Freeport

Freeport Indonesia Pastikan Produksi Katoda Tembaga Dimulai Akhir Juni 2025, Smelter Gresik Siap RampUp

Freeport Indonesia Pastikan Produksi Katoda Tembaga Dimulai Akhir Juni 2025, Smelter Gresik Siap RampUp
Freeport Indonesia Pastikan Produksi Katoda Tembaga Dimulai Akhir Juni 2025, Smelter Gresik Siap RampUp

JAKARTA - PT Freeport Indonesia (PTFI) memastikan fasilitas smelter tembaga miliknya yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur, telah kembali beroperasi pascakebakaran hebat yang terjadi pada 14 Oktober 2024. Setelah melalui proses perbaikan intensif dan akselerasi pengerjaan, perusahaan menargetkan produksi katoda tembaga pertama akan dimulai pada pekan keempat bulan Juni 2025.

Proses pemulihan yang dilakukan setelah insiden kebakaran dinilai sangat cepat. Dalam waktu sekitar tujuh bulan, Freeport Indonesia bersama induk perusahaannya, Freeport-McMoRan (FCX), berhasil menyelesaikan perbaikan smelter lebih cepat dari jadwal semula.

“Kami bersyukur, berkat kerja keras seluruh tim dan dukungan dari FCX, smelter kami sudah mulai beroperasi kembali dan siap menghasilkan katoda tembaga mulai akhir Juni ini,” ujar Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Tony Wenas.

Produksi Katoda Dimulai Akhir Juni

Menurut Tony, proses produksi katoda tembaga dimulai dari pengolahan konsentrat yang dimasukkan ke dalam furnace untuk diubah menjadi anoda tembaga. Selanjutnya, anoda tersebut diproses lebih lanjut di electrorefinery hingga menjadi katoda tembaga murni.

“Setelah dimasukkan konsentrat, diolah di furnace menjadi anoda tembaga, kemudian dibawa ke electrorefinery untuk menjadi katoda tembaga,” ungkapnya.

Tahap awal produksi akan dimulai dengan kapasitas sekitar 40% dan secara bertahap akan meningkat. Fase ramp-up ini ditargetkan mencapai kapasitas produksi penuh sebesar 100% pada bulan Desember 2025.

Akselerasi Perbaikan Smelter

Tony Wenas menjelaskan bahwa upaya perbaikan pascakebakaran dilakukan secara maksimal dan menyeluruh. Lebih dari 2.000 tenaga kerja dikerahkan dalam dua shift untuk mempercepat proses perbaikan, pengadaan material, konstruksi, dan instalasi ulang peralatan.

Perusahaan juga menggunakan sejumlah pesawat kargo berbadan lebar guna mempercepat pengiriman peralatan penting dari luar negeri. Di antaranya, pesawat Boeing 747 dan Antonov AN-124 yang masing-masing mengangkut material dengan total lebih dari 300 ton.

“Dengan memprioritaskan keselamatan, kami berupaya maksimal agar perbaikan dan commissioning smelter selesai lebih cepat dan efisien. Setiap tahap kami lakukan dengan sangat hati-hati dan penuh perhitungan agar smelter secepatnya kembali berproduksi,” tegas Tony.

Peninjauan oleh Manajemen Freeport-McMoRan

Untuk memastikan kelancaran operasional smelter pascakebakaran, Chairman of the Board Freeport-McMoRan, Richard C. Adkerson, bersama Presiden dan CEO Freeport-McMoRan, Kathleen Quirk, melakukan peninjauan langsung ke fasilitas smelter di Gresik pada pertengahan Mei 2025. Dalam kunjungan tersebut, mereka memastikan kesiapan smelter untuk kembali beroperasi dan mendukung proses hilirisasi industri pertambangan nasional.

“Kedatangan pimpinan FCX ini adalah untuk memastikan Smelter PTFI mulai beroperasi kembali dengan baik setelah kejadian kebakaran pada 14 Oktober 2024,” jelas Tony.

Bukti Resiliensi dan Komitmen Hilirisasi

Menurut Tony, percepatan perbaikan smelter Gresik menjadi bukti nyata dari ketangguhan perusahaan dalam menghadapi tantangan operasional, sekaligus menunjukkan komitmen tinggi Freeport Indonesia terhadap agenda hilirisasi nasional.

“Beroperasinya kembali Smelter PTFI pada pekan ketiga bulan Mei ini adalah sebuah capaian yang sangat baik dan merupakan bukti nyata resiliensi perusahaan dalam mengatasi berbagai tantangan serta melaksanakan komitmen terhadap hilirisasi,” ujarnya.

Smelter tembaga Gresik ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Freeport untuk menjadi perusahaan tambang terintegrasi dari hulu ke hilir. Langkah ini sejalan dengan mandat pemerintah dalam Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), yang mewajibkan pelaku usaha pertambangan melakukan pengolahan dan pemurnian di dalam negeri.

Perkuat Industri Nasional dan Dukung Visi Indonesia Emas 2045

Dengan kembali beroperasinya smelter, Tony menegaskan bahwa hal ini menjadi langkah strategis dalam mendukung kemandirian industri nasional, memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam rantai pasok global tembaga, serta memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional.

“Akselerasi perbaikan dan produksi smelter ini menjadi bukti nyata PTFI sebagai perusahaan tambang terintegrasi dari hulu hingga hilir yang mendukung penuh program hilirisasi sumber daya mineral yang ditetapkan pemerintah sekaligus komitmen terhadap Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK),” kata Tony.

Dia juga menekankan bahwa kontribusi Freeport Indonesia tidak hanya terbatas pada aspek ekonomi, tetapi juga bagian dari visi besar Indonesia untuk menjadi negara maju pada tahun 2045.

“Sebagai bagian dari visi pemerintah menuju Indonesia Emas 2045, PTFI berkomitmen untuk terus berkontribusi dan memberikan nilai tambah bagi bangsa dan negara,” pungkas Tony.

Produksi Tembaga dan Prospek Ekspor

Dengan beroperasinya kembali smelter tembaga di Gresik, PTFI menargetkan pemulihan volume produksi dan penjualan yang sebelumnya terdampak akibat insiden kebakaran. Sejumlah laporan menyebutkan bahwa penjualan tembaga dan emas Freeport Indonesia sempat mengalami penurunan pada kuartal I-2025 akibat gangguan produksi.

Namun, dengan kembali aktifnya fasilitas pengolahan ini, prospek pemenuhan permintaan dalam negeri serta ekspor tembaga olahan dinilai akan meningkat secara signifikan. Hal ini diharapkan turut mendongkrak kontribusi sektor pertambangan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index