Properti

Mega Insurance Catat Pertumbuhan Premi Asuransi Properti 14 Persen

Mega Insurance Catat Pertumbuhan Premi Asuransi Properti 14 Persen
Mega Insurance Catat Pertumbuhan Premi Asuransi Properti 14 Persen

JAKARTA — PT Asuransi Umum Mega (Mega Insurance) mencatat kinerja positif di lini asuransi properti sepanjang lima bulan pertama tahun ini. Hingga akhir Mei 2025, pendapatan premi asuransi properti Mega Insurance tercatat sebesar Rp158 miliar, tumbuh 14% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Peningkatan tersebut menjadi sinyal positif di tengah tantangan industri asuransi properti nasional yang justru mengalami kontraksi. Risk, Legal, and Compliance Director Mega Insurance, Diang Edelina, menyampaikan bahwa pertumbuhan premi ini merupakan hasil dari strategi perusahaan dalam melakukan seleksi bisnis yang lebih ketat.

"Nilai itu tumbuh 14%, jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu," ujar Diang.

Menurutnya, perusahaan secara konsisten menjaga kualitas portofolio asuransi dengan memperhatikan faktor risiko. Langkah yang dilakukan antara lain melalui seleksi bisnis yang lebih ketat, pengaturan term and condition yang sesuai, serta mengalihkan bisnis dengan rasio klaim (loss ratio) tinggi. Selain itu, Mega Insurance juga melakukan pengelolaan biaya klaim yang optimal, termasuk meningkatkan pelayanan klaim kepada nasabah.

Kontribusi Sektor Korporasi Dominan

Secara rinci, Diang menjelaskan bahwa kontribusi terbesar dalam portofolio asuransi properti berasal dari sektor korporasi. Hingga Mei 2025, premi asuransi properti dari sektor ini mencatatkan pertumbuhan lebih dari 10% secara Year on Year (YoY).

"Adapun premi sektor korporasi mendominasi dengan porsi lebih dari 50% dari total portofolio premi asuransi properti Mega Insurance per Mei 2025," ungkapnya.

Kinerja positif tersebut sekaligus menunjukkan kepercayaan sektor korporasi terhadap layanan perlindungan asuransi properti dari Mega Insurance. Dalam strategi ke depan, Diang menyebutkan bahwa lini asuransi properti akan tetap menjadi tulang punggung dalam pendapatan premi Mega Insurance sepanjang 2025.

"Kami memperkirakan lini asuransi properti Mega Insurance tetap dapat tumbuh dan bisa menjadi top 3 kontributor pendapatan premi perusahaan pada tahun ini," ujarnya optimistis.

Industri Asuransi Properti Nasional Masih Tertekan

Meskipun Mega Insurance mencatatkan pertumbuhan positif, gambaran industri secara nasional justru menunjukkan tren yang berbeda. Berdasarkan data dari Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), pendapatan premi asuransi properti secara nasional pada kuartal I-2025 tercatat sebesar Rp7,80 triliun. Angka ini turun 14,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencapai Rp9,08 triliun.

Ketua Umum AAUI, Budi Herawan, menjelaskan bahwa penurunan kinerja ini dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global. Menurutnya, banyak perusahaan korporasi yang saat ini melakukan efisiensi anggaran, termasuk dalam belanja perlindungan asuransi properti.

"Kontraksi yang terjadi di lini properti karena kondisi ekonomi global, sehingga sektor korporasi lebih banyak melakukan efisiensi terhadap pembelanjaan, termasuk asuransi," terang Budi dalam konferensi pers AAUI di kawasan Jakarta Selatan.

Lebih lanjut, Budi menambahkan bahwa efisiensi tersebut menyebabkan banyak perusahaan membatasi perlindungan asuransi hanya untuk beberapa platform bisnis yang dianggap sangat penting.

"Efisiensi yang dilakukan korporasi membuat mereka membatasi perlindungan untuk beberapa platform bisnis saja," imbuhnya.

Prospek Positif Didukung Penurunan Suku Bunga BI

Di tengah tantangan industri asuransi properti secara nasional, optimisme tetap muncul, salah satunya seiring dengan kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuannya. Seperti diketahui, BI Rate diturunkan menjadi 5,50% pada Mei 2025, langkah yang berpotensi mendorong investasi properti di Tanah Air.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga optimistis kebijakan penurunan suku bunga dapat memberikan efek positif terhadap industri asuransi, termasuk lini properti. Dengan biaya pendanaan yang lebih rendah, diharapkan sektor properti nasional bisa menggeliat kembali, yang secara otomatis meningkatkan kebutuhan akan perlindungan asuransi properti.

"Penurunan suku bunga BI di Mei 2025 berpotensi dorong kinerja asuransi properti," tulis laporan resmi OJK terkait perkembangan sektor asuransi nasional.

Diang Edelina dari Mega Insurance juga menyampaikan harapan serupa, bahwa pertumbuhan bisnis properti yang membaik di semester II 2025 diharapkan dapat memperkuat permintaan asuransi properti. Pihaknya juga akan terus fokus pada seleksi risiko agar kualitas pertumbuhan tetap terjaga.

"Kami tetap konsisten menjaga kualitas portofolio premi agar sejalan dengan prinsip underwriting yang sehat," tegas Diang.

Strategi Mega Insurance Hadapi Tantangan

Menghadapi berbagai tantangan di industri asuransi, Mega Insurance telah menyiapkan beberapa langkah strategis, antara lain:

Diversifikasi portofolio bisnis untuk memperluas basis pendapatan premi.

Peningkatan pelayanan klaim untuk menjaga kepercayaan nasabah.

Kolaborasi dengan mitra strategis di sektor properti dan perbankan untuk memperluas jaringan pemasaran.

Pengembangan produk asuransi berbasis digital guna memperluas jangkauan pasar.

Langkah-langkah ini diharapkan mampu menjaga posisi Mega Insurance sebagai salah satu pemain penting di industri asuransi umum, khususnya di segmen properti.

Di tengah tekanan industri asuransi properti secara nasional akibat perlambatan ekonomi global, Mega Insurance mampu membukukan pertumbuhan premi 14% per Mei 2025, dengan dominasi dari sektor korporasi. Perusahaan optimistis bahwa hingga akhir tahun, asuransi properti tetap akan menjadi salah satu pilar utama pendapatan premi.

Didukung kebijakan moneter yang lebih akomodatif dan strategi bisnis yang terfokus pada pengelolaan risiko yang baik, Mega Insurance berharap dapat mempertahankan tren positif ini hingga tutup buku 2025.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index