JAKARTA - Pergerakan harga batu bara sepanjang Juli 2025 menunjukkan dinamika yang menarik, khususnya pada periode kedua bulan ini. Berdasarkan data resmi yang dirilis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), terjadi penyesuaian harga batu bara acuan (HBA) ke angka yang lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.
Penyesuaian HBA ini menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan arah pasar energi global, khususnya bagi Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor batu bara terbesar dunia. Harga batu bara acuan kembali terkoreksi setelah sempat mengalami penguatan pada awal Juli.
Kementerian ESDM menetapkan harga batu bara acuan (HBA) periode kedua Juli 2025 turun menjadi 97,65 dolar AS per ton. Penetapan ini sesuai Keputusan Menteri ESDM Nomor 244.K/MB.01/MEM.B.2025 yang dipublikasikan dari Jakarta.
- Baca Juga Minyak Naik Dipicu Optimisme Ekonomi
“Harga komoditas batu bara mengalami penurunan sebesar 9,7 dolar AS per ton. Dari sebelumnya 107,35 dolar AS pada periode pertama Juli turun menjadi 97,65 dolar AS,” demikian tertuang dalam keputusan resmi tersebut.
Sebelumnya, pada periode pertama Juli, HBA sempat mencatat kenaikan cukup signifikan sebesar 8,74 dolar AS atau sekitar 8,86 persen per ton. Namun tren penguatan itu tidak bertahan lama.
Pergerakan Harga Dipengaruhi Tren Pasar
Penurunan HBA pada pertengahan Juli dipengaruhi berbagai faktor yang menggerakkan pasar global. Mulai dari fluktuasi permintaan energi, kebijakan ekspor dari negara-negara pemasok utama, hingga tren konsumsi energi di negara-negara besar seperti China dan India.
Secara umum, perubahan harga HBA memberikan sinyal pasar yang dinamis dan menuntut para pelaku industri untuk selalu mencermati tren global.
Penetapan harga batu bara acuan sendiri dilakukan secara rutin oleh Kementerian ESDM, sebagai acuan transaksi jual beli batu bara baik di pasar domestik maupun ekspor.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam keputusan tersebut menetapkan empat klasifikasi HBA berdasarkan nilai kalori batu bara yang diperdagangkan.
Detail Harga Batu Bara per Kategori Kalori
Berdasarkan keputusan tersebut, rincian harga HBA periode kedua Juli 2025 adalah sebagai berikut:
HBA (6.322 GAR): sebesar 97,65 dolar AS per ton, turun dibandingkan HBA periode pertama Juli 2025 yang sebelumnya berada di angka 107,35 dolar AS.
HBA I (5.300 GAR): justru mengalami kenaikan menjadi 75,94 dolar AS per ton, lebih tinggi dibandingkan periode pertama Juli yang tercatat 71,50 dolar AS.
HBA II (4.100 GAR): tercatat 48,35 dolar AS per ton, mengalami penurunan dari periode pertama Juli sebesar 49,78 dolar AS.
HBA III (3.400 GAR): mengalami kenaikan tipis menjadi 36,00 dolar AS per ton, naik dari periode sebelumnya di angka 35,87 dolar AS.
Fluktuasi harga antar kategori kalori batu bara ini menunjukkan bahwa meski secara umum HBA utama menurun, pasar untuk beberapa jenis kalori menampilkan pergerakan yang berbeda.
Sinyal Pasar Energi Global
Fenomena turunnya harga HBA secara umum namun naiknya beberapa kategori kalori rendah memberikan sinyal pasar yang menarik untuk dicermati. Dalam konteks global, sektor batu bara masih menjadi komoditas strategis di tengah pergeseran menuju energi bersih.
Indonesia sebagai produsen batu bara terbesar di kawasan Asia Tenggara secara rutin menetapkan HBA untuk memastikan transparansi dan kepastian transaksi perdagangan batu bara.
Harga acuan ini juga menjadi parameter penting bagi sektor industri energi domestik, termasuk perusahaan pembangkit listrik maupun industri yang mengandalkan batu bara sebagai sumber energi utama.
Tren Batu Bara di Tengah Transisi Energi
Meski terjadi tren penurunan harga, batu bara masih memainkan peran besar dalam memenuhi kebutuhan energi nasional dan global. Di tengah upaya transisi energi bersih, kebutuhan batu bara tetap tinggi untuk menopang sektor industri dan kelistrikan, terutama di negara-negara berkembang.
Namun, penyesuaian harga seperti ini juga memberikan ruang bagi Indonesia untuk tetap menjaga keseimbangan antara keberlanjutan energi, penerimaan negara, dan kelangsungan usaha sektor pertambangan.
Penyesuaian harga HBA secara berkala juga membantu pemerintah menjaga stabilitas iklim investasi di sektor pertambangan serta memastikan tata kelola sumber daya alam berjalan transparan.