Listrik

Rp200 Ribu Buat Token Listrik, Bisa Awet Berapa Lama di Rumahmu?

Rp200 Ribu Buat Token Listrik, Bisa Awet Berapa Lama di Rumahmu?
Rp200 Ribu Buat Token Listrik, Bisa Awet Berapa Lama di Rumahmu?

JAKARTA - Banyak pengguna listrik prabayar sering kali bertanya-tanya, sebenarnya berapa lama token listrik yang dibeli bisa bertahan. Pertanyaan ini biasanya muncul saat masyarakat membeli token dengan nominal tertentu, misalnya Rp 200.000, lalu ingin tahu berapa kilowatt hour (kWh) yang mereka dapatkan dan berapa hari listrik tersebut bisa digunakan.

Meski terlihat sederhana, jawaban dari pertanyaan ini tidak sesama rata untuk semua pelanggan. Jumlah kWh yang diterima dari pembelian token listrik Rp 200.000 bergantung pada beberapa faktor penting, seperti golongan daya listrik yang dipakai rumah tangga, tarif listrik per kWh, hingga adanya pajak dan biaya tambahan. Karena itu, memahami detail ini menjadi penting agar masyarakat bisa memperkirakan pemakaian listrik secara lebih bijak dan tidak kaget ketika token cepat habis.

Menurut Manajer Komunikasi dan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PLN UID Jawa Timur, Dana Puspita Sari, perbedaan jumlah kWh antara pelanggan daya 900 VA dan 1.300 VA cukup signifikan.
“Jumlah kWh yang didapat dari pembelian token listrik dipengaruhi oleh tarif listrik sesuai golongan daya yang digunakan pelanggan,” jelasnya.

Ia juga menambahkan bahwa selain tarif listrik, ada faktor lain yang ikut berperan. “Selain itu, jumlah kWh juga dipengaruhi oleh Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT) serta biaya administrasi pembelian,” lanjutnya.

Dengan demikian, nominal Rp 200.000 tidak selalu berarti sama untuk semua pengguna listrik prabayar. Ada yang bisa memanfaatkannya lebih lama, ada pula yang lebih cepat habis, tergantung kategori daya listrik rumah yang digunakan.

Rincian Perhitungan Token Rp 200.000

Untuk membantu masyarakat memahami lebih jelas, berikut perincian jumlah kWh yang diperoleh dari token Rp 200.000 pada beberapa kategori daya:

Rumah 900 VA Subsidi

Tarif listrik pada rumah tangga dengan daya 900 VA subsidi adalah Rp 605 per kWh. Jika pelanggan membeli token senilai Rp 200.000, maka jumlah kWh yang diterima mencapai 291,74 kWh.
Dengan asumsi rata-rata penggunaan listrik rumah tangga sebesar 5 kWh per hari, maka token ini bisa bertahan hingga 58 hari. Artinya, hampir dua bulan listrik bisa terpenuhi hanya dengan satu kali pembelian token Rp 200.000.

Rumah 900 VA Non-subsidi

Untuk kategori 900 VA non-subsidi, tarif listrik jauh lebih tinggi, yakni Rp 1.352 per kWh. Maka, pembelian token Rp 200.000 hanya akan menghasilkan 130,54 kWh.
Jika pemakaian harian tetap pada angka 5 kWh, maka token listrik Rp 200.000 hanya cukup digunakan selama 26 hari. Perbandingan ini menunjukkan betapa besar pengaruh subsidi terhadap daya tahan token listrik.

Rumah 1.300 VA

Tarif listrik pada rumah berdaya 1.300 VA adalah Rp 1.445 per kWh. Dengan harga tersebut, pembelian token Rp 200.000 akan memberikan 122,18 kWh.
Dengan asumsi penggunaan listrik harian sebesar 5 kWh, maka token hanya bisa dipakai selama 24 hari, atau kurang lebih tiga minggu lebih sedikit.

Mengapa Penting Memahami Perhitungan Ini?

Masyarakat sering kali hanya fokus pada nominal pembelian token tanpa benar-benar menghitung berapa kWh yang diterima. Padahal, pemahaman ini bisa membantu dalam mengatur anggaran rumah tangga. Misalnya, pelanggan yang berada di golongan 900 VA subsidi bisa merasa lebih lega karena Rp 200.000 cukup untuk hampir dua bulan. Sebaliknya, pelanggan 1.300 VA perlu lebih berhati-hati karena token dengan nominal sama bisa habis kurang dari sebulan.

Perbedaan ini juga menunjukkan bagaimana kebijakan subsidi listrik berdampak langsung pada daya beli masyarakat. Rumah tangga dengan subsidi 900 VA tentu lebih terbantu, terutama mereka yang berpenghasilan terbatas.

Selain itu, memahami perhitungan kWh dari token listrik juga membantu pelanggan untuk mengatur kebiasaan pemakaian sehari-hari. Misalnya, dengan mengetahui bahwa rata-rata pemakaian 5 kWh per hari bisa menghabiskan token dalam 24 hingga 58 hari tergantung golongan, masyarakat bisa lebih bijak menggunakan peralatan listrik.

Contoh Penggunaan Listrik Harian

Untuk memberikan gambaran, rata-rata pemakaian listrik rumah tangga 5 kWh per hari bisa mencakup kebutuhan dasar seperti penerangan, penggunaan kulkas, kipas angin atau AC dengan kapasitas kecil, serta pengisian daya gadget. Namun, jika ada tambahan pemakaian, misalnya penggunaan AC lebih dari 1 unit atau pemakaian mesin cuci setiap hari, angka pemakaian bisa meningkat drastis.

Dengan kondisi itu, token Rp 200.000 tentu akan lebih cepat habis dibandingkan perhitungan standar. Oleh karena itu, selain melihat daya rumah, gaya hidup konsumsi listrik sehari-hari juga sangat menentukan.

Dari perbandingan di atas, dapat disimpulkan bahwa ketahanan token listrik Rp 200.000 berbeda-beda:-

-900 VA subsidi: sekitar 58 hari

-900 VA non-subsidi: sekitar 26 hari.

-1.300 VA: sekitar 24 hari.

Perbedaan ini dipengaruhi oleh tarif per kWh, subsidi, serta biaya tambahan. Maka, pembelian token listrik bukan hanya soal nominal, tetapi juga bagaimana masyarakat mampu mengelola pemakaian agar sesuai kebutuhan.

Dengan pemahaman yang lebih baik, masyarakat diharapkan bisa lebih bijak mengatur anggaran listrik, tidak hanya mengandalkan nominal token, tetapi juga menyesuaikan pola konsumsi energi.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index