JAKARTA - Penghentian pasokan gas Rusia yang melalui jalur Ukraina mulai 1 Januari 2025 akan menandai babak baru dalam lanskap energi dan geopolitik Eropa. Keputusan ini terjadi setelah perjanjian transit gas lima tahun antara Moskow dan Kiev berakhir, yang sebelumnya memungkinkan pengangkutan sekitar 40 miliar meter kubik gas Rusia setiap tahunnya.
Ukraina, dalam langkah yang dianggap untuk melindungi kepentingan keamanan nasionalnya, memutuskan untuk tidak memperpanjang perjanjian ini. Imbas dari keputusan tersebut sangat signifikan, baik bagi Rusia maupun Uni Eropa. Rusia yang selama beberapa dekade menjadi pemasok utama gas alam untuk Eropa, kini harus kehilangan salah satu jalur utamanya.
Ketika Vladimir Putin menjabat sebagai Presiden Rusia pertama kali lebih dari 25 tahun lalu, transit gas melalui Ukraina mencapai lebih dari 130 miliar meter kubik per tahun, namun sekarang, angka itu menjadi nol. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyebut langkah ini sebagai kekalahan besar bagi Moskow.
Dampak Geopolitik dan Ekonomi
Keputusan ini juga membawa tantangan besar bagi negara-negara Uni Eropa yang sangat bergantung pada gas Rusia, seperti Slovakia, Austria, Italia, dan Republik Ceko. Perdana Menteri Slovakia Robert Fico menyebut dampak dari penghentian transit ini sangat signifikan bukan hanya bagi Rusia tetapi juga bagi seluruh Eropa. "Penghentian gas ini membawa dampak drastis bagi Eropa, tidak hanya untuk Rusia saja," ujar Fico.
Lebih lanjut, anggota Parlemen Eropa Lubos Blaha menyatakan bahwa Slovakia tidak seharusnya mendukung upaya Ukraina untuk bergabung dengan NATO atau Uni Eropa setelah keputusan sepihak Kiev mengenai transit gas ini. "Sebuah negara yang secara ekonomi merugikan kami dan membuat keputusan sepihak tanpa mempertimbangkan pihak lain tidak memiliki tempat di Uni Eropa," tegas Blaha.
Di sisi lain, Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban menyatakan bahwa penolakan Uni Eropa terhadap gas Rusia telah merugikan pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut. "Produktivitas Uni Eropa tumbuh dengan lebih lambat dibandingkan pesaing kami, dan pangsa kami dalam perdagangan global terus menurun," kata Orban dalam sidang pleno Parlemen Eropa pada awal Oktober 2024.
Diversifikasi Energi Eropa
Dalam upaya mengurangi ketergantungan pada Rusia, Uni Eropa telah mempercepat langkah-langkah diversifikasi pasokan energi. Langkah-langkah ini termasuk meningkatkan impor gas alam cair (LNG) dari Amerika Serikat dan Qatar, serta memanfaatkan jalur pipa alternatif seperti TurkStream. Pada tahun 2024, pasokan gas melalui jalur TurkStream ke Eropa Selatan dan Tenggara meningkat sebesar 23% menjadi 16,7 miliar meter kubik.
Selain itu, investasi besar-besaran dalam sektor energi terbarukan menjadi prioritas utama bagi negara-negara anggota Uni Eropa. Negara-negara seperti Jerman, Prancis, dan Belanda terus mempercepat transisi menuju energi bersih, yang tidak hanya mengurangi emisi karbon tetapi juga meningkatkan ketahanan energi kawasan dari potensi gangguan geopolitik.
Kemenangan Strategis Ukraina dan Aliansi Eropa Timur
Langkah Ukraina untuk menghentikan transit gas Rusia dianggap sebagai kemenangan strategis bagi negara-negara Eropa Timur. Menteri Luar Negeri Polandia, Radek Sikorski, menyatakan bahwa keputusan ini mempersempit kemampuan Rusia untuk menggunakan gas sebagai alat tekanan geopolitik. "Kini Ukraina memutus kemampuan Putin untuk mengekspor gas langsung ke Uni Eropa," ujar Sikorski.
Sikorski juga menambahkan bahwa ini adalah kemenangan lain setelah Finlandia dan Swedia bergabung dengan NATO, aliansi militer yang diperkuat oleh meningkatnya ketegangan Rusia dan Ukraina sejak 2022.
**Membangun Masa Depan Energi di Eropa**
Meskipun Eropa telah membuat kemajuan dalam mereduksi ketergantungan energi dari Rusia, banyak tantangan masih menghadang di depan. Infrastruktur energi alternatif seperti terminal LNG dan jalur pipa baru membutuhkan investasi besar dan waktu yang lama untuk pengembangan. Tak hanya itu, lonjakan harga energi sebagai dampak dari konflik Rusia-Ukraina telah membebani ekonomi Eropa, terutama bagi rumah tangga dan industri.
Namun, situasi ini juga membuka peluang bagi Eropa untuk memperkuat posisi geopolitik melalui strategi energi yang lebih mandiri. Diversifikasi pasokan energi, pengembangan energi terbarukan, dan peningkatan infrastruktur dianggap sebagai solusi untuk menghadapi tantangan energi sekaligus mengurangi kerentanan terhadap tekanan eksternal.
Penutupan transit gas Rusia melalui Ukraina mengingatkan bahwa politik dan energi adalah dua hal yang saling terkait dalam menentukan arah kebijakan global. Eropa kini berada di jalan untuk merancang kembali strategi energinya, dengan menyeimbangkan kebutuhan pasokan saat ini dan ambisi jangka panjang untuk beralih ke energi terbarukan.