JAKARTA - Keterbatasan bujet sering kali menjadi penghalang utama bagi masyarakat yang ingin memulai investasi properti, khususnya di wilayah Jabodetabek. Namun, ternyata masih ada sejumlah kawasan penyangga Jakarta yang menawarkan harga tanah jauh di bawah ekspektasi pasar urban—bahkan masih berada di bawah Rp 3,5 juta per meter persegi. Ini bisa menjadi angin segar bagi para pencari rumah pertama maupun investor properti pemula.
Seiring dengan semakin menipisnya ketersediaan lahan di Jakarta, daerah sekitar ibu kota kini menjadi sasaran baru dalam sektor properti. Pengembang pun mulai melirik kawasan yang memiliki potensi pertumbuhan, aksesibilitas memadai, dan harga yang masih bersahabat.
Berikut tiga lokasi yang disebut-sebut masih menyimpan potensi harga tanah murah di sekitar Jakarta.
- Baca Juga Harga Sembako di Sabang Stabil
1. Cibitung, Bekasi – Akses Tol dan KRL, Harga Masih Rendah
Cibitung, yang terletak di Kabupaten Bekasi, masuk dalam daftar wilayah yang menawarkan harga tanah cukup terjangkau dibandingkan area lain di Jabodetabek. Kawasan ini tengah berkembang pesat, apalagi dengan adanya infrastruktur seperti Tol Jakarta-Cikampek II Elevated dan KRL Cikarang Line.
“Kalau bicara properti murah, Cibitung itu harga tanahnya masih di kisaran Rp 2 juta sampai Rp 3 juta per meter persegi. Bahkan di area tertentu, masih bisa di bawah Rp 2 juta,” kata Chief Marketing Officer Urban Development, Eko Nugroho.
Menurut Eko, keberadaan kawasan industri besar dan rencana pembangunan transportasi massal menjadikan Cibitung salah satu lokasi prospektif bagi masyarakat menengah ke bawah yang ingin memiliki hunian.
Ia juga menambahkan, “Proyek properti kelas menengah banyak menyasar kawasan ini karena permintaannya cukup tinggi, terutama dari pekerja industri dan keluarga muda.”
2. Gunung Sindur, Bogor – Alternatif Baru dengan Harga Bersahabat
Nama Gunung Sindur mungkin belum sepopuler daerah lain seperti Cibubur atau Sentul, tetapi kawasan ini menyimpan potensi besar untuk investasi jangka panjang. Lokasinya berada di Kabupaten Bogor, tidak jauh dari kawasan BSD City dan Serpong di Tangerang Selatan.
“Gunung Sindur punya potensi besar karena secara geografis strategis dan harganya masih rendah. Harga tanahnya saat ini berkisar Rp 2 juta sampai Rp 3,5 juta per meter persegi,” jelas Eko.
Ia menambahkan bahwa Gunung Sindur kini mulai dilirik pengembang karena aksesibilitasnya meningkat, terlebih dengan kehadiran proyek infrastruktur yang sedang berjalan.
“Kawasan ini cocok untuk hunian tapak maupun investasi jangka panjang. Masih banyak lahan kosong, dan harga belum melonjak tajam seperti kawasan lain di sekitar Tangerang Selatan,” imbuhnya.
Gunung Sindur juga menawarkan suasana yang masih asri, cocok bagi keluarga yang ingin tinggal di kawasan semi-perkotaan, namun tetap memiliki konektivitas ke pusat kota.
3. Parung Panjang, Bogor – Dekat dengan Serpong dan Harga Kompetitif
Parung Panjang yang juga terletak di Kabupaten Bogor menjadi lokasi ketiga dengan harga tanah yang masih sangat kompetitif. Kawasan ini berbatasan langsung dengan wilayah elit seperti BSD dan Legok, namun memiliki banderol harga jauh lebih rendah.
“Harga tanah di Parung Panjang saat ini rata-rata antara Rp 2,5 juta sampai Rp 3 juta per meter persegi. Ini jauh lebih murah dibanding kawasan tetangganya di Tangerang Selatan yang bisa tembus Rp 8 juta hingga Rp 15 juta per meter persegi,” terang Eko Nugroho.
Ia menilai bahwa pengembangan transportasi publik seperti KRL Commuter Line jurusan Tanah Abang–Rangkasbitung sangat membantu meningkatkan mobilitas warga di kawasan ini.
“Banyak pengembang besar juga mulai masuk ke sini. Proyek hunian skala kota pun mulai dibangun, jadi ke depannya pasti akan berkembang signifikan,” ungkap Eko.
Dengan tren urbanisasi yang masih terus berjalan, Parung Panjang bisa menjadi area hunian masa depan dengan harga yang masih masuk akal untuk saat ini.
Investasi Sekarang, Panen di Masa Depan
Ketiga wilayah ini menjadi contoh nyata bahwa peluang investasi properti dengan harga terjangkau masih terbuka lebar, bahkan di sekitar wilayah megapolitan seperti Jakarta. Namun, karena faktor harga properti cenderung naik dari tahun ke tahun, masyarakat diimbau untuk tidak menunda pengambilan keputusan terlalu lama.
Eko Nugroho menegaskan, “Kalau menunggu sempurna, ya tidak akan mulai-mulai. Justru beli properti di lokasi yang sedang tumbuh akan memberikan capital gain yang besar dalam 5-10 tahun ke depan.”
Ia juga menyarankan agar calon pembeli memperhatikan akses jalan, rencana pengembangan wilayah, dan potensi infrastruktur transportasi sebelum memilih lokasi properti.
“Selain harga, yang paling penting adalah prospek jangka panjang. Properti itu bukan hanya tentang tempat tinggal, tapi juga aset yang bisa bertumbuh nilainya,” tutupnya.
Dengan informasi ini, calon pembeli rumah dan investor diharapkan bisa lebih bijak dalam memilih lokasi properti, terutama jika bujet terbatas. Tiga wilayah tersebut dapat menjadi alternatif yang menjanjikan, sekaligus bukti bahwa rumah murah di dekat Jakarta masih bukan sekadar angan-angan.