JAKARTA - Harga sejumlah kebutuhan pokok di Provinsi Jawa Timur menunjukkan fluktuasi signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Daging ayam kampung, salah satu komoditas penting dalam konsumsi rumah tangga, mencatatkan lonjakan harga tertinggi di antara bahan pangan lainnya. Meski demikian, sejumlah komoditas tercatat stabil dan bahkan mengalami penurunan, menunjukkan dinamika pasar yang dipengaruhi berbagai faktor ekonomi, distribusi, dan cuaca.
Situasi ini menjadi perhatian pemerintah daerah, pelaku pasar, serta masyarakat umum. Berbagai strategi tengah diupayakan guna menstabilkan harga dan menjaga keterjangkauan sembako di tengah tantangan ekonomi global dan nasional.
Kenaikan Tajam Harga Ayam Kampung dan Komoditas Tertentu
Berdasarkan data dari Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) per 7 Juli 2025, daging ayam kampung mengalami kenaikan harga yang signifikan, yakni sebesar 10,74 persen atau naik Rp 7.000 per kilogram, sehingga harga rata-ratanya kini berada di angka Rp 75.316 per kilogram.
Selain ayam kampung, sejumlah komoditas lain juga mengalami kenaikan cukup tajam. Harga cabai merah keriting naik hampir 10 persen, mencapai Rp 36.333 per kilogram. Cabai rawit merah mencatatkan kenaikan 5,84 persen menjadi Rp 64.437 per kilogram, dan garam bata melonjak drastis sebesar 164,84 persen menjadi Rp 4.176 per buah.
Kenaikan harga pada komoditas-komoditas tersebut menandakan adanya tekanan pada sektor pertanian dan peternakan, baik dari sisi produksi, distribusi, maupun biaya operasional yang meningkat.
Beberapa Komoditas Mengalami Penurunan Harga
Meski sejumlah bahan pokok mengalami kenaikan, data yang sama menunjukkan bahwa ada pula penurunan harga pada beberapa item penting. Minyak goreng kemasan sederhana, misalnya, turun sebesar 3,8 persen menjadi Rp 6.620 per liter. Telur ayam kampung mencatat penurunan hampir 8 persen dan kini dihargai Rp 43.096 per kilogram.
Penurunan harga juga terjadi pada produk susu kental manis merek Bendera yang turun sebesar 4,45 persen menjadi Rp 11.869 per 370 gram. Selain itu, harga bawang merah turun sekitar 6 persen menjadi Rp 35.142 per kilogram.
Tren penurunan ini membawa sedikit kelegaan bagi masyarakat, terutama dalam menghadapi pengeluaran rumah tangga harian. Namun, penurunan tersebut tetap harus dipantau secara ketat untuk mencegah potensi gangguan pasokan atau spekulasi harga.
Daftar Lengkap Harga Sembako di Jawa Timur
Berikut ini merupakan rincian harga rata-rata sembilan bahan pokok dan komoditas penting lainnya di wilayah Jawa Timur berdasarkan data resmi Siskaperbapo:
Beras Premium: Rp 14.794/kg
Beras Medium: Rp 12.884/kg
Gula Kristal Putih: Rp 17.035/kg
Minyak Goreng Curah: Rp 18.033/liter
Minyak Goreng Kemasan Premium: Rp 20.500/liter
Minyak Goreng Minyakita: Rp 16.487/liter
Daging Sapi Paha Belakang: Rp 119.166/kg
Daging Ayam Ras: Rp 30.941/kg
Daging Ayam Kampung: Rp 75.316/kg
Telur Ayam Ras: Rp 27.122/kg
Telur Ayam Kampung: Rp 43.096/kg
Susu Kental Manis Bendera: Rp 11.869/370 gr
Susu Bubuk Bendera: Rp 40.337/400 gr
Garam Halus: Rp 8.904/kg
Cabai Merah Keriting: Rp 36.333/kg
Cabai Rawit Merah: Rp 64.437/kg
Bawang Merah: Rp 35.142/kg
Bawang Putih: Rp 29.395/kg
Gas Elpiji 3 Kg: Rp 19.625/tabung
Data ini merupakan harga rata-rata yang bisa berbeda antar pasar atau wilayah di Jawa Timur, tergantung kondisi distribusi dan ketersediaan di masing-masing daerah.
Faktor Penyebab Fluktuasi Harga Sembako
Kenaikan dan penurunan harga sembako dipengaruhi oleh sejumlah faktor utama yang saling terkait. Faktor pertama adalah keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Ketika permintaan meningkat namun pasokan tetap atau berkurang, harga cenderung naik. Sebaliknya, jika pasokan meningkat dan permintaan tetap, harga bisa menurun.
Selain itu, kondisi cuaca ekstrem turut mempengaruhi pasokan hasil pertanian. Musim kemarau berkepanjangan atau banjir dapat mengganggu produksi tanaman hortikultura, termasuk cabai, bawang, dan sayuran lainnya. Hal ini kemudian menyebabkan kelangkaan pasokan di pasar.
Kebijakan pemerintah juga berperan dalam pembentukan harga. Kebijakan pembatasan impor atau perubahan pada sistem subsidi bisa memicu pergeseran harga di tingkat produsen maupun konsumen. Begitu pula dengan biaya produksi yang terus naik—seperti harga pupuk, pakan ternak, dan ongkos distribusi—menambah beban pada harga akhir di pasaran.
Tak kalah penting adalah faktor nilai tukar mata uang, yang mempengaruhi harga bahan baku atau barang yang diimpor. Jika nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS, harga barang impor cenderung naik. Inflasi nasional serta gangguan pada rantai distribusi seperti kemacetan, kelangkaan logistik, atau hambatan transportasi juga dapat memicu fluktuasi harga secara lokal.
Upaya Pemerintah Menjaga Ketersediaan dan Stabilitas Harga
Pemerintah daerah dan pusat melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Badan Ketahanan Pangan terus melakukan pemantauan harga harian melalui platform seperti Siskaperbapo. Langkah ini penting untuk menyusun strategi intervensi pasar jika terjadi lonjakan harga di luar batas wajar.
Beberapa langkah yang telah disiapkan antara lain adalah operasi pasar murah, subsidi logistik, serta koordinasi dengan distributor dan pelaku usaha pangan untuk memastikan rantai distribusi berjalan lancar. Pemerintah juga mendorong program ketahanan pangan lokal seperti urban farming dan penguatan koperasi pangan guna mengurangi ketergantungan pada pasokan luar daerah.
Dengan kerja sama antara semua pihak, diharapkan harga sembako dapat kembali stabil dan keterjangkauan masyarakat terhadap bahan pokok tetap terjaga.
Edukasi Konsumen dan Transparansi Harga Jadi Solusi Jangka Panjang
Selain upaya dari sisi pemerintah, edukasi konsumen menjadi bagian penting dalam mengelola dampak dari fluktuasi harga. Masyarakat diimbau untuk bijak dalam berbelanja, memanfaatkan alternatif bahan makanan, serta memantau harga harian melalui kanal resmi agar bisa membuat keputusan ekonomi yang cermat.
Transparansi informasi harga yang diberikan melalui platform online dan media sosial juga dinilai efektif untuk menghindari praktik penimbunan dan spekulasi harga yang merugikan masyarakat. Ketersediaan informasi real-time menjadi alat penting untuk menyeimbangkan posisi konsumen dan produsen dalam pasar yang kompetitif.
Dalam jangka panjang, langkah kolektif dari pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat akan menentukan keberhasilan menjaga stabilitas harga sembako di tengah tantangan ekonomi dan iklim yang semakin kompleks.