Emas

Harga Emas Antam Turun Tipis Jadi Rp 1,93 Juta per Gram, Ini Rinciannya

Harga Emas Antam Turun Tipis Jadi Rp 1,93 Juta per Gram, Ini Rinciannya
Harga Emas Antam Turun Tipis Jadi Rp 1,93 Juta per Gram, Ini Rinciannya

JAKARTA — Harga emas batangan keluaran PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) kembali mengalami penurunan dalam perdagangan hari ini, Jumat, 20 Juni 2025. Berdasarkan data resmi dari situs Logam Mulia, harga emas Antam diperdagangkan di angka Rp 1.936.000 per gram, atau turun tipis sebesar Rp 1.000 dari harga sebelumnya yang berada di posisi Rp 1.937.000 per gram.

Meski penurunannya tipis, pergerakan harga emas dalam sepekan terakhir menunjukkan tren melemah secara konsisten. Pada awal pekan, harga emas batangan Antam sempat berada di posisi Rp 1.968.000 per gram. Namun sejak Selasa, 17 Juni 2025, harga emas mengalami koreksi, turun menjadi Rp 1.950.000 per gram. Tren tersebut berlanjut pada Rabu, 18 Juni 2025, dengan harga di posisi Rp 1.943.000 per gram, dan kemudian turun lagi menjadi Rp 1.937.000 per gram pada Kamis, 19 Juni 2025.

Artinya, dalam empat hari terakhir, harga emas Antam sudah turun sekitar Rp 32.000 per gram, atau mengalami koreksi sekitar 1,6 persen dari posisi tertingginya pada awal pekan.

Sementara itu, harga jual kembali (buyback) emas Antam pada perdagangan hari ini tercatat berada di angka Rp 1.780.000 per gram. Harga buyback ini berlaku jika masyarakat ingin menjual kembali emas batangan mereka kepada pihak Antam.

Penting untuk diketahui, setiap transaksi buyback emas dengan nilai di atas Rp 10 juta akan dikenakan pajak penghasilan (PPh) Pasal 22 sebesar 1,5 persen, sesuai ketentuan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 34/PMK.10/2017. Potongan pajak ini dilakukan secara otomatis dari nilai transaksi penjualan.

Tren Harga Emas Global Turut Berpengaruh

Pergerakan harga emas Antam dalam beberapa hari terakhir sejalan dengan fluktuasi harga emas global. Di pasar internasional, harga emas dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve), pergerakan nilai tukar dolar AS, hingga dinamika geopolitik global.

Mengutip data dari pasar internasional, harga emas dunia saat ini berada di kisaran US$ 2.320 per troy ounce. Harga tersebut relatif stabil setelah sebelumnya sempat menguat akibat ketegangan geopolitik di Timur Tengah serta ketidakpastian kebijakan suku bunga The Fed.

Namun, dalam beberapa hari terakhir, penguatan dolar AS dan ekspektasi pasar terhadap penundaan pemangkasan suku bunga oleh The Fed menjadi faktor utama yang menekan harga emas dunia.

“Harga emas global saat ini dalam fase konsolidasi karena pasar masih menunggu sinyal lebih jelas terkait arah kebijakan suku bunga The Fed,” ujar Analis Komoditas PT Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi.

Ibrahim menambahkan bahwa pelemahan harga emas Antam secara domestik merupakan respons dari pergerakan harga emas dunia serta penguatan rupiah terhadap dolar AS dalam beberapa hari terakhir. Penguatan rupiah otomatis membuat harga emas domestik menjadi lebih murah bagi konsumen lokal.

Faktor Geopolitik dan Ekonomi Global Jadi Sentimen Penggerak

Selain faktor moneter dan nilai tukar, ketegangan geopolitik global tetap menjadi salah satu sentimen penggerak harga emas. Konflik yang terus memanas di kawasan Timur Tengah antara Iran dan Israel turut menambah ketidakpastian pasar global. Biasanya, ketidakstabilan geopolitik menjadi pendorong naiknya harga emas sebagai aset safe haven.

