Stadion Aji Imbut
Berlokasi di Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, Stadion Aji Imbut memiliki kapasitas sekitar 35.000 penonton. Pembangunannya dipersiapkan untuk Pekan Olahraga Nasional XVII tahun 2008.
Sebelum diresmikan pada 28 Maret 2011 oleh Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak, stadion ini dikenal dengan nama Stadion Tenggarong Madya atau Stadion Kudungga.
Nama "Aji Imbut" diambil dari gelar Raja Aji Muhammad Muslihuddin, tokoh penting dalam sejarah Kesultanan Kutai Kartanegara.
Berdasarkan catatan sejarah, Aji Imbut berencana memindahkan pusat pemerintahan dari Marangan (kini wilayah Loa Kulu dan Jembayan) menuju daerah hulu. P
erjalanan tersebut membawanya menyeberangi Sungai Mahakam, hingga ia bermalam di kawasan Gersik (saat ini bagian dari Kecamatan Perjiwa), sebelum menetapkan Tepian Pandan—yang kini dikenal sebagai Kota Tenggarong—sebagai ibu kota kesultanan pada 28 September 1782.
Sebagai penutup, keberadaan stadion terbesar di Indonesia menjadi kebanggaan tersendiri, sekaligus simbol perkembangan dunia olahraga di tanah air yang terus maju.