JAKARTA - Tuberkulosis (TBC) bukan penyakit yang hanya menyerang orang dewasa. Anak-anak pun sangat rentan terhadap infeksi ini, yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penularannya melalui udara—airborne disease—membuat TBC mudah menyebar saat penderita batuk, bersin, atau berbicara tanpa penutup mulut. Oleh karena itu, para orang tua perlu mengetahui tanda-tanda awal agar bisa segera mengambil langkah pencegahan dan pengobatan.
Menurut data WHO Indonesia, lebih dari satu juta orang di Indonesia terjangkit TBC pada tahun 2022, dengan 140.700 di antaranya meninggal dunia. Jumlah ini menunjukkan bahwa TBC tetap menjadi masalah kesehatan serius di tanah air, termasuk bagi anak-anak. Anak yang terpapar kuman TBC sering kali tidak menunjukkan gejala secara kasat mata, sehingga kesadaran orang tua menjadi kunci utama dalam mendeteksi penyakit ini sejak dini.
5 Gejala Fisik TBC pada Anak
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyebutkan ada beberapa gejala fisik yang bisa menjadi tanda anak menderita TBC:
Turunnya berat badan atau stagnan dalam dua bulan terakhir. Penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya menjadi sinyal awal infeksi TBC.
Demam menetap atau berulang dalam dua minggu terakhir, meski umumnya suhu tubuh anak tidak terlalu tinggi.
Batuk berkepanjangan selama dua minggu atau lebih, yang tidak membaik meski sudah mengonsumsi antibiotik biasa.
Kelemahan dan lesu pada anak, terlihat dari penurunan aktivitas bermain atau kehilangan semangat.
Muncul benjolan di area leher, rahang bawah, ketiak, atau selangkangan. Benjolan ini biasanya merupakan pembengkakan kelenjar getah bening akibat infeksi.
Mengenali gejala ini sejak awal penting agar anak bisa segera mendapatkan pemeriksaan dan perawatan yang tepat. Orang tua disarankan untuk tidak menunda konsultasi ke fasilitas kesehatan ketika gejala muncul.
Kesulitan Diagnosis TBC pada Anak
Melansir Kemenkes RI, diagnosis TBC pada anak sering lebih menantang dibanding orang dewasa. Salah satu alasannya adalah pemeriksaan dahak yang tidak selalu efektif, karena anak kecil sulit mengeluarkannya. Oleh karena itu, pendekatan klinis dan pemeriksaan tambahan sering kali dibutuhkan untuk memastikan diagnosis.
Dengan pengobatan yang tepat, TBC pada anak dapat disembuhkan. Namun, jika obat tidak diminum secara disiplin hingga tuntas, risiko munculnya TBC resistan atau kebal obat menjadi tinggi. Kondisi ini akan membuat pengobatan lebih sulit dan meningkatkan risiko komplikasi serius.
Pencegahan TBC pada Anak
Selain mengenali gejala, pencegahan juga menjadi langkah penting. Beberapa upaya yang disarankan Kemenkes RI antara lain:
Vaksinasi BCG bagi bayi baru lahir untuk melindungi dari bentuk TBC berat, termasuk TBC pada otak dan organ vital lainnya.
Memberi asupan gizi seimbang, yang membantu menjaga sistem imun anak agar lebih kuat menghadapi infeksi.
Mencari sumber penularan TBC di lingkungan rumah atau sekitar agar bisa lebih waspada terhadap potensi risiko infeksi.
Terapi Pencegahan TBC (TPT) bagi anak yang tinggal serumah dengan pasien TBC aktif, untuk menurunkan kemungkinan tertular kuman.
Menjaga lingkungan rumah tetap bersih dan sehat, termasuk menjaga sirkulasi udara, menghindari kelembaban berlebih, serta memastikan sinar matahari masuk ke dalam rumah.
Selain langkah-langkah di atas, prinsip Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tetap harus diterapkan. Anak-anak yang terbiasa dengan kebiasaan higienis memiliki risiko lebih rendah terinfeksi berbagai penyakit, termasuk TBC.
Peran Orang Tua dalam Deteksi Dini
Deteksi dini TBC pada anak sangat bergantung pada kesadaran orang tua. Mengetahui gejala fisik, menjaga asupan gizi, memastikan vaksinasi lengkap, serta memperhatikan kondisi lingkungan adalah kunci pencegahan. Segera membawa anak ke fasilitas kesehatan ketika muncul gejala dapat memastikan diagnosis yang akurat dan pengobatan yang tepat.
Dengan memahami tanda-tanda TBC dan menerapkan langkah pencegahan, orang tua memiliki kesempatan besar untuk melindungi anak dari risiko penyakit yang bisa menjadi fatal jika tidak ditangani dengan benar. Pemahaman ini juga membantu menekan angka penularan di keluarga dan komunitas.
Tuberkulosis pada anak memang sering tersembunyi, tapi dengan pengetahuan dan kewaspadaan, penyakit ini bisa dikendalikan. Deteksi dini, perawatan disiplin, dan lingkungan sehat adalah kombinasi yang mampu menyelamatkan nyawa anak dari ancaman TBC.