Namun, saat ini pelaku pasar global cenderung mengambil sikap wait and see, sehingga kenaikan harga emas dunia tidak terlalu agresif. Kondisi inilah yang kemudian berdampak pada stabilnya harga emas di Indonesia, meskipun ada tren koreksi tipis dalam beberapa hari terakhir.

“Emas tetap menjadi pilihan investasi yang menarik, terutama dalam jangka panjang. Namun, dalam jangka pendek saat ini pergerakannya masih akan fluktuatif mengikuti perkembangan geopolitik dan kebijakan The Fed,” lanjut Ibrahim.

Investasi Emas Masih Jadi Pilihan Favorit

Di tengah kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian, investasi emas tetap menjadi salah satu instrumen favorit masyarakat Indonesia. Selain dianggap sebagai aset lindung nilai (hedging) terhadap inflasi, emas juga mudah dicairkan dan memiliki risiko fluktuasi harga yang lebih stabil dibandingkan instrumen investasi lainnya.

Menurut data dari World Gold Council (WGC), permintaan emas di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, terus meningkat dalam dua tahun terakhir. Hal ini dipicu oleh tingginya kebutuhan masyarakat akan instrumen investasi yang aman, terutama di tengah dinamika global yang penuh ketidakpastian.

Untuk mempermudah masyarakat berinvestasi emas, Antam melalui unit bisnis Logam Mulia menyediakan berbagai pilihan ukuran emas batangan mulai dari 0,5 gram hingga 1.000 gram. Selain itu, layanan pembelian emas juga sudah dapat dilakukan secara online melalui situs resmi logammulia.com atau mitra-mitra penjual resmi yang telah bekerja sama dengan Antam.

Pajak Buyback dan Perencanaan Investasi

Bagi masyarakat yang hendak menjual kembali emas batangan kepada Antam, penting untuk memperhatikan aturan terkait pajak penghasilan (PPh) Pasal 22. Transaksi buyback emas dengan total nilai di atas Rp 10 juta akan dikenakan PPh sebesar 1,5 persen bagi pemegang NPWP dan 3 persen bagi yang tidak memiliki NPWP.

Potongan pajak ini otomatis dilakukan oleh pihak Logam Mulia, sehingga nilai yang diterima penjual akan sudah bersih dari potongan pajak. Oleh karena itu, sebelum menjual emas, penting untuk menghitung estimasi nilai bersih yang akan diterima setelah dikurangi PPh.

Selain itu, para investor emas juga diimbau untuk memperhatikan tren harga emas internasional serta kondisi ekonomi global sebelum melakukan aksi jual atau beli, agar dapat memaksimalkan potensi keuntungan investasi.

Prospek Harga Emas dalam Waktu Dekat

Melihat kondisi pasar saat ini, para analis memperkirakan harga emas masih berpotensi bergerak fluktuatif dalam jangka pendek. Faktor utama yang akan mempengaruhi harga adalah keputusan kebijakan suku bunga The Fed serta perkembangan geopolitik di Timur Tengah dan Eropa.

Jika tensi geopolitik meningkat atau The Fed memberikan sinyal dovish terkait kebijakan suku bunga, harga emas global berpotensi kembali naik, yang juga akan berimbas pada harga emas domestik.

“Konsumen yang ingin membeli emas untuk investasi jangka panjang bisa memanfaatkan momentum koreksi harga saat ini. Namun untuk jangka pendek, volatilitas masih cukup tinggi,” pungkas Ibrahim.

Dengan perkembangan tersebut, masyarakat diimbau untuk selalu mengikuti informasi terkini terkait harga emas, baik di pasar domestik maupun internasional, agar bisa mengambil keputusan investasi secara tepat dan menguntungkan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index