Sederet Fakta Tumbuhan Kecubung dan Berbagai Manfaatnya

Bru
Kamis, 07 Agustus 2025 | 15:01:03 WIB
fakta tumbuhan kecubung

Fakta tumbuhan kecubung mungkin belum diketahui oleh banyak orang, padahal tanaman ini mengandung zat beracun yang bisa berbahaya.

Kecubung (Datura metel L.) adalah sejenis tanaman dari keluarga Solanaceae atau tanaman terong-terongan, yang juga dikenal dengan julukan “terompet setan” atau Devil’s Trumpet. 

Nama ini muncul karena efek berbahaya yang bisa ditimbulkan tanaman tersebut, seperti halusinasi dan kehilangan kesadaran. Tanaman ini pertama kali dikenalkan oleh seorang ilmuwan bernama Linnaeus pada tahun 1754.

Ciri khas dari tanaman ini adalah bunganya yang berwarna putih atau ungu, serta buahnya yang berbentuk bulat, berduri, dan berwarna hijau. Yang perlu diwaspadai, seluruh bagian dari kecubung mengandung zat beracun atau toksin. 

Lalu, apa saja dampak buruk yang bisa terjadi jika tanaman ini dikonsumsi? Apakah benar-benar tidak ada sisi positif dari tumbuhan ini? Jawaban selengkapnya akan mengungkap fakta tumbuhan kecubung secara lebih mendalam.

Fakta Tumbuhan Kecubung

Fakta tumbuhan kecubung menyimpan sisi unik yang tak banyak diketahui orang. Berikut ini beberapa faktanya:

1. Terdiri dari Beragam Jenis

Tumbuhan berbunga yang dikenal sebagai bunga trompet berasal dari genus Brugmansia. Meskipun masih memiliki kekerabatan dengan tanaman kecubung (Datura metel), keduanya merupakan jenis yang berbeda. 

Tanaman ini memiliki tujuh jenis utama, beberapa di antaranya meliputi: Brugmansia sanguinea dengan bunga merah, Brugmansia suaveolens yang menghasilkan bunga putih, serta Brugmansia aurea yang menampilkan bunga berwarna keemasan. 

Berdasarkan informasi dari Britannica, seluruh varietas bunga trompet ini tumbuh secara alami di wilayah Pegunungan Andes yang berada di Amerika Selatan.

Meskipun begitu, tanaman ini juga kerap dibudidayakan dan dijadikan sebagai tanaman hias di berbagai kawasan yang memiliki iklim tropis maupun sedang.

2. Bentuk Bunganya Unik dan Indah

Bunga trompet tergolong ke dalam kategori tumbuhan semak dan mampu tumbuh hingga mencapai ketinggian sekitar 8 meter. Salah satu daya tarik utamanya terletak pada bentuk bunganya yang menyerupai alat musik tiup. 

Ukuran bunga ini terbilang besar; panjangnya bisa mencapai hingga 50 sentimeter, sedangkan lebarnya saat mekar bisa mencapai 30 sentimeter. 

Bunga ini hadir dalam beragam warna yang menarik. Hampir semua varietasnya memiliki aroma wangi secara alami, kecuali jenis yang berwarna merah. 

Karakteristik inilah yang menjadikan tanaman ini sangat cocok dijadikan sebagai elemen penghias taman atau halaman rumah.

3. Seluruh Bagiannya Mengandung Zat Berbahaya

Di balik tampilannya yang memikat, bunga trompet menyimpan potensi bahaya yang serius. Setiap bagian dari tanaman ini—baik itu bunga, batang, daun, maupun akarnya—mengandung zat yang bersifat racun. 

Zat-zat tersebut mencakup atropin yang dapat memicu gejala seperti sakit kepala dan penglihatan yang terganggu, serta scopolamine yang menyebabkan mual hingga muntah. 

Menurut keterangan dari WebMD, jika bagian dari tanaman ini tertelan atau dikonsumsi, efek yang dapat timbul antara lain rasa bingung, haus berlebihan, suhu tubuh yang meningkat, serta detak jantung yang tidak normal. 

Dalam situasi yang lebih parah, gejala tersebut dapat berkembang menjadi halusinasi, hilangnya daya ingat, kelumpuhan, bahkan bisa berujung pada kematian.

4. Dosis Tinggi Dapat Mengakibatkan Dampak Fatal

Penggunaan ekstrak tanaman kecubung dalam jumlah yang berlebihan bisa memicu reaksi toksik yang serius dan berpotensi membahayakan jiwa. 

Beberapa gejala umum akibat paparan racun dari kecubung antara lain adalah kulit serta membran mukosa yang terasa kering, munculnya warna kemerahan pada kulit, pelebaran pupil mata yang tidak normal (midriasis), serta detak jantung yang meningkat lebih cepat dari biasanya (sinus takikardia). 

