JAKARTA - Praktik pertambangan seringkali dikaitkan dengan kerusakan lingkungan dan ancaman terhadap keberadaan flora dan fauna. Namun, hal tersebut tidak berlaku di area pertambangan emas PT Bumi Suksesindo (PT BSI), yang beroperasi di Gunung Tumpang Pitu, Banyuwangi, Jawa Timur. PT BSI, anak perusahaan PT Merdeka Copper Gold Tbk, membuktikan bahwa aktivitas pertambangan emas dapat berjalan seiring dengan upaya pelestarian alam. Salah satu buktinya adalah penemuan satwa langka, Elang Jawa (Nisaetus Bartelsi), yang menjadikan kawasan tersebut sebagai habitat tetap.
Keberadaan Elang Jawa di sekitar area tambang PT BSI menjadi kejutan, karena sebelumnya satwa langka ini tidak pernah tercatat ada di wilayah tersebut. Sejak pertama kali terpantau pada tahun 2019, Elang Jawa terus muncul di sekitar area Pit B East, terutama pada pagi dan sore hari. Hal ini mengindikasikan bahwa kawasan tambang yang dikelola PT BSI kini menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi satwa langka tersebut untuk mencari makan dan beraktivitas.
Setiawan, Staf Pemantauan Departemen Lingkungan PT BSI, mengungkapkan bahwa keberadaan Elang Jawa di kawasan operasional tambang adalah indikasi kuat bahwa satwa tersebut telah menjadikan area tersebut sebagai habitatnya. "Elang Jawa aktif mencari makan pada siang hari. Jadi, jika pada pagi buta dan sore mereka terlihat di suatu lokasi, besar kemungkinan itulah tempat tinggalnya," ujar Setiawan. Meskipun sarang Elang Jawa belum ditemukan, fakta bahwa spesies ini rutin terlihat menunjukkan bahwa area tambang tersebut telah menjadi habitat tetap bagi Elang Jawa.
Komitmen PT BSI terhadap pelestarian lingkungan dan keberagaman hayati di kawasan Tujuh Bukit, tempat pertambangan emas mereka beroperasi, terbukti melalui berbagai langkah nyata yang telah diambil sejak awal operasional. Departemen Lingkungan PT BSI telah melakukan Studi Rona Awal (Baseline Study) untuk mendata keanekaragaman hayati di Gunung Tumpang Pitu sejak tahun 2015, jauh sebelum perusahaan mulai beroperasi. Dalam proses studi tersebut, PT BSI bekerja sama dengan para pakar, akademisi, dan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), untuk memastikan hasil studi yang objektif dan komprehensif.
Studi tersebut mencatat bahwa terdapat sekitar 350 jenis fauna yang hidup di area operasional PT BSI. Selain Elang Jawa, beberapa satwa langka lain yang juga tercatat hidup di kawasan ini adalah Lutung Jawa, Makaka, Merak Hijau, Rangkong Badak, Babi Hutan, Kijang Muntjac, Kukang Jawa, Kucing Hutan, dan Binturong. Keberadaan berbagai jenis satwa tersebut membuktikan bahwa meskipun ada kegiatan pertambangan, keseimbangan ekosistem di kawasan tersebut tetap terjaga dengan baik.
"Kami terus melakukan pemantauan terhadap flora dan fauna di kawasan Tujuh Bukit hingga hari ini," tambah Setiawan, menunjukkan bahwa pemantauan ekosistem di sekitar area pertambangan adalah kegiatan yang terus berlangsung dan menjadi bagian penting dari operasional PT BSI. Pemantauan ini dilakukan secara berkala untuk memastikan keberlanjutan dan kelestarian keanekaragaman hayati di kawasan tersebut, baik selama masa operasional tambang maupun setelah tambang berhenti beroperasi.
Sebagai bagian dari komitmen PT BSI terhadap keberlanjutan lingkungan, perusahaan ini juga melaksanakan berbagai langkah preventif dan perlindungan terhadap keanekaragaman hayati. Salah satunya adalah dengan menetapkan area penyangga (Buffer Zone) yang digunakan untuk konservasi. Di samping itu, PT BSI juga melakukan upaya penyelamatan benih dan bibit pohon lokal untuk program reklamasi lahan yang telah selesai digunakan. Selain itu, perusahaan juga meminimalkan penebangan pohon induk yang memiliki fungsi ekologis penting, dan membatasi pembukaan hutan hanya untuk keperluan operasional tambang yang sangat dibutuhkan.
Langkah-langkah ini juga disertai dengan patroli dan pengamanan hutan yang dilakukan secara berkala untuk memastikan tidak ada kerusakan yang terjadi pada ekosistem kawasan Tujuh Bukit. Setiawan menegaskan bahwa seluruh program ini merupakan bagian dari upaya PT BSI untuk memastikan bahwa keanekaragaman hayati tetap terjaga, bahkan setelah aktivitas tambang selesai. "Seluruh program ini merupakan upaya kami untuk memastikan keanekaragaman hayati di Tujuh Bukit tetap terjaga, bahkan setelah tambang berhenti beroperasi," katanya.
Pentingnya peran PT BSI dalam menjaga keseimbangan ekosistem juga tercermin dalam program sosialisasi lingkungan yang dilakukan perusahaan kepada seluruh karyawan dan mitra kerja. Program ini dilaksanakan secara berkelanjutan melalui berbagai media, seperti induksi kerja, pemasangan rambu-rambu dan poster, serta melalui aksi nyata seperti inspeksi lingkungan rutin dan peringatan Hari Lingkungan Hidup yang digelar setiap tahun. Dengan upaya tersebut, PT BSI berharap seluruh pihak yang terlibat dalam operasional tambang memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan di sekitar area operasi.
Keberhasilan PT BSI dalam menjaga kelestarian flora dan fauna di kawasan Tujuh Bukit, termasuk dengan hadirnya Elang Jawa sebagai salah satu satwa langka yang menjadikan area tambang sebagai habitatnya, membuktikan bahwa industri pertambangan tidak selalu merusak alam. Dengan komitmen yang kuat terhadap pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati, