JAKARTA - Bagi sebagian orang tua, penggunaan kaldu instan menjadi pilihan praktis untuk menambah cita rasa Makanan Pendamping ASI (MPASI) anak. Namun, para ahli mengingatkan pentingnya memperhatikan kandungan gula dan garam di dalamnya agar tidak berdampak negatif pada kesehatan si kecil.
Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Winra Pratita, Sp.Am M.Ked (Ped), menegaskan bahwa kaldu instan tetap dapat digunakan dalam MPASI, selama penggunaannya disesuaikan dengan usia anak dan memperhitungkan kadar gula maupun garam yang terkandung di dalamnya.
“Intinya nutrition facts maupun informasi gizi yang ada di label makanan yang mau kita berikan, baik untuk anak atau diri kita sendiri, harus kita baca. Mungkin saja beberapa menu masakan tanpa kaldu atau gula dan garam itu sudah enak, jadi tidak perlu juga kita tambahkan,” ujar dr. Winra.
Kandungan yang Perlu Diperhatikan
Winra menekankan, jika kaldu instan yang digunakan ternyata memiliki kandungan gula dan garam yang tinggi, sebaiknya penggunaannya dihindari. Meski tidak ada larangan mutlak untuk penggunaan bumbu seperti kaldu, gula, dan garam pada MPASI, orang tua tetap harus mematuhi batasan harian yang dianjurkan.
Menurutnya, tujuan pembatasan ini adalah agar pemberian MPASI tidak hanya aman tetapi juga efektif dalam mendukung tumbuh kembang anak. “Kalau memang mau menambahkan, harus sesuai batasan usia anak,” jelasnya.
Batasan Konsumsi Gula pada Anak
Berdasarkan penjelasan dr. Winra, anak yang mendapat MPASI di bawah usia dua tahun dianjurkan mengonsumsi gula kurang dari 5 persen dari total kalori per hari.
Sebagai contoh, anak berusia 12 bulan dengan berat badan 9–10 kilogram membutuhkan total kalori sekitar 900–1.000 kalori per hari. Dengan demikian, asupan gula yang diperbolehkan hanya sekitar 45–50 kalori, atau setara 11,25–12 gram per hari.
Batasan ini bertujuan mencegah risiko obesitas dan gangguan metabolik sejak dini. “Kalau terlalu banyak gula, selain berisiko pada gigi, juga bisa memengaruhi pola makan anak,” tambahnya.
Batasan Konsumsi Garam dan Pentingnya Yodium
Untuk garam, batas konsumsi anak usia 1–3 tahun adalah kurang dari 2 gram per hari. Garam dalam MPASI berfungsi memperkaya rasa, tetapi jumlahnya harus terkendali agar tidak membebani ginjal anak yang masih berkembang.
Apabila ingin menambahkan garam, dr. Winra menyarankan untuk memilih garam beryodium. “Yodium merupakan salah satu mineral, zat nutrisi mikro yang dibutuhkan oleh anak karena dapat menunjang tiroid dan metabolisme tubuh. Jadi garam beryodium pemberiannya lebih baik, tapi tetap dengan mengikuti batasan,” ujarnya.
Kekurangan yodium pada anak dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan, perkembangan otak, hingga masalah pada hormon tiroid. Karena itu, walau jumlahnya kecil, asupan garam beryodium tetap penting untuk diperhatikan.
Tidak Selalu Perlu Tambahan Bumbu
Winra mengingatkan bahwa tidak semua menu MPASI memerlukan tambahan bumbu. Banyak bahan alami yang sudah memiliki rasa gurih dan manis alami, sehingga tidak memerlukan kaldu, gula, atau garam tambahan.
Misalnya, daging, ayam, atau sayuran tertentu sudah memiliki cita rasa yang cukup untuk membuat MPASI lebih lezat tanpa tambahan bumbu instan. “Kalau bisa mendapatkan rasa yang enak dari bahan-bahan segar, itu jauh lebih baik untuk anak,” katanya.
Edukasi Orang Tua adalah Kunci
Menurut dr. Winra, edukasi kepada orang tua menjadi langkah penting untuk memastikan MPASI yang diberikan aman dan bergizi. Membaca label kemasan, memahami takaran, serta mengetahui kebutuhan nutrisi anak sesuai usia adalah keterampilan yang sebaiknya dimiliki setiap orang tua.
Ia juga menekankan bahwa pemilihan bahan makanan harus mempertimbangkan kualitas gizi, bukan hanya rasa dan kepraktisan. “Kadang orang tua terlalu fokus pada rasa supaya anak mau makan, padahal yang lebih penting adalah memastikan kandungan gizinya tepat,” jelasnya.
Keseimbangan antara Rasa dan Nutrisi
Penggunaan kaldu instan memang bisa menjadi solusi cepat untuk menambah selera makan anak. Namun, keseimbangan antara rasa dan kandungan gizi tetap menjadi prioritas utama.
“Memperkenalkan rasa alami dari bahan makanan sejak dini akan membantu anak terbiasa dengan pola makan sehat,” pungkas dr. Winra.
Dengan memperhatikan kandungan gula dan garam, serta mematuhi batasan konsumsi harian, orang tua dapat tetap memanfaatkan kaldu instan dalam MPASI tanpa mengorbankan kesehatan anak. Edukasi, kesadaran, dan kebiasaan membaca label gizi menjadi langkah kecil namun berarti dalam mendukung tumbuh kembang optimal si kecil.