Gejala lainnya meliputi suhu tubuh yang sangat tinggi (hiperpireksia), lambatnya pergerakan usus, kesulitan buang air kecil, serta gangguan saraf seperti kesulitan dalam mengoordinasikan gerakan tubuh (ataksia). 

Selain itu, gangguan pada memori jangka pendek, kebingungan, halusinasi baik secara visual maupun auditif, psikosis, gejala delirium yang disertai agitasi, hingga kejang-kejang juga dapat terjadi. 

Racun yang terkandung dalam kecubung, berupa alkaloid berbahaya, dapat menyebabkan gangguan mental jika dikonsumsi dalam dosis tinggi. 

Gejala seperti mulut yang terasa kering dan kesulitan dalam buang air kecil pun sangat mungkin muncul. 

Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa takaran ekstrak dari tanaman ini tetap pada batas paling rendah ketika digunakan sebagai bahan pembuatan obat.

5. Berisiko Menyebabkan Kehilangan Kesadaran Total (Koma)

Sebuah studi berjudul “Acute poisoning due to ingestion of Datura stramonium–a case report” yang diterbitkan dalam Romanian Journal of Anaesthesia and Intensive Care tahun 2017, menjelaskan adanya insiden seorang pria berusia 22 tahun yang harus mendapatkan penanganan medis darurat dalam kondisi tak sadarkan diri setelah menelan kecubung jenis pendek, atau Datura stramonium. 

Hanya dalam waktu dua jam sejak konsumsi, pria ini dibawa ke fasilitas kesehatan karena mengalami penurunan kesadaran hingga koma.

Sebelum kondisinya memburuk, ia merasakan sensasi euforia yang luar biasa serta mengalami halusinasi hebat. 

Sama halnya dengan kecubung jenis Datura metel L., tumbuhan kecubung pendek juga dikenal sebagai tanaman yang mengandung senyawa beracun sehingga dapat membahayakan tubuh bila dikonsumsi sembarangan.

6. Berpotensi Dijadikan Obat Bius

Hasil riset yang dilakukan terhadap tikus dan dipublikasikan dalam jurnal Indonesia Medicus Veterinus tahun 2017 menunjukkan bahwa daun kecubung memiliki kemampuan menghasilkan efek penenang serta meredakan rasa sakit pada tikus putih (Rattus norvegicus). 

Karena itu, tanaman ini memiliki potensi sebagai bahan bius alami. Obat bius sendiri merupakan metode untuk mengurangi rasa nyeri saat prosedur medis berlangsung, seperti saat operasi dilakukan.

Tidak hanya pada hewan darat, kecubung juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan anestesi pada ikan. 

Berdasarkan kajian ilmiah yang dimuat dalam E-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan tahun 2019, ekstrak dari daun kecubung bisa digunakan sebagai agen anestesi selama proses pemindahan ikan.

Ketika benih ikan dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain, mereka cenderung mengalami tekanan yang bisa berujung pada kematian. 

Oleh sebab itu, penggunaan anestesi dianggap sebagai solusi penting agar proses distribusi ikan berlangsung lebih aman dan tidak membahayakan kelangsungan hidup ikan tersebut.

7. Dapat Dimanfaatkan untuk Mengatasi Hama Pertanian

Sebuah artikel dalam Jurnal Littri tahun 2015 menyatakan bahwa kecubung memiliki potensi sebagai bahan alami untuk pengendalian hama, terutama serangga seperti Aspidomorpha milliaris F.. 

Daun dari tanaman ini dapat diolah menjadi ekstrak yang berfungsi sebagai insektisida nabati. Penggunaan pestisida sintetis berbasis bahan kimia secara terus-menerus dalam jangka panjang dapat menimbulkan dampak negatif pada tanaman dan lingkungan. 

Sebaliknya, insektisida yang berasal dari tumbuhan seperti kecubung lebih ramah lingkungan karena tidak menyisakan zat berbahaya atau residu kimia pada tanaman. 

Hal ini menjadikan lingkungan perkebunan lebih bersih, serta hasil panen menjadi lebih aman untuk dikonsumsi manusia tanpa risiko kontaminasi bahan beracun.

8. Berpotensi Mendukung Penyembuhan Beragam Gangguan Kesehatan

Dalam sebuah publikasi di International Journal of Biological Chemistry tahun 2016 dijelaskan bahwa kecubung mengandung berbagai senyawa aktif yang bermanfaat secara biologis, antara lain alkaloid, saponin, flavonoid, steroid, tanin, dan triterpenoid. 

Keberadaan unsur-unsur aktif ini memiliki kemungkinan besar untuk dimanfaatkan dalam membantu proses pemulihan berbagai gangguan kesehatan pada manusia, termasuk kondisi seperti asma dan bronkitis.

Lebih jauh lagi, tanaman ini juga memiliki potensi dalam mendukung penanganan penyakit lainnya, seperti kelainan jantung, gangguan metabolik seperti diabetes, kondisi kejiwaan, epilepsi, masalah kulit, demam, hingga diare.

  • Kelopak bunganya dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengatasi nyeri.
  • Bagian bijinya dianggap berkhasiat dalam membantu meredakan gangguan terkait pembekuan darah atau perdarahan.
  • Daunnya bisa dikunyah secara langsung untuk meredakan rasa sakit yang ditimbulkan oleh gigi berlubang.
  • Zat atropin yang terkandung dalam kecubung dapat menyebabkan pelebaran pupil mata, sehingga memungkinkan untuk digunakan dalam prosedur operasi oftalmologi tertentu. 

Namun, tentu saja hal ini hanya dapat dilakukan dengan pertimbangan dosis yang tepat dan indikasi medis yang sesuai.

Tanaman Berbahaya selain Kecubung

Selain kecubung, banyak orang mungkin tidak menyadari bahwa terdapat sejumlah tanaman lain yang mengandung racun serta bisa menimbulkan sensasi mabuk yang menyerupai efek ganja. 

Beberapa jenis tanaman ini bahkan mudah ditemukan di lingkungan sekitar, tumbuh subur di wilayah pemukiman.

Sensasi mabuk yang dihasilkan oleh tanaman-tanaman tersebut sangat beragam, tergantung pada jenis tanaman yang dikonsumsi dan seberapa banyak jumlah yang digunakan. 

Walaupun begitu, penggunaan tanaman ini tidak boleh dilakukan sembarangan karena dapat membahayakan kesehatan. Lalu, tanaman apa saja yang memiliki efek serupa?

1. Kanna

Berakar dari wilayah Afrika, tanaman ini dikenal sejak lama digunakan sebagai bahan pembius, baik untuk melumpuhkan lawan, menangkap hewan, maupun dalam dunia medis sebagai penenang. 

Pemanfaatannya cukup sederhana, yaitu dengan cara dikunyah secara langsung. Ekstrak alami dari kanna dapat menimbulkan perasaan rileks dan rasa kantuk. 

Meski memiliki efek menenangkan, konsumsi secara berlebihan sangat tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan halusinasi, bahkan menyebabkan tubuh menjadi mati rasa.

2. Damiana

Damiana merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat memberikan efek mabuk. Aroma dari bunga tanaman ini jika dihirup secara intens dapat memicu rasa terbius. 

Meskipun terlihat tidak berbahaya, tanaman yang tumbuh di daerah tropis ini memiliki efek yang cukup menakutkan.

Namun di beberapa tempat, bunga damiana justru dijadikan bahan campuran dalam pembuatan teh karena menghasilkan rasa manis yang khas. 

Selain itu, di sejumlah negara, tanaman ini juga dijadikan bahan campuran dalam pembuatan obat-obatan terlarang untuk meningkatkan efek memabukkan.

3. Pala

Buah pala memang sudah dikenal luas sebagai bahan bumbu dalam dunia kuliner dan juga dimanfaatkan dalam minuman serta ramuan herbal. Akan tetapi, sedikit yang tahu bahwa pala juga menyimpan potensi bahaya jika dikonsumsi sembarangan.

Apabila dikonsumsi secara langsung dalam jumlah besar dan melebihi batas wajar, pala dapat memicu timbulnya euforia yang berlebihan serta menyebabkan halusinasi. 

Dalam kasus yang lebih ekstrem, efeknya bisa menyebabkan kejang hingga berujung pada kematian.

4. Blue Lotus

Meskipun memiliki penampilan yang menawan, bunga blue lotus juga termasuk tanaman yang bisa menimbulkan efek sedatif atau penenang. 

Bunga air ini sering dijadikan campuran dalam pembuatan zat ilegal oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Jika digunakan tanpa pengawasan medis, tanaman ini bisa menyebabkan gangguan pernapasan serius yang dapat berakhir pada kematian.

5. Hawaiian Baby Woodrose

Hawaiian baby woodrose termasuk jenis tanaman berbunga yang umumnya tumbuh di wilayah beriklim tropis. Di Indonesia sendiri, tumbuhan ini dapat ditemukan di dataran rendah meskipun keberadaannya terbilang cukup jarang. 

Tanaman ini dikenal memiliki nilai jual yang tinggi di pasaran. Namun, biji dari bunga ini dapat memberikan efek yang serupa dengan ganja. 

Bahkan, hanya satu butir biji tanaman ini bisa disejajarkan dengan efek yang ditimbulkan oleh empat lembar daun ganja lebar.

6. Selada Liar

Berbeda dari jenis selada yang biasa dikonsumsi sebagai bahan makanan sehari-hari, selada liar justru memiliki kandungan yang dapat menyebabkan kondisi seperti mabuk. 

