JAKARTA - Ambisi China untuk memperkuat ketahanan energi nasional kembali mencatat tonggak baru yang mencengangkan. Negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini mengumumkan penemuan cadangan minyak raksasa yang diperkirakan mencapai 100 juta ton, tersembunyi jauh di dasar Laut China Selatan. Penemuan spektakuler ini diumumkan oleh perusahaan migas milik negara, China National Offshore Oil Corporation (CNOOC), pada Senin, 1 April 2025.
Melansir dari IFL Science, Senin, 7 April 2025, ladang minyak yang dinamakan Huizhou 19-6 atau HZ19-6 ini terletak di kawasan dengan kedalaman laut yang ekstrem. Penemuan ini semakin mengukuhkan langkah agresif China dalam mengeksplorasi sumber daya energi di wilayah perairan yang juga kerap menjadi titik panas geopolitik di kawasan Asia-Pasifik.
Menurut laporan CNOOC, eksplorasi awal pada sumur uji HZ19-6-3 telah menunjukkan hasil yang sangat menjanjikan. Sumur ini berhasil dibor hingga kedalaman luar biasa, yakni mencapai 5.415 meter, dan menemukan total 127 meter zona yang mengandung minyak dan gas bumi. Dari hasil uji coba produksi, sumur ini mampu menghasilkan hingga 413 barel minyak mentah per hari, serta 2,41 juta kaki kubik gas alam per hari.
"Penemuan ini bukan hanya terobosan besar bagi industri energi China, tetapi juga langkah strategis untuk memperkuat ketahanan energi nasional di tengah tantangan global," ungkap pernyataan resmi CNOOC dalam pengumuman yang dikutip IFL Science.
Strategi Energi Nasional China
Penemuan ini menegaskan ambisi jangka panjang Beijing dalam mengurangi ketergantungan terhadap impor energi. Seiring meningkatnya kebutuhan energi domestik, terutama untuk menopang pertumbuhan industri dan urbanisasi yang pesat, pemerintah China terus menggenjot eksplorasi dan produksi energi dalam negeri.
Cadangan minyak baru di Huizhou 19-6 diperkirakan akan memberikan kontribusi signifikan terhadap suplai energi nasional dalam beberapa tahun ke depan. Lebih dari sekadar menambah cadangan, penemuan ini memperkuat posisi China sebagai salah satu kekuatan utama di sektor energi global.
CNOOC, yang memimpin proyek eksplorasi ini, menyebutkan bahwa hasil awal dari sumur uji membuka peluang bagi eksplorasi lebih lanjut di wilayah tersebut. "Kami yakin bahwa ladang ini menyimpan potensi yang jauh lebih besar daripada yang kami perkirakan sebelumnya," jelas pihak CNOOC.
Langkah ini juga sejalan dengan kebijakan pemerintah China untuk meningkatkan kemandirian energi di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan volatilitas harga energi global. Dengan adanya temuan ini, China dapat memperkuat posisinya dalam negosiasi energi global, sekaligus mengurangi kerentanannya terhadap fluktuasi pasar internasional.
Teknologi Eksplorasi Canggih
Keberhasilan dalam menemukan cadangan besar di Huizhou 19-6 tak lepas dari penerapan teknologi eksplorasi dan pengeboran mutakhir. Operasi pengeboran yang mencapai kedalaman lebih dari lima kilometer di bawah permukaan laut menunjukkan kemajuan signifikan dalam teknik eksplorasi laut dalam yang dikuasai oleh China.
Dalam penjelasan teknis yang disampaikan oleh CNOOC, sumur eksplorasi HZ19-6-3 dibor menggunakan peralatan berteknologi tinggi untuk menembus lapisan geologi kompleks di dasar laut. Eksplorasi ini berhasil mengidentifikasi zona kaya hidrokarbon, yang menjadi dasar optimisme perusahaan dalam pengembangan lebih lanjut.
Selain minyak, potensi besar juga ditemukan pada cadangan gas alam di lokasi yang sama. Dengan hasil uji coba yang mencapai lebih dari 2 juta kaki kubik gas per hari, Huizhou 19-6 diperkirakan akan menjadi salah satu pilar penting dalam strategi diversifikasi energi China.
Dampak Geopolitik di Laut China Selatan
Penemuan ladang minyak besar di Laut China Selatan ini tentu tidak bisa dilepaskan dari konteks geopolitik yang mengitarinya. Kawasan ini telah lama menjadi pusat sengketa wilayah antara China dan beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Vietnam, Filipina, dan Malaysia. Laut ini dikenal kaya akan sumber daya alam, baik minyak, gas, maupun hasil perikanan.
Dengan ditemukannya cadangan minyak sebesar 100 juta ton, posisi strategis China di kawasan ini diperkirakan akan semakin menguat. Penguasaan terhadap sumber daya energi di perairan ini berpotensi meningkatkan pengaruh Beijing dalam dinamika geopolitik regional dan global.
"Penemuan cadangan energi sebesar ini tentu akan memperbesar peran China dalam pasar energi internasional, sekaligus meningkatkan daya tawar Beijing dalam peta geopolitik global," tulis IFL Science dalam laporannya.
Meski demikian, penemuan ini juga berpotensi meningkatkan ketegangan dengan negara-negara lain yang memiliki klaim atas wilayah tersebut. Kendati China mengklaim bahwa eksplorasi dilakukan di wilayah yang sah menurut hukum nasionalnya, sengketa batas maritim masih menjadi isu yang terus bergulir.
Kontribusi terhadap Transisi Energi
Menariknya, selain mendukung ketahanan energi berbasis fosil, temuan ini juga sejalan dengan upaya China untuk melakukan transisi energi secara bertahap. Pemerintah China telah menetapkan target ambisius untuk mencapai netralitas karbon pada 2060. Dalam proses tersebut, gas alam — yang juga ditemukan dalam jumlah besar di Huizhou 19-6 — akan memainkan peran penting sebagai energi transisi.
Gas alam dianggap sebagai bahan bakar fosil yang lebih bersih dibandingkan batu bara atau minyak bumi. Dengan memanfaatkan potensi gas dari Huizhou 19-6, China berharap dapat mengurangi emisi karbon secara signifikan, sembari mempertahankan kestabilan pasokan energi domestik.
Dengan ditemukannya ladang minyak raksasa Huizhou 19-6 di bawah Laut China Selatan, China kembali menegaskan posisinya sebagai pemain utama dalam peta energi global. Penemuan ini bukan hanya menjadi kemenangan strategis dalam memperkuat ketahanan energi nasional, tetapi juga menjadi pendorong bagi ekspansi lebih lanjut dalam eksplorasi sumber daya alam.
Sebagaimana ditegaskan oleh CNOOC, “Penemuan ini bukan hanya terobosan besar bagi industri energi China, tetapi juga langkah strategis untuk memperkuat ketahanan energi nasional di tengah tantangan global.”
Kini, dunia menanti bagaimana langkah lanjutan China dalam mengelola penemuan besar ini, di tengah dinamika pasar energi yang semakin kompleks dan tantangan geopolitik yang kian memanas.