JAKARTA - Dalam upaya memperluas akses tenaga kesehatan Indonesia ke pasar kerja internasional, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) kembali meluncurkan program kelas internasional Bahasa Jerman di dua Politeknik Kesehatan (Poltekkes), yakni Poltekkes Medan dan Poltekkes Maluku. Peluncuran ini menandai perluasan dari program serupa yang sebelumnya telah sukses diterapkan di Poltekkes Jakarta III dan Poltekkes Bandung.
Langkah strategis ini merupakan bagian dari komitmen Kemenkes untuk meningkatkan kompetensi dan daya saing lulusan tenaga kesehatan Indonesia, khususnya dalam menghadapi kebutuhan tenaga perawat di negara-negara maju seperti Jerman.
"Kami ingin memperluas kelas Bahasa Jerman dengan Poltekkes lain, setelah Poltekkes Bandung dan Poltekkes Jakarta III, yaitu Poltekkes Medan dan Poltekkes Maluku," ujar Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan, drg. Arianti Anaya, MKM. Ia menambahkan bahwa total sudah ada 23 Poltekkes di bawah Kemenkes yang menyelenggarakan kelas internasional dengan tujuan penempatan kerja ke berbagai negara seperti Jerman, Jepang, dan Inggris.
Program ini dirancang tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan bahasa mahasiswa, tetapi juga untuk memberikan pemahaman budaya dan kesiapan kerja yang komprehensif. Mahasiswa akan menjalani pembelajaran Bahasa dan Budaya Jerman sebanyak 19 satuan kredit semester (SKS), yang diintegrasikan ke dalam kurikulum keperawatan selama delapan semester.
Kurikulum ini telah dianalisis dan distandardisasi untuk memastikan kesesuaian dengan kebutuhan institusi kesehatan di Jerman. Dalam pelaksanaannya, Kemenkes menggandeng Goethe-Institut, lembaga kebudayaan Jerman dengan reputasi internasional, untuk menjamin kualitas pengajaran Bahasa Jerman secara profesional dan konsisten.
Goethe-Institut akan memberikan pelatihan bahasa dengan metode pengajaran yang sesuai standar internasional. Hal ini sangat penting agar lulusan memiliki kemampuan komunikasi yang efektif, sesuai dengan kebutuhan tempat kerja di Jerman yang membutuhkan interaksi pasien secara intensif.
"Kerja sama dengan Goethe-Institut merupakan bentuk keseriusan kami untuk memastikan kualitas lulusan benar-benar siap bersaing di pasar kerja global," tegas drg. Arianti Anaya.
Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan RI, juga menegaskan bahwa inisiatif ini bukan hanya tentang penguasaan bahasa asing, tetapi menyangkut peningkatan kualitas pendidikan vokasi secara menyeluruh. "Upaya ini dilakukan untuk menyediakan lapangan kerja dan memberikan pendidikan yang lebih mendalam serta berkualitas bagi lulusan perawat dari Poltekkes di Indonesia," jelasnya.
Menurut Budi, lulusan dari program ini akan memiliki peluang besar untuk bekerja di Jerman, negara yang saat ini mengalami kekurangan tenaga perawat. "Kami ingin mereka tidak hanya bekerja di dalam negeri, tetapi juga mampu bersaing di luar negeri," imbuhnya.
Manfaat program ini bersifat dua arah. Bagi mahasiswa, mereka memperoleh bekal pendidikan dengan standar internasional dan keterampilan bahasa asing yang membuka jalan ke pasar kerja luar negeri. Bagi industri kesehatan, terutama di Jerman, program ini membantu memenuhi kebutuhan akan tenaga perawat profesional dan kompeten dari luar negeri.
Selain itu, program ini juga menjadi bagian dari rencana jangka panjang Poltekkes Kemenkes untuk menjadikan institusi pendidikan vokasi ini sebagai Pusat Unggulan Pendidikan Vokasi dan Profesi di Asia Tenggara pada tahun 2030. Salah satu strateginya adalah dengan terus meningkatkan kualitas lulusan melalui penguatan kerja sama internasional dan integrasi kurikulum global.
Langkah ini sejalan dengan tren globalisasi tenaga kerja dan kebutuhan negara-negara maju terhadap tenaga kesehatan terampil dari luar negeri. Di Eropa, terutama di Jerman, populasi lansia yang terus meningkat menyebabkan tingginya permintaan tenaga perawat asing. Program ini menjadi jembatan bagi perawat Indonesia untuk mengisi peluang tersebut.
Poltekkes Medan dan Poltekkes Maluku kini tengah mempersiapkan segala kebutuhan implementasi program ini. Mulai dari penyiapan tenaga pengajar Bahasa Jerman yang tersertifikasi, fasilitas laboratorium bahasa, hingga penguatan sistem administrasi pembelajaran.
"Kami optimistis bisa menjalankan program ini dengan baik, sebagaimana yang sudah diterapkan oleh Poltekkes Jakarta III dan Bandung. Ini adalah peluang emas bagi mahasiswa kami untuk menembus pasar kerja global," ungkap salah satu pejabat Poltekkes Maluku.
Program ini juga akan diintegrasikan dengan pelatihan kompetensi teknis dan soft skills yang sesuai dengan kebutuhan rumah sakit dan institusi kesehatan di Jerman. Termasuk pelatihan budaya kerja, etika profesi, serta adaptasi sosial dan lingkungan kerja di luar negeri.
Dengan segala kesiapan yang dilakukan, diharapkan mahasiswa lulusan program ini tidak hanya fasih berbahasa Jerman, tetapi juga memiliki kompetensi dan etos kerja yang mumpuni untuk bersaing di pasar kerja internasional.
"Kemenkes tidak hanya berfokus pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di dalam negeri, tetapi juga berperan aktif dalam memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan global, khususnya di negara-negara mitra seperti Jerman," pungkas drg. Arianti.
Pembukaan kelas internasional Bahasa Jerman di Poltekkes Medan dan Poltekkes Maluku ini menunjukkan komitmen kuat pemerintah dalam menciptakan peluang kerja baru bagi tenaga kesehatan Indonesia. Program ini diharapkan akan terus diperluas ke lebih banyak Poltekkes lainnya di seluruh Indonesia, guna menjawab tantangan dan peluang dunia kerja internasional yang semakin terbuka lebar.