Di beberapa wilayah di Amerika Serikat, bagian batang dari selada jenis ini sering dipakai sebagai bahan campuran dalam pembuatan rokok ilegal. Sifat memabukkan dari tanaman ini menjadikannya cukup berbahaya bila disalahgunakan.

7. Biji Kasturi

Tanaman penghasil biji kasturi, yang juga dikenal dengan sebutan jarak pagar, kerap tumbuh secara liar di area pemukiman. Tanaman semak yang berkayu ini memiliki biji yang mengandung zat beracun bernama ricin, sekitar tiga persen dari total berat bijinya.

Ricin adalah salah satu jenis lectin yang menghasilkan senyawa beracun bernama toxalbulmin, yang merupakan gabungan antara karbohidrat dan protein. Jika tertelan, racun ini akan menunjukkan gejala dalam rentang waktu 12 hingga 48 jam. 

Tanda-tandanya meliputi mual, muntah, diare berdarah, nyeri perut, serta kondisi dehidrasi. Meski mengandung racun, biji kasturi juga bisa dimanfaatkan untuk keperluan medis. 

Melalui proses ekstraksi, bijinya diolah menjadi minyak yang dapat digunakan untuk meredakan migrain, membasmi cacing dalam tubuh, mengobati jerawat, hingga mengurangi pembengkakan. 

Proses ekstraksi yang dilakukan untuk tujuan pengobatan ini mirip dengan metode pemisahan senyawa sianida pada kacang almond.

8. Snakeroot

Snakeroot, atau dikenal juga dengan nama ‘akar ular’, merupakan tanaman liar yang kerap ditemukan tumbuh di pinggiran jalan. 

Tanaman ini memiliki bunga berukuran kecil dengan warna putih, dan sekilas tampak tidak berbahaya. Namun, tanaman ini menyimpan racun yang cukup serius.

Snakeroot mengandung senyawa beracun bernama tremetol, yaitu sejenis alkohol yang dapat larut dalam lemak. 

Walaupun racun ini tidak langsung berbahaya bagi manusia, jika dikonsumsi oleh hewan ternak seperti sapi, zat beracun tersebut dapat menyebar melalui susu yang dihasilkan oleh hewan tersebut.

Oleh karena itu, penting bagi para peternak untuk memastikan agar ternaknya tidak memakan tanaman ini guna mencegah masuknya tremetol ke dalam rantai makanan manusia.

9. Oleander

Tanaman berbunga oleander, yang juga dikenal sebagai bunga mentega atau bunga jepun, memiliki tampilan mencolok dengan warna merah muda cerah yang kontras dengan hijau gelap dari daun-daunnya. 

Penampilannya yang menawan menjadikan tanaman ini cukup populer sebagai bunga hias yang sering digunakan untuk mempercantik halaman rumah.

Namun, meskipun terlihat indah, bunga ini menyimpan bahaya tersembunyi. Sebaiknya jangan mencium aromanya, karena bagian serbuk sari dari bunga ini memiliki sifat beracun.

Oleander mengandung zat beracun seperti oleandrin dan oleandrigenin, yang tergolong dalam kelompok glikosida jantung atau cardiac glycosides. 

Menurut penelitian, apabila zat-zat ini terhirup oleh manusia—terutama oleh anak-anak—bisa menimbulkan berbagai reaksi seperti penglihatan yang kabur, muntah, diare, gangguan irama jantung, rasa pusing, sakit kepala hebat, kehilangan kesadaran, bahkan hingga mengakibatkan kematian.

10. Daun Bahagia

Meski namanya terdengar menyenangkan, tanaman ini justru menyimpan potensi berbahaya jika tidak ditangani dengan hati-hati. 

Tanaman hias yang sering ditanam dalam pot ini memiliki nama ilmiah Dieffenbachia, dan berasal dari wilayah tropis seperti Meksiko serta Argentina.

Tanaman ini memiliki senyawa kalsium oksalat berbentuk kristal yang bersifat racun, terutama terdapat di bagian getah dan batangnya. 

Jika tanpa sengaja digigit oleh anak-anak atau hewan peliharaan, racun ini bisa menyebabkan iritasi hebat pada kulit disertai rasa gatal yang menyiksa. Dalam kasus yang lebih serius, dapat memicu kejang.

Apabila bagian dalam tenggorokan terkena racun tersebut, efeknya bisa mengganggu sistem pernapasan, yang pada kondisi ekstrem dapat menyebabkan risiko fatal berupa kematian.

Sebagai penutup, fakta tumbuhan kecubung menunjukkan bahwa meski indah dan bermanfaat, tanaman ini menyimpan racun yang berbahaya jika dikonsumsi tanpa pengawasan.

Terkini