jenis-jenis pengangguran

Jenis jenis Pengangguran di Indonesia hingga Penyebabnya

Jenis jenis Pengangguran di Indonesia hingga Penyebabnya
jenis-jenis pengangguran

JAKARTA - Jenis-jenis pengangguran berdampak signifikan dalam kehidupan individu, memengaruhi stabilitas ekonomi dan kesejahteraan pribadi.

Sebagian orang mungkin lebih memilih bekerja daripada harus mencari pekerjaan, karena meskipun bekerja bisa melelahkan, pencarian pekerjaan juga tidak kalah menantang. 

Menghadapi kenyataan sebagai pengangguran bisa membuat seseorang merasa lelah berlipat ganda. Pada kesempatan ini, kita akan membahas beberapa jenis-jenis pengangguran yang sering terjadi. Mari kita simak bersama!

Definisi Pengangguran

Istilah ini terasa menyakitkan karena mencerminkan harapan yang belum terwujud. Siapa saja yang digolongkan sebagai pengangguran? 

Mereka adalah individu yang sama sekali tidak memiliki pekerjaan, bekerja kurang dari dua hari dalam seminggu, sedang mencari pekerjaan, atau tengah berupaya memperoleh pekerjaan yang layak.

Dalam pengertian yang lebih terperinci, pengangguran merujuk pada orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan, selama mereka berada dalam kategori usia produktif atau angkatan kerja, yaitu antara 15 hingga 65 tahun. 

Apa penyebab utama dari pengangguran? Salah satu faktor utamanya adalah ketidakseimbangan antara jumlah tenaga kerja yang tersedia dan kesempatan kerja yang ada.

Pada bulan Agustus 2021, jumlah pengangguran di Indonesia tercatat mencapai sekitar 9,1 juta jiwa. Angka ini menunjukkan adanya perbaikan dibandingkan dengan Agustus 2020, di mana tercatat sebanyak 9,77 juta orang tidak memiliki pekerjaan. 

Tercatat, sekitar 670.000 orang berhasil memperoleh pekerjaan dalam rentang waktu satu tahun tersebut.

Penyebab Pengangguran
Terdapat berbagai faktor yang menjadi penyebab munculnya pengangguran. Beberapa di antaranya adalah tekanan dari sisi demografi, terutama karena besarnya jumlah dan struktur angkatan kerja. 

Selain itu, laju pertumbuhan ekonomi yang tidak sebanding dengan pertumbuhan tenaga kerja juga menjadi pemicu.

Ketersediaan lapangan pekerjaan yang lebih sedikit dibandingkan jumlah pencari kerja memperparah kondisi ini. Sering kali, kemampuan atau keahlian pencari kerja tidak sesuai dengan kebutuhan industri. 

Pemutusan hubungan kerja (PHK) juga menjadi salah satu penyebab bertambahnya angka pengangguran.

Kurangnya efektivitas dalam penyebaran informasi mengenai lowongan pekerjaan menyebabkan banyak pencari kerja kesulitan mendapatkan peluang yang sesuai. 

Di samping itu, regulasi yang rumit dan sikap birokrasi yang tidak mendukung iklim usaha turut menghambat pertumbuhan lapangan kerja.

Masuknya investasi asing pun terhambat karena proses yang masih sulit, ditambah dengan kondisi iklim investasi yang belum stabil. Kenaikan upah di tengah kondisi bisnis yang belum pulih juga memberi tekanan tambahan bagi dunia usaha.

Faktor-faktor lain yang memperburuk situasi meliputi tingkat kemiskinan yang tinggi, kesenjangan pendapatan antar kelompok masyarakat, urbanisasi yang tidak terkendali, serta kondisi politik yang belum stabil. 

Tak hanya itu, kebijakan proteksionis dari negara-negara maju terhadap produk ekspor negara berkembang juga memberikan tantangan tersendiri bagi penciptaan lapangan kerja.

Dampak Pengangguran
Masalah pengangguran juga membawa sejumlah konsekuensi yang berdampak luas, baik bagi individu, masyarakat, maupun negara secara keseluruhan. 

Salah satu dampaknya adalah penurunan pendapatan nasional karena berkurangnya kontribusi dari sektor tenaga kerja. Pendapatan per kapita juga ikut tertekan, yang mencerminkan menurunnya daya beli masyarakat.

