Kasus Virus Hanta di Indonesia Jadi Sorotan, Kemenkes Pastikan Pasien Telah Sembuh

Rabu, 02 Juli 2025 | 08:25:36 WIB
Kasus Virus Hanta di Indonesia Jadi Sorotan, Kemenkes Pastikan Pasien Telah Sembuh

JAKARTA - Kasus virus Hanta kembali mengemuka setelah Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengonfirmasi adanya delapan kasus virus Hanta tipe Haemorrhagic fever with renal syndrome (HFRS) yang terdeteksi di Indonesia. Penemuan ini terdata dalam hasil surveilans Kemenkes hingga 19 Juni 2025, menyusul kekhawatiran masyarakat usai laporan awal kemunculan virus tersebut di Kabupaten Bandung Barat pada akhir Mei lalu.

Meskipun kabar ini sempat menimbulkan keresahan, Kemenkes menegaskan bahwa seluruh pasien yang terinfeksi sudah dinyatakan sembuh tanpa ada laporan kematian. Juru Bicara Kemenkes RI drg Widyawati memastikan, “Kondisinya seluruh pasien sudah sembuh dengan tingkat kematian atau case fatality rate (CFR) 0 persen,” ungkapnya dalam keterangan resmi.

Sebaran Kasus Meliputi Empat Provinsi

Delapan kasus virus Hanta yang terdeteksi ini tersebar di empat provinsi, yakni Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Utara. Temuan ini menunjukkan bahwa potensi penyebaran virus Hanta tidak terbatas pada satu wilayah saja, melainkan dapat terjadi di berbagai daerah dengan kondisi lingkungan yang mendukung peredaran tikus sebagai inang virus.

Dalam laporannya, Kemenkes juga menyebutkan bahwa para pasien mengalami gejala yang cukup beragam. “Kedelapan pasien mengeluhkan beberapa gejala seperti demam, sakit kepala, nyeri badan, lemas, dan tubuh yang menguning atau jaundice,” kata Widyawati.

Gejala Mirip Penyakit Lain, Diagnosis Bisa Sulit

Pakar epidemiologi Dicky Budiman menilai, kasus virus Hanta yang terdeteksi kemungkinan masih lebih sedikit dibandingkan angka sebenarnya di lapangan. Ia menyebutkan, salah satu faktor yang menyulitkan pendeteksian adalah kemiripan gejala virus Hanta dengan beberapa penyakit lain yang sudah lebih dikenal masyarakat.

“Salah satu masalahnya adalah gejala virus Hanta mirip dengan gejala leptospirosis, demam berdarah, dan sepsis. Ini dapat menjadi penghalang untuk diagnosis dan pengobatan,” terang Dicky.

Dicky juga menekankan bahwa tingkat literasi masyarakat terkait infeksi virus Hanta masih rendah. Ini bisa memperburuk potensi penyebaran karena keterlambatan masyarakat dalam mengenali gejala dan mencari pertolongan medis.

Ancaman Penularan di Kawasan Padat dan Sanitasi Buruk

Dicky mengingatkan masyarakat, terutama yang tinggal di kawasan padat penduduk dengan kondisi sanitasi yang tidak memadai, untuk meningkatkan kewaspadaan. Ia menjelaskan bahwa lingkungan seperti pasar tradisional dengan kebersihan yang buruk hingga lahan pertanian yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi habitat ideal bagi tikus yang membawa virus Hanta.

“Masyarakat yang tinggal di kawasan padat penduduk diimbau untuk lebih mewaspadai penularan virus Hanta,” kata Dicky.

Banjir Jadi Faktor Risiko Tambahan

Lebih jauh, Dicky mengingatkan bahwa bencana banjir yang kerap terjadi di berbagai daerah di Indonesia selama musim hujan juga dapat memperbesar risiko penyebaran virus Hanta. Air banjir sering kali membawa kotoran dan urin tikus yang terkontaminasi virus, sehingga meningkatkan kemungkinan penularan ke manusia.

“Penyakit ini endemik di beberapa negara, dan menurut pendapat saya, kemungkinan besar akan endemik di Indonesia,” ujarnya.

Bagaimana Virus Hanta Menular?

Virus Hanta ditularkan terutama melalui paparan langsung atau tidak langsung dengan cairan tubuh, urin, atau kotoran tikus yang terinfeksi. Ketika manusia menghirup partikel debu yang terkontaminasi, risiko terinfeksi virus Hanta meningkat. Berbeda dengan beberapa virus lain, penularan virus Hanta dari manusia ke manusia tidak terjadi, sehingga potensi wabah antar-manusia sangat kecil.

Namun, risiko tetap tinggi di lingkungan yang memfasilitasi pertemuan manusia dengan tikus, terutama pada daerah yang padat dan memiliki sistem sanitasi yang buruk.

Kemenkes dan Ahli Ingatkan Pentingnya Kebersihan Lingkungan

Untuk mencegah penularan virus Hanta, Kemenkes bersama para pakar kesehatan mengimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah, terutama memastikan tidak ada sisa makanan atau tempat yang berpotensi mengundang tikus.

Selain itu, pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan edukasi tentang cara mencegah penularan virus Hanta, termasuk pengelolaan sampah yang baik dan program pengendalian populasi tikus di lingkungan padat penduduk.

Kemenkes Minta Warga Tidak Panik, Namun Tetap Waspada

Meski delapan pasien yang terinfeksi telah sembuh sepenuhnya, Kemenkes tetap meminta masyarakat untuk tidak menyepelekan potensi penyebaran virus ini di masa mendatang. “Kami mengimbau masyarakat tetap menjaga kebersihan lingkungan, terutama di kawasan yang rentan, dan segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala seperti demam, nyeri otot, sakit kepala, atau tubuh menguning,” tutup Widyawati.

Melalui pemahaman gejala dan langkah pencegahan sederhana, diharapkan masyarakat dapat lebih siap menghadapi ancaman virus Hanta dan mengurangi risiko penularannya di tengah lingkungan yang berpotensi mendukung perkembangan populasi tikus.

Terkini