Jakarta - Libur Lebaran 2025 yang seharusnya menjadi momentum lonjakan kunjungan wisata justru menjadi catatan kelam bagi Pulau Popole, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang. Pulau kecil yang selama ini menjadi primadona wisata bahari di Banten kini tampak lengang, jauh dari keramaian wisatawan seperti tahun-tahun sebelumnya, Senin, 7 April 2025.
Ketidakhadiran wisatawan di Pulau Popole diduga kuat sebagai imbas dari pencemaran lingkungan serius yang terjadi beberapa bulan lalu. Insiden tumpahan batu bara dari kapal tongkang yang kandas di sekitar perairan Pulau Popole menyebabkan kerusakan ekosistem laut dan pesisir secara signifikan.
Akibat kejadian tersebut, air laut yang biasanya jernih berubah menjadi keruh. Hamparan pasir putih yang dulu menjadi daya tarik utama kini bercampur dengan sisa material batu bara berwarna hitam pekat. Bahkan, ribuan karung berisi batu bara masih menumpuk di sekitar kawasan pulau seluas 228 ribu meter persegi tersebut.
Batu bara tersebut diketahui berasal dari kapal pengangkut untuk kebutuhan operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Banten 2 Labuan, yang letaknya tidak jauh dari lokasi pulau.
Wisatawan Kecewa, Pulau Popole Tak Lagi Nyaman
Kondisi tersebut membuat sejumlah wisatawan yang sebelumnya antusias berlibur ke Pulau Popole merasa kecewa. Salah satunya adalah Jamiah, warga Cisata, Pandeglang, yang datang pada Minggu, 6 April 2025. Ia mengaku tak menyangka kondisi pulau berubah drastis dibanding kunjungan sebelumnya.
“Saya datang tidak ada pengunjung yang lain. Mungkin karena ada batu bara. Rupanya tidak nyaman kelihatannya juga. Harapannya bisa bagus lagi, bersih, nyaman, biar nanti wisatawan ke sini enak,” ujar Jamiah saat ditemui di lokasi.
Kekecewaan serupa juga dirasakan oleh Dedi, wisatawan lainnya yang datang bersama keluarganya. Ia bahkan tidak jadi turun ke pulau setelah melihat kondisi pantai yang dipenuhi sisa material batu bara.
“Tadinya niat kami mau berlibur di Popole. Tapi ketika mau bersandar tidak jadi turun, karena kondisinya kotor, banyak tercemar batu bara yang belum dibersihkan,” tutur Dedi.
Menurutnya, situasi tersebut sangat berbeda dengan suasana Pulau Popole pada musim Lebaran di tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, pulau ramai dipadati pengunjung, terutama keluarga yang membawa anak-anak untuk berenang dan bermain di pantai.
“Saya sih berharap sisa batu bara itu dibersihkan, supaya wisatawan bisa menikmati alam dengan dekat. Terus supaya pulau-pulau sekitar kita layak didatangi wisatawan. Apalagi biasanya kan ramai, banyak digunakan untuk renang sama anak-anak,” tambahnya.
Kerusakan Ekosistem Ancam Pariwisata Bahari Pandeglang
Pulau Popole dikenal luas sebagai salah satu destinasi wisata bahari unggulan di Pandeglang. Dengan pemandangan laut biru yang memesona dan pasir putih yang memikat, pulau ini sebelumnya menjadi favorit wisatawan lokal maupun luar daerah.
Namun, pasca insiden pencemaran batu bara, citra Pulau Popole mengalami penurunan drastis. Tidak hanya berdampak pada estetika pantai, kerusakan ekosistem laut juga diprediksi mengganggu keberlangsungan biota laut dan usaha pariwisata warga setempat.
Pengamat lingkungan dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Dr. H. Ahmad Rifai, menyebut bahwa pencemaran semacam ini dapat meninggalkan dampak jangka panjang terhadap ekosistem laut.
“Material batu bara yang terpapar ke laut dan pesisir dapat menurunkan kualitas air dan membahayakan organisme laut. Jika tidak segera dilakukan pembersihan dan rehabilitasi, kerusakan bisa bersifat permanen,” ujar Ahmad Rifai.
Masyarakat Desak Pemerintah Bertindak
Warga dan pelaku wisata lokal mendesak pemerintah daerah maupun pusat untuk segera turun tangan memulihkan kondisi Pulau Popole. Mereka khawatir jika tidak ada tindakan cepat, potensi wisata bahari yang selama ini menjadi andalan ekonomi lokal akan tergerus.
“Kami harap pemerintah segera bersihkan batu bara itu. Pulau Popole ini aset wisata kami. Kalau dibiarkan terus, siapa lagi yang mau datang?” ucap Udin, pemilik perahu wisata di kawasan Labuan.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari otoritas terkait mengenai langkah lanjutan pasca insiden pencemaran batu bara di perairan Pulau Popole. Namun masyarakat berharap, momentum libur Lebaran yang sepi ini bisa menjadi pengingat penting akan perlunya pengelolaan lingkungan yang lebih bertanggung jawab.