JAKARTA - Elon Musk, tokoh teknologi global dan CEO perusahaan Tesla serta SpaceX, mengambil langkah besar dalam dunia politik Amerika Serikat dengan mendirikan sebuah partai politik baru bernama Partai Amerika (American Party). Deklarasi ini dilakukan pada 4 Juli 2025 bertepatan dengan Hari Kemerdekaan AS, yang dianggap sebagai momentum simbolis untuk memulai reformasi sistem politik yang lebih representatif dan inklusif.
Langkah ini dilakukan sebagai bentuk perlawanan terhadap dominasi sistem dua partai di Amerika Serikat, yakni Partai Demokrat dan Partai Republik, yang menurut Musk telah gagal memenuhi aspirasi rakyat. Melalui pembentukan partai baru, Musk mendorong lahirnya tatanan politik yang lebih transparan, efisien, dan menjunjung prinsip-prinsip demokrasi yang adil.
Ketidakpuasan Terhadap Sistem Dua Partai Mendorong Pembentukan Partai Baru
Elon Musk memutuskan untuk mendirikan Partai Amerika sebagai respons terhadap apa yang ia anggap sebagai stagnasi dan penyimpangan dalam sistem politik AS. Ia menilai bahwa keberadaan dua partai dominan selama lebih dari dua abad telah menutup ruang bagi munculnya ide-ide politik baru, serta menghambat munculnya pemimpin alternatif yang membawa visi pembaruan nasional.
Menurut Musk, sistem dua partai telah menciptakan polarisasi berlebihan, melemahkan pengawasan publik terhadap kebijakan pemerintah, serta memperkuat praktik korupsi dan pemborosan anggaran. Ia meyakini bahwa untuk menghindari krisis fiskal yang lebih parah, negara membutuhkan partai baru yang mampu menawarkan solusi realistis berbasis inovasi dan efisiensi.
Pernyataan Musk diunggah melalui platform media sosial miliknya, X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter), di mana ia menyebut bahwa Amerika Serikat tengah berada dalam sistem satu partai terselubung yang menyamarkan dirinya sebagai demokrasi. Dalam unggahan yang sama, ia menekankan perlunya membentuk kekuatan politik baru yang dapat mengembalikan suara rakyat dalam pengambilan kebijakan.
Perselisihan dengan Trump Menjadi Titik Balik Politik Elon Musk
Sebelum mendirikan Partai Amerika, Musk diketahui sempat menjadi salah satu pendukung utama Donald Trump dalam pemilihan presiden 2024. Bahkan, ia tercatat sebagai donor politik terbesar dalam kampanye Trump pada saat itu. Namun, hubungan keduanya memburuk setelah Musk ditunjuk memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) dan mulai berselisih dengan kebijakan Trump, khususnya terkait anggaran negara.
Perseteruan memuncak ketika pemerintahan Trump mendorong pengesahan RUU ambisius yang dikenal sebagai One Big Beautiful Bill. RUU tersebut bertujuan meningkatkan belanja domestik secara signifikan, namun Musk menilai rencana ini hanya akan memperburuk utang nasional. Ia secara terbuka menentang RUU tersebut dan menyebutnya sebagai bentuk “perbudakan utang” yang membahayakan masa depan ekonomi negara.
Akibat penolakan terhadap kebijakan itu, Musk menyatakan tidak akan tinggal diam dan akan menantang anggota Partai Republik yang ikut mendukung RUU tersebut. Ia menyebut bahwa langkah ini menjadi komitmen pribadi untuk memastikan bahwa para politisi yang tidak menepati janji penghematan anggaran harus bertanggung jawab dalam pemilu mendatang.
Strategi Politik Terfokus: Targetkan Kursi Kunci di Kongres
Sebagai bagian dari strategi awal Partai Amerika, Elon Musk menyusun rencana untuk menargetkan sejumlah kursi strategis di Kongres, baik di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) maupun di Senat. Alih-alih membangun kekuatan nasional secara masif di awal, partai ini akan fokus pada 2 hingga 3 kursi di Senat dan sekitar 8 hingga 10 distrik DPR yang dinilai memiliki peluang perubahan signifikan.