Tingkat produktivitas tenaga kerja cenderung rendah, dan ini berpengaruh pada besaran upah yang diterima, mengingat hukum permintaan dan penawaran tenaga kerja menjadi tidak seimbang. 

Selain itu, minat untuk berinvestasi serta proses pembentukan modal juga terganggu akibat ketidakpastian pasar tenaga kerja.

Pengangguran kerap menjadi akar dari kemiskinan karena individu tidak memiliki sumber penghasilan tetap. Situasi ini menyebabkan pemborosan potensi sumber daya manusia yang seharusnya dapat diberdayakan. 

Dari sisi sosial, pengangguran memunculkan berbagai dampak serius, seperti menjadi beban bagi keluarga dan lingkungan sekitar, menurunnya rasa percaya diri, terbatasnya kebebasan individu dalam mengambil keputusan hidup, serta meningkatnya potensi keresahan sosial dan tindakan kriminal akibat tekanan ekonomi.

Jenis-jenis Pengangguran

Pengangguran tidak terjadi karena satu penyebab tunggal. Faktanya, kondisi ini dipicu oleh beragam faktor yang saling berkaitan. 

Oleh karena itu, berdasarkan penyebab dan karakteristiknya, terdapat berbagai jenis-jenis pengangguran yang dapat dikategorikan secara berbeda.

1. Pengangguran Siklis

Pengangguran jenis ini muncul sebagai akibat dari penurunan aktivitas ekonomi atau ketidakstabilan dalam siklus bisnis, seperti saat terjadi resesi. 

Mereka yang terdampak umumnya adalah pekerja yang kehilangan pekerjaan karena perusahaan harus mengurangi jumlah tenaga kerja.

Ketika kondisi ekonomi sedang lesu, permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa menurun. Akibatnya, perusahaan mengurangi produksi, yang secara otomatis menurunkan kebutuhan tenaga kerja. 

Dalam situasi seperti ini, perusahaan kerap kali tidak memiliki pilihan lain selain melakukan pemangkasan karyawan.

Tindakan pengurangan tenaga kerja sebaiknya dilakukan dengan pertimbangan yang matang, karena jika perusahaan tetap membayar gaji tinggi di tengah menurunnya pemasukan, maka risiko kerugian pun meningkat. 

Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, pemerintah dapat berperan melalui kebijakan ekonomi, seperti kebijakan fiskal dan moneter yang bersifat ekspansif guna mendorong pertumbuhan kembali.

2. Pengangguran Friksional

Jenis ini umumnya terjadi saat seseorang berada dalam masa peralihan pekerjaan. 

Misalnya, seseorang yang mengundurkan diri dari pekerjaan lama dan belum menemukan pekerjaan baru, atau lulusan baru yang sedang mencari pekerjaan pertamanya.

Mereka yang terkena PHK dan tengah mencari peluang kerja lain juga termasuk dalam kategori ini. 

Pengangguran friksional biasanya bersifat sementara dan merupakan bagian alami dari dinamika dunia kerja, bahkan dalam kondisi ekonomi yang stabil. 

Oleh karena itu, meskipun cukup umum, pengangguran ini tidak perlu dianggap sebagai masalah serius selama proses transisi kerja tetap berlangsung aktif.

3. Pengangguran Musiman

Jenis ini dialami oleh pekerja di sektor-sektor yang bergantung pada waktu atau musim tertentu. Aktivitas pekerjaan yang hanya dapat dilakukan pada musim-musim tertentu membuat pekerja tidak memiliki penghasilan tetap sepanjang tahun.

Contoh sektor yang sering mengalami pengangguran musiman termasuk pertanian (seperti masa panen padi atau buah-buahan), perikanan (khususnya nelayan yang bekerja di musim tertentu), industri pariwisata yang ramai pada waktu-waktu liburan, serta proyek konstruksi yang berjalan pada periode tertentu saja. 

Di luar musimnya, para pekerja ini harus berhenti bekerja sementara waktu.

4. Pengangguran Struktural

Pengangguran ini timbul akibat ketidaksesuaian antara keterampilan tenaga kerja dengan kebutuhan yang berkembang di dunia industri. 

Perubahan yang terjadi karena globalisasi dan kemajuan teknologi—seperti otomatisasi dan digitalisasi—seringkali mengubah struktur ekonomi. Akibatnya, muncul kebutuhan akan kemampuan baru yang belum tentu dimiliki oleh pekerja lama.

