JAKARTA - Upaya pemberdayaan desa dengan pendekatan berkelanjutan terus digencarkan Pertamina melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Salah satu wujud konkretnya terlihat dari pelaksanaan Program Desa Energi Berdikari di kawasan Hutan Besakih, Kabupaten Karangasem, Bali, yang kini menjadi model pengembangan energi baru terbarukan (EBT) sekaligus pelestarian lingkungan.
Tidak sekadar proyek sosial biasa, Desa Energi Berdikari menerapkan konsep Kawasan Berdaya Pengembangan Hutan Besakih atau Kayangan Besakih. Program ini memadukan potensi ekologi, penguatan ekonomi, dan sarana edukasi dalam satu ekosistem berbasis EBT. Konsep ini diharapkan mampu menjawab tantangan kemandirian energi desa sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pertamina telah menyusun peta jalan program hingga 2027 yang mengatur tahapan pengembangan secara sistematis. Sejak 2023, proses penguatan pondasi program dimulai lewat kegiatan social mapping serta pembentukan kelompok pengelola di masyarakat. Tahun 2024 difokuskan untuk membangun infrastruktur ekowisata serta meningkatkan kapasitas warga melalui pelatihan EBT.
Selanjutnya, tahun 2025 diarahkan pada pengembangan produk turunan berbasis energi terbarukan, membuka potensi baru bagi pendapatan warga. Program berlanjut pada tahun 2026 dan 2027 dengan target memperluas pasar produk hasil hutan non kayu serta memperluas implementasi program ke desa-desa lainnya di sekitar kawasan Besakih.
Keberhasilan program ini juga didukung oleh sinergi multipihak. Tidak hanya Pertamina, hadir pula keterlibatan Perhutani, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Provinsi Bali, UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bali Timur, serta Pemerintah Kabupaten Karangasem. Kolaborasi tersebut menjadi kunci menggerakkan masyarakat dalam pelestarian alam sekaligus penguatan energi alternatif di desa.
Sejumlah inisiatif nyata telah berjalan di lapangan. Misalnya, pengelolaan area penanaman tanaman endemik seluas 5 hektare yang mendorong keanekaragaman hayati kawasan Besakih. Lalu, pembangunan sarana edukasi ekowisata menjadi magnet baru yang memperkenalkan konsep energi bersih ke pengunjung lokal maupun wisatawan.
Literasi energi pun tak luput menjadi perhatian utama. Pelatihan energi baru terbarukan diberikan kepada pelajar desa agar tumbuh kesadaran lingkungan sejak usia dini. Generasi muda diajak memahami pentingnya menjaga lingkungan sekaligus memanfaatkan sumber daya energi yang terbarukan.
Berdasarkan capaian program, sejumlah hasil positif mulai tampak signifikan. Hingga saat ini tercatat 35.100 pohon berhasil ditanam melalui berbagai program penghijauan yang terintegrasi. Dari sektor ekonomi, penduduk setempat mengalami peningkatan penghasilan hingga Rp13.200.000 per bulan dari pengelolaan produk hasil hutan non kayu.
Secara langsung, program Desa Energi Berdikari turut meningkatkan kesejahteraan 25 orang warga lokal yang aktif terlibat dalam kegiatan pengelolaan kawasan. Selain itu, lebih dari 2.000 wisatawan telah berkunjung untuk merasakan langsung pengalaman wisata edukasi berbasis energi terbarukan yang unik dan berbeda.
Pencapaian tersebut menjadi gambaran nyata bagaimana program TJSL Pertamina tidak hanya fokus pada aspek lingkungan, tetapi juga secara langsung berkontribusi terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat. Hal ini sejalan dengan komitmen perusahaan dalam mendukung pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs), khususnya pilar pengentasan kemiskinan, perlindungan lingkungan, serta pemberdayaan komunitas lokal.
Salah satu kekuatan Desa Energi Berdikari adalah pengelolaan yang dilakukan langsung oleh masyarakat. Ada sekitar 50 anggota kelompok aktif yang berasal dari sektor pariwisata, pertanian, dan energi yang berperan sebagai penggerak utama program. Keterlibatan mereka bukan hanya sebagai penerima manfaat, tetapi juga pelaku utama perubahan menuju desa mandiri energi yang berkelanjutan.
Lewat Desa Energi Berdikari, Pertamina berupaya menunjukkan bahwa transisi energi tidak harus berdampak negatif terhadap ekosistem lokal. Justru sebaliknya, pemanfaatan EBT dapat menjadi pintu masuk bagi transformasi desa menuju kemandirian energi yang berjalan selaras dengan pelestarian lingkungan dan penguatan ekonomi kerakyatan.
Program ini menjadi bukti nyata bahwa kawasan hutan, khususnya di Besakih, tidak hanya berfungsi sebagai penjaga ekologi, tetapi juga sebagai sumber kesejahteraan yang berkelanjutan. Dengan dukungan energi bersih, pelatihan berkelanjutan, serta penguatan ekowisata, Desa Energi Berdikari membuktikan bahwa desa bisa maju tanpa harus merusak alamnya.
Transformasi di Hutan Besakih yang digerakkan oleh Pertamina ini diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Indonesia dalam mengembangkan program serupa, sehingga lebih banyak wilayah dapat merasakan manfaat ekonomi, energi, dan ekologi secara beriringan.