JAKARTA - Pemerintah Arab Saudi mengumumkan keputusan mengejutkan dengan memangkas harga minyak mentah di Asia, yang menjadi penurunan terbesar dalam lebih dari dua tahun terakhir. Keputusan tersebut datang hanya beberapa hari setelah OPEC+ mengungkapkan rencana untuk menaikkan produksi minyak mentah dalam jumlah besar pada bulan Mei 2025. Langkah ini menandai perubahan signifikan dalam pasar energi global yang berpotensi mempengaruhi perekonomian dunia.
Menurut informasi yang diterima dari daftar harga yang dilihat oleh Bloomberg, perusahaan minyak milik negara, Saudi Aramco, akan menurunkan harga minyak mentah Arab Light sebesar US$2,30 per barel untuk pembeli terbesarnya di Asia untuk pengiriman bulan Mei 2025. Penurunan harga tersebut dianggap sebagai salah satu penyesuaian harga terbesar yang terjadi di kerajaan minyak ini dalam beberapa tahun terakhir. Ini juga jauh lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya berdasarkan survei yang dilakukan terhadap para pedagang dan penyuling minyak.
Penurunan harga yang cukup signifikan ini datang setelah beberapa waktu terakhir di mana Arab Saudi menikmati capaian harga tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Namun, meskipun harga minyak mentah sempat mencatatkan rekor harga tertinggi, langkah untuk menurunkan harga ini juga dipandang sebagai respons terhadap kebijakan OPEC+ yang baru saja diumumkan. OPEC+, yang terdiri dari negara-negara penghasil minyak besar termasuk Arab Saudi dan Rusia, baru saja mengumumkan rencana untuk menambah lebih dari 400.000 barel minyak per hari ke pasar global pada bulan Mei mendatang.
Menurut sumber yang dekat dengan keputusan tersebut, kebijakan peningkatan produksi ini dimaksudkan untuk meningkatkan pasokan minyak di pasar global, yang sebelumnya sempat terpengaruh oleh ketegangan dalam hubungan perdagangan global, serta kebijakan ekonomi negara-negara besar. "Penurunan harga ini adalah bagian dari respons terhadap keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi. Tindakan ini akan memastikan keseimbangan antara pasokan dan permintaan di pasar global," jelas salah seorang delegasi OPEC+ yang enggan disebutkan namanya.
Peningkatan produksi yang diumumkan oleh OPEC+ pada 3 April 2025 ini cukup mengejutkan pasar energi global. Dalam keputusan tersebut, OPEC+ berencana untuk menambah produksi minyak sebesar 400.000 barel per hari, jumlah yang jauh lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya. Beberapa analis memperkirakan peningkatan produksi yang lebih kecil, namun OPEC+ memutuskan untuk menambah pasokan tiga kali lebih besar dari yang diperkirakan untuk menjaga kestabilan pasar energi dunia.
Langkah ini memicu penurunan harga minyak mentah di pasar global, di mana harga minyak mengalami penurunan lebih dari 10% pada minggu lalu, setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan tarif perdagangan yang dapat mengancam stabilitas ekonomi global. Penurunan harga ini mencerminkan kekhawatiran akan dampak dari ketegangan perdagangan internasional dan potensi pelambatan ekonomi global, yang mempengaruhi permintaan energi.
Sementara itu, keputusan Arab Saudi untuk memangkas harga minyak mentah ini dianggap sebagai upaya untuk menjaga posisi mereka di pasar global yang semakin kompetitif. Saudi Aramco, sebagai produsen minyak terbesar dunia, memiliki pengaruh besar dalam menentukan harga pasar minyak global. Penurunan harga ini diyakini dapat memperkuat daya saing Arab Saudi dalam menarik pembeli dari negara-negara Asia, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global dan fluktuasi harga energi.
Namun, keputusan ini juga mendapat kritik dari beberapa pihak yang beranggapan bahwa kebijakan OPEC+ dalam meningkatkan produksi minyak dapat memperburuk situasi pasar minyak global yang sudah terpengaruh oleh ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi. Beberapa negara penghasil minyak, seperti Kazakhstan dan Irak, juga dinilai kurang patuh terhadap kuota produksi yang telah disepakati dalam OPEC+, yang membuat Arab Saudi merasa perlu untuk mengatur ulang kebijakan harga dan produksi guna menghukum negara-negara yang tidak mengikuti kesepakatan tersebut.
"Keputusan ini sangat penting untuk menanggapi ketidakseimbangan dalam produksi yang terjadi di beberapa negara penghasil minyak, seperti Kazakhstan dan Irak. Kami ingin memastikan bahwa OPEC+ tetap dapat menjaga kestabilan pasar global dan harga minyak," tambah delegasi OPEC+ tersebut.
Penurunan harga minyak oleh Saudi Aramco menjadi isu yang sangat diperhatikan oleh pasar energi, karena negara-negara penghasil minyak besar lainnya, termasuk Rusia dan negara-negara anggota OPEC, juga terlibat dalam upaya untuk mengelola pasokan dan harga minyak di pasar internasional. Dampaknya dapat dirasakan tidak hanya oleh negara-negara pengimpor minyak, tetapi juga oleh negara-negara yang bergantung pada ekspor minyak sebagai sumber utama pendapatan negara.
Pemerintah Arab Saudi, melalui langkah ini, mengharapkan pasar energi global akan tetap stabil meskipun ada peningkatan pasokan yang cukup besar. Namun, dampak jangka panjang dari kebijakan ini masih perlu dianalisis, mengingat ketegangan yang masih terjadi di pasar global dan ketidakpastian ekonomi yang melingkupi perdagangan internasional.
Sebagai penutup, kebijakan pemangkasan harga minyak yang diambil oleh Saudi Aramco ini menandakan bahwa Arab Saudi tetap berperan sebagai kekuatan utama dalam pasar minyak dunia. Langkah ini kemungkinan akan memengaruhi arah pergerakan harga minyak di masa mendatang, dengan banyak pihak yang memantau setiap langkah OPEC+ dalam menghadapi tantangan pasar minyak global yang semakin kompleks.