Strategi ini bertujuan menjadikan Partai Amerika sebagai kekuatan penentu (swing vote) dalam pengambilan keputusan penting di legislatif. Musk menyampaikan bahwa pendekatan semacam ini akan lebih efektif dalam mendorong reformasi dibandingkan mencoba mendominasi semua area pemilu dalam waktu singkat.
Dengan struktur pemilu AS yang memungkinkan 435 kursi DPR diperebutkan setiap dua tahun dan sekitar sepertiga kursi Senat berganti secara berkala, langkah ini dinilai realistis oleh para analis politik. Fokus pada wilayah yang memiliki tren perubahan tinggi memberikan peluang besar bagi partai baru untuk menciptakan pengaruh jangka pendek yang berarti.
Ancaman Balasan dari Pemerintah dan Respons Opini Publik
Langkah politik Musk tidak berjalan tanpa perlawanan. Setelah secara terbuka menentang RUU unggulan pemerintahan Trump, muncul ancaman dari Gedung Putih yang menyatakan kemungkinan Musk akan dideportasi. Presiden Trump mengungkapkan bahwa pemerintah mempertimbangkan untuk mencabut dana federal dari perusahaan-perusahaan yang dimiliki atau dikelola oleh Musk, termasuk Tesla dan SpaceX.
Meskipun demikian, ancaman tersebut justru mendorong simpati publik terhadap Musk. Banyak kalangan menilai tindakan tersebut sebagai bentuk represi terhadap kebebasan politik dan kebebasan berbicara. Berbagai tokoh sipil dan akademisi menyatakan keprihatinannya dan menilai bahwa demokrasi seharusnya memberikan ruang bagi oposisi, termasuk dari pihak swasta dan pelaku inovasi.
Di sisi lain, dukungan masyarakat terhadap inisiatif Musk terlihat dari hasil jajak pendapat yang ia unggah di platform X. Survei tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden mendukung ide pembentukan partai baru. Dari lebih dari 1,2 juta suara yang masuk, dua dari tiga peserta menyatakan setuju untuk keluar dari sistem dua partai yang selama ini mendominasi.
Prospek Partai Amerika dan Dampaknya Terhadap Pemilu Mendatang
Meskipun masih sangat awal, kehadiran Partai Amerika sudah memicu diskusi serius tentang potensi perubahan arah politik di Amerika Serikat. Para pengamat memperkirakan bahwa partai ini bisa memecah dominasi dua partai lama dan membuka peluang bagi reformasi legislatif dan kebijakan publik yang lebih progresif.
Namun, beberapa pihak juga mengingatkan bahwa sejarah partai ketiga di AS seringkali berakhir dengan kegagalan atau justru memecah suara oposisi. Mereka merujuk pada pencalonan Ross Perot di tahun 1992 yang dinilai menjadi faktor kekalahan George H.W. Bush dan kemenangan Bill Clinton.
Kendati demikian, dengan modal sosial, teknologi, dan finansial yang kuat, Partai Amerika dinilai memiliki fondasi unik yang bisa mendobrak hambatan-hambatan tradisional dalam politik AS. Dukungan dari komunitas teknologi, investor, serta kelompok muda yang aktif secara digital menjadi kekuatan tambahan yang membedakannya dari partai ketiga di masa lalu.
Babak Baru Demokrasi Amerika Dimulai
Pendirian Partai Amerika oleh Elon Musk menandai dimulainya babak baru dalam demokrasi Amerika Serikat. Inisiatif ini tidak hanya menawarkan alternatif politik, tetapi juga menjadi simbol perlawanan terhadap sistem lama yang dianggap stagnan dan tertutup. Dengan dukungan publik yang tumbuh dan strategi yang terencana, Partai Amerika bisa menjadi motor penggerak bagi perubahan struktural dan kebijakan publik yang lebih bertanggung jawab.
Waktu akan membuktikan seberapa besar pengaruh partai ini dalam peta politik nasional. Namun satu hal pasti, Musk telah mengguncang fondasi lama dan membuka pintu untuk dialog baru tentang masa depan demokrasi Amerika.