Bank Indonesia

Bank Indonesia Optimistis Rupiah Stabil dan Menguat

Bank Indonesia Optimistis Rupiah Stabil dan Menguat
Bank Indonesia Optimistis Rupiah Stabil dan Menguat

JAKARTA - Di tengah dinamika ekonomi global yang belum sepenuhnya stabil, optimisme tetap mengemuka dari otoritas moneter Indonesia. Bank Indonesia (BI) memperkirakan nilai tukar rupiah akan menunjukkan kecenderungan menguat pada paruh kedua tahun 2025, seiring dengan menguatnya fundamental ekonomi domestik, terutama dari sisi ketahanan eksternal dan peningkatan belanja fiskal.

Proyeksi tersebut disampaikan oleh Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) Bank Indonesia, Firman Mochtar, dalam acara Taklimat Media yang digelar di Kantor BI, Jakarta. Ia mengungkapkan bahwa nilai tukar rupiah belakangan ini menunjukkan tren penguatan yang cukup signifikan dibanding kondisi beberapa bulan sebelumnya.

“Bahwa perkembangan terkini memang kursnya kan menguat. Kalau ingat dulu pada saat kita bagaimana waktu Lebaran, waktu lagi masih pada cuti kan. Kita masuk tuh, beresin kurs pada saat itu bagaimana kita lakukan intervensi secara kuat,” tutur Firman.

Ia merujuk pada periode usai Lebaran 2025 di mana nilai tukar rupiah sempat mengalami tekanan cukup besar. Kala itu, kurs rupiah sempat menyentuh level Rp16.700 per dolar AS, bahkan di pasar luar negeri sempat mencapai Rp17.300. Menyadari risiko ketidakstabilan yang bisa berlanjut, BI segera melakukan intervensi melalui pasar pengembangan atau market development funds (MDF).

“Sehingga kurs-nya pada saat itu yang sempat Rp16.700 ya. Di luar sana sempat Rp17.300, kita intervensi di MDF market, kemudian bertahan di Rp16.700,” jelas Firman.

Stabilitas Rupiah Menguat, Neraca Pembayaran Jadi Penopang

Kini, kondisi pasar keuangan berangsur stabil. Rupiah mulai menunjukkan penguatan dengan bergerak di kisaran Rp16.200 per dolar AS. Pencapaian ini diyakini tidak semata-mata hasil dari intervensi teknis jangka pendek, melainkan juga ditopang oleh ketahanan eksternal Indonesia yang membaik.

“Dan ini kami perkirakan karena ketahanan eksternal neraca pembayaran yang tadi kita perkirakan baik, impuls akan makin menguat, maka kita perkirakan ke depan kurs itu akan stabil dengan kecenderungan menguat,” ujar Firman.

Menurut dia, neraca perdagangan Indonesia masih menunjukkan surplus yang konsisten, didukung oleh ekspor yang solid dan aliran masuk modal asing yang tetap deras. Kombinasi dari faktor-faktor ini diyakini menciptakan ruang yang cukup besar bagi penguatan nilai tukar rupiah ke depan.

Di sisi lain, laporan Bloomberg pada Kamis ini mencatat bahwa rupiah ditutup menguat di pasar spot dengan nilai Rp16.295 per dolar AS. Angka tersebut naik 0,15 persen dibandingkan penutupan hari sebelumnya di posisi Rp16.303. Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (Jisdor) menunjukkan rupiah di level Rp16.283 per dolar AS, sedikit menguat dibanding hari sebelumnya di Rp16.298.

Stimulus Fiskal dan Belanja Pemerintah Jadi Faktor Tambahan

Bank Indonesia juga menilai bahwa stimulus fiskal yang lebih agresif pada semester II 2025 akan menjadi katalis tambahan bagi penguatan ekonomi secara umum, termasuk nilai tukar rupiah. Pemerintah diperkirakan akan menggenjot belanja negara pada paruh kedua tahun ini, baik melalui proyek-proyek infrastruktur maupun bantuan sosial dan program ekonomi lainnya.

“Pada semester II 2025 kondisi ekonomi pun diperkirakan bisa lebih baik,” kata Firman menambahkan.

Peningkatan belanja pemerintah tersebut diyakini akan mendorong pertumbuhan domestik, memperkuat daya beli masyarakat, serta meningkatkan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia. Efek lanjutan dari kondisi ini akan turut menopang kestabilan dan penguatan kurs rupiah.

Proyeksi Menuju Titik Keseimbangan Baru

Dalam publikasi sebelumnya, Bank Indonesia sempat menyatakan bahwa rupiah sedang menuju titik keseimbangan baru, seiring menurunnya ketidakpastian global dan menguatnya fundamental ekonomi dalam negeri. Dengan neraca transaksi berjalan yang tetap positif dan cadangan devisa yang memadai, tekanan terhadap rupiah relatif lebih rendah dibanding negara berkembang lainnya.

Meski begitu, BI tetap bersiaga menghadapi potensi risiko eksternal, termasuk dinamika suku bunga global dan pergerakan harga komoditas. Intervensi di pasar valuta asing, baik langsung maupun melalui instrumen derivatif, tetap akan menjadi bagian dari strategi menjaga stabilitas kurs.

Kesimpulan: Optimisme Beralasan atas Prospek Rupiah

Dengan beragam indikator yang menunjukkan arah perbaikan, optimisme Bank Indonesia terhadap stabilitas dan penguatan nilai tukar rupiah pada paruh kedua 2025 dinilai cukup beralasan. Ketahanan neraca pembayaran, surplus perdagangan, serta peningkatan belanja pemerintah menjadi fondasi utama bagi penguatan rupiah yang lebih berkelanjutan.

Meski tantangan global tetap ada, langkah antisipatif Bank Indonesia dan sinergi kebijakan fiskal-moneter diperkirakan cukup untuk menjaga kepercayaan pasar terhadap rupiah.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index