JAKARTA - Pemerintah Indonesia dan Kerajaan Inggris resmi memperkuat kemitraan strategis di sektor pendidikan tinggi dan riset. Kolaborasi ini ditandai melalui kunjungan delegasi tingkat tinggi dari Inggris pada akhir Mei 2025. Agenda utama kerja sama tersebut meliputi pembukaan kampus cabang universitas Inggris di Indonesia, perluasan akses pendidikan global, serta penguatan kolaborasi riset strategis di bidang-bidang prioritas nasional.
Kunjungan ini menjadi tonggak penting dalam mendorong transformasi pendidikan tinggi di Indonesia sekaligus mendukung visi pemerintah menjadikan Indonesia sebagai pusat unggulan pendidikan dan inovasi di kawasan Asia Tenggara.
Presiden Prabowo Terima Delegasi Inggris
Pada 30 Mei 2025, Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, secara langsung menerima kedatangan Utusan Khusus Perdana Menteri Inggris untuk Urusan Pendidikan, Prof. Sir Steve Smith, di kediamannya di Hambalang, Bogor. Pertemuan tersebut turut dihadiri oleh Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Dominic Jermey, serta perwakilan dari Russell Group — jaringan universitas elite di Inggris yang dikenal memiliki standar akademik tinggi dan kontribusi riset kelas dunia.
Pertemuan itu membahas sejumlah inisiatif strategis untuk memperdalam hubungan bilateral di bidang pendidikan. Salah satu poin utama yang disoroti adalah pendirian kampus cabang dari universitas-universitas Inggris di Indonesia, sebuah langkah bersejarah yang akan membuka akses pendidikan internasional langsung di tanah air.
“Beberapa universitas di Inggris tertarik untuk membuka kampus di Indonesia,” ujar Sekretaris Kabinet, Teddy Indra Wijaya. Ia juga menambahkan bahwa kerja sama ini tidak hanya mencakup aspek akademik, tetapi juga menciptakan kolaborasi antara profesor dan peneliti kedua negara, terutama dalam mendukung agenda hilirisasi sumber daya alam Indonesia.
Kampus Internasional dengan Kualitas Global dan Biaya Terjangkau
Delegasi Inggris menyatakan komitmennya untuk menghadirkan institusi pendidikan tinggi yang memiliki kualitas setara dengan kampus induk di Inggris, namun dengan skema biaya yang disesuaikan dengan kondisi lokal di Indonesia. Hal ini akan menjadi solusi konkret bagi banyak pelajar Indonesia yang mendambakan pendidikan global tanpa harus keluar negeri.
“Delegasi UK juga menyampaikan komitmen bahwa perguruan tinggi asal UK yang akan hadir di Indonesia juga memiliki kualitas pendidikan yang setara dengan institusi induknya di UK, namun dengan biaya yang lebih terjangkau dan disesuaikan dengan kondisi lokal,” kata Haryo, perwakilan dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Indonesia.
Selain itu, kerja sama ini akan mencakup program joint degree dan double degree, yang memungkinkan mahasiswa Indonesia untuk memperoleh gelar dari dua institusi sekaligus — satu dari universitas Indonesia dan satu lagi dari universitas Inggris — tanpa harus sepenuhnya berkuliah di luar negeri.
Kolaborasi Riset Strategis: Energi, Pangan, dan Kesehatan
Tak hanya dalam aspek pendidikan formal, kerja sama Indonesia-Inggris juga diarahkan untuk memperkuat kolaborasi riset strategis di berbagai sektor vital. Fokus riset bersama ini meliputi ketahanan pangan, kesehatan masyarakat, serta pengembangan energi terbarukan.
“Indonesia dan Inggris perkuat kerja sama riset strategis di bidang pendidikan tinggi, meliputi ketahanan pangan, kesehatan, dan energi terbarukan,” demikian pernyataan resmi dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Indonesia.
Langkah ini diharapkan mampu mendorong lahirnya inovasi-inovasi yang mampu menjawab tantangan global sekaligus mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Dukungan Inggris terhadap Percepatan S3 dan Penguatan Program Magister
Dalam upaya meningkatkan kualitas akademik dan riset di dalam negeri, pemerintah Indonesia saat ini tengah mengakselerasi program percepatan doktoral (S3) bagi dosen dan memperkuat program magister berbasis kolaborasi internasional.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Dominic Jermey, menyatakan dukungannya terhadap program-program tersebut. “Inggris berkomitmen mendukung pilar kerja sama pendidikan dalam kemitraan strategis Indonesia-Inggris,” ujar Jermey sebagaimana dikutip dalam pernyataan resmi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Indonesia.
Data terbaru mencatat, dari sekitar 300 ribu dosen di 4.400 perguruan tinggi di Indonesia, baru sekitar 25% yang memiliki gelar doktor. Peningkatan jumlah dosen bergelar S3 menjadi kebutuhan mendesak untuk menopang kualitas pendidikan dan inovasi riset di dalam negeri.
Menuju Kemitraan Strategis Komprehensif 2025
Kerja sama pendidikan ini merupakan bagian integral dari kemitraan strategis komprehensif yang akan resmi diluncurkan antara Indonesia dan Inggris pada tahun 2025. Kedua negara menegaskan komitmennya untuk memperkuat hubungan bilateral di berbagai sektor yang saling menguntungkan.
“Kami sepakat untuk mengejar kemitraan strategis baru dan lebih dalam antara Inggris dan Indonesia yang akan kami luncurkan pada tahun 2025,” demikian bunyi pernyataan bersama dari kedua pihak yang dilansir melalui laman resmi pemerintah Inggris, GOV.UK.
Kemitraan ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi penciptaan masa depan yang lebih inklusif, aman, dan berkelanjutan, baik bagi masyarakat Indonesia maupun Inggris.
Optimisme Menuju Ekosistem Pendidikan Inklusif dan Kompetitif
Langkah konkret pemerintah dalam menggandeng mitra strategis seperti Inggris mencerminkan arah pembangunan sumber daya manusia yang fokus pada kualitas, daya saing global, dan adaptasi terhadap perubahan zaman. Dengan menghadirkan kampus-kampus internasional di dalam negeri, Indonesia tidak hanya memperluas akses pendidikan, tetapi juga memperkuat kapasitas riset untuk menjawab tantangan nasional dan global.
“Kerja sama ini adalah bukti nyata dari komitmen kita dalam meningkatkan kualitas pendidikan tinggi serta memperkuat posisi Indonesia di peta akademik dan riset global,” ujar Haryo dalam kesempatan terpisah.