Minyak

Harga Emas Berfluktuasi, Minyak Anjlok Usai Pengumuman Tarif Baru Trump

Harga Emas Berfluktuasi, Minyak Anjlok Usai Pengumuman Tarif Baru Trump
Harga Emas Berfluktuasi, Minyak Anjlok Usai Pengumuman Tarif Baru Trump

JAKARTA – Harga emas mengalami lonjakan sebelum pengumuman tarif baru oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, tetapi kembali melemah pada Kamis pagi waktu setempat. Meskipun begitu, harga emas masih bertahan di sekitar rekor tertinggi, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap dampak kebijakan perdagangan tersebut.

Trump mengumumkan tarif dasar sebesar 10% untuk impor ke Amerika Serikat, yang akan mulai diberlakukan pada 5 April. Selain itu, tarif tambahan dijadwalkan mulai berlaku pada 9 April untuk berbagai kategori barang lainnya. Kebijakan ini memicu reaksi kuat di pasar komoditas global, terutama emas dan minyak.

Harga Emas Melemah Setelah Sempat Menguat

Kontrak berjangka emas (GC=F) mengalami penurunan sebesar 0,6% menjadi USD 3.146 per ons, sementara harga emas spot juga turun 0,3% ke level USD 3.124,63 per ons. Meski begitu, permintaan terhadap emas tetap tinggi, terutama sebagai aset safe haven dalam situasi ketidakpastian ekonomi.

Para investor beralih ke emas sebagai bentuk lindung nilai terhadap inflasi. Kekhawatiran bahwa bea masuk akan semakin menekan harga barang impor turut memperkuat permintaan terhadap logam mulia ini.

“Dalam masa ketidakpastian, investasi yang cenderung berkinerja baik adalah emas. Ini karena emas sering kali bertindak sebagai aset safe haven,” ungkap Victoria Hasler, Kepala Riset Dana di Hargreaves Lansdown, dikutip dari Yahoo Finance.

Hasler juga mencatat bahwa pada kuartal pertama 2025, harga emas telah meningkat sebesar 14,70%. “Meskipun kami tidak mengharapkan kenaikan ini berlanjut dengan kecepatan yang sama, ketidakpastian yang terus berlanjut serta peningkatan pembelian dari bank sentral, terutama di pasar negara berkembang, menunjukkan bahwa komoditas ini kemungkinan akan terus mendapat dukungan,” tambahnya.

Harga Minyak Anjlok Tajam

Di sisi lain, pasar minyak mengalami tekanan besar setelah pengumuman tarif baru AS. Harga minyak mengalami penurunan signifikan karena kekhawatiran terhadap dampak kebijakan tarif terhadap permintaan global terhadap bahan bakar.

Kontrak berjangka minyak Brent turun 3,2% menjadi USD 72,56 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mengalami penurunan 3,3% ke USD 69,32 per barel.

Analis komoditas dari ING, Warren Patterson dan Ewa Manthey, menyatakan bahwa skala tarif yang diterapkan Trump akan meningkatkan kekhawatiran terkait permintaan global. “Selain itu, ketidakpastian meningkat dengan pasar menunggu bagaimana mitra dagang akan merespons kebijakan ini,” kata mereka.

Dalam upaya mengatasi volatilitas pasar, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) dijadwalkan mengadakan pertemuan telekonferensi pada hari ini. Pertemuan tersebut bertujuan untuk membahas kepatuhan anggota terhadap target produksi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut laporan dari para analis ING, OPEC+ telah berencana untuk mengembalikan tambahan pasokan sebesar 138.000 barel per hari ke pasar bulan ini. Langkah ini merupakan bagian dari strategi untuk secara bertahap mengakhiri pemotongan pasokan sebesar 2,2 juta barel per hari.

“Kami juga kemungkinan akan mendapatkan kejelasan apakah kelompok ini akan melanjutkan pembukaan kembali pasokan pada bulan depan. Namun, meskipun OPEC+ menambah pasokan ke pasar, beberapa anggota masih perlu melakukan pemotongan kompensasi akibat kelebihan produksi sebelumnya, yang seharusnya dapat menyeimbangkan peningkatan pasokan yang direncanakan,” jelas para analis ING.

Pasar Saham Tertekan Akibat Ketidakpastian Global

Dampak kebijakan tarif Trump juga merambat ke pasar saham global. Indeks FTSE 100 (^FTSE) mengalami penurunan sebesar 1,1% menjadi 8.512 poin pada Kamis pagi. Penurunan ini mencerminkan kehati-hatian investor dalam menghadapi ketidakpastian global yang dipicu oleh kebijakan perdagangan baru serta volatilitas di pasar komoditas.

Ketidakpastian ekonomi yang diakibatkan oleh kebijakan perdagangan AS ini tidak hanya berimbas pada harga emas dan minyak, tetapi juga memperburuk sentimen di pasar saham global. Para investor terus mencermati perkembangan lebih lanjut terkait bagaimana negara-negara mitra dagang utama AS akan merespons kebijakan tarif tersebut.

Dengan volatilitas yang meningkat di berbagai sektor, para analis menyarankan investor untuk tetap berhati-hati dan mempertimbangkan aset safe haven seperti emas dalam portofolio mereka. Ke depan, pasar akan menantikan keputusan lebih lanjut dari bank sentral, OPEC+, serta kebijakan tambahan dari pemerintahan Trump yang dapat terus mempengaruhi dinamika ekonomi global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index