Sebagai contoh, perusahaan yang menggantikan tenaga manusia dengan mesin otomatis atau robot dalam lini produksi akan mengurangi ketergantungan pada pekerja konvensional. 

Teknologi ini memang mampu menekan biaya operasional dan meningkatkan efisiensi, namun di sisi lain mengurangi peran pekerja yang tidak memiliki keterampilan teknologi. 

Dalam situasi ini, penting bagi individu untuk terus meningkatkan dan menyesuaikan keahliannya agar tetap relevan di pasar kerja.

Selain disebabkan oleh transformasi teknologi, pengangguran struktural juga bisa diperparah oleh resesi berkepanjangan. 

Ketika seseorang tidak bekerja dalam jangka waktu lama, kemampuan yang dimilikinya bisa menurun akibat kurangnya latihan atau pengalaman. Hal ini membuat mereka semakin sulit untuk kembali bersaing di dunia kerja.

5. Pengangguran Jangka Panjang

Jenis ini merujuk pada kondisi di mana seseorang tidak memiliki pekerjaan selama 27 minggu atau lebih. Umumnya, penyebabnya terkait dengan dua hal utama, yaitu dampak dari pengangguran struktural atau siklis.

Dengan kata lain, mereka yang terdampak oleh krisis ekonomi berkepanjangan atau kehilangan pekerjaan karena perubahan kebutuhan pasar bisa mengalami pengangguran dalam durasi yang lama. 

Kesulitan dalam menemukan pekerjaan baru juga sering disebabkan oleh keterampilan yang tidak lagi relevan.

6. Pengangguran Terselubung

Dikenal juga sebagai disguised unemployment, jenis ini mengacu pada situasi di mana seseorang memang sedang bekerja, namun kontribusinya terhadap hasil kerja secara keseluruhan sangat minim.

Pekerja dalam kategori ini terlihat aktif secara formal, namun jika mereka tidak ada sekalipun, hampir tidak ada pengaruh signifikan terhadap produktivitas organisasi. 

Pengangguran terselubung biasanya terjadi ketika jumlah pekerja terlalu banyak untuk suatu tugas tertentu, atau karena kompetensi mereka tidak mencukupi untuk memberikan kontribusi yang nyata. 

Alhasil, mereka berada di tempat kerja, tapi tanpa peran yang berarti secara produktif.

7. Pengangguran Kasual

Pengangguran ini terjadi saat seseorang berhenti bekerja karena masa kontraknya telah berakhir.

Kondisi ini umumnya dialami oleh pekerja harian lepas atau tenaga kerja kontrak jangka pendek yang tidak memiliki kepastian pekerjaan setelah kontrak selesai.

Kasus seperti ini kerap ditemukan di sektor-sektor yang sifat kerjanya musiman, seperti bidang pariwisata, pertanian, atau proyek konstruksi. 

Beberapa perusahaan manufaktur juga turut menyumbang jenis pengangguran ini ketika mereka mempekerjakan tenaga kerja hanya untuk periode tertentu sesuai kebutuhan produksi. 

Setelah masa kerja selesai, para pekerja tersebut secara otomatis kehilangan pekerjaannya dan masuk dalam kategori pengangguran kasual.

8. Pengangguran Klasik

Pengangguran klasik terjadi ketika biaya tenaga kerja menjadi terlalu tinggi dibandingkan dengan nilai produktivitas yang dihasilkan. 

Dalam situasi seperti ini, perusahaan tidak dapat mempertahankan seluruh pekerjanya dan terpaksa mengurangi jumlah karyawan agar mampu membayar upah yang sudah terlanjur tinggi.

Faktor yang sering memicu hal ini antara lain tuntutan kenaikan gaji dari serikat pekerja yang menekan perusahaan untuk memberikan upah di atas standar pasar. 

Di sisi lain, kebijakan pemerintah yang menetapkan upah minimum terlalu tinggi juga bisa menyebabkan jenis pengangguran ini. 

Selain itu, kontrak kerja jangka panjang yang menyepakati gaji tetap selama periode tertentu dapat menjadi beban ketika terjadi penurunan ekonomi. 

Dalam kondisi resesi, perusahaan tetap harus membayar sesuai kontrak, sehingga salah satu jalan yang diambil adalah melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap sebagian karyawan untuk menjaga kelangsungan bisnis.

Sebagai penutup, memahami jenis-jenis pengangguran penting agar kita dapat merespons masalah ketenagakerjaan dengan solusi yang tepat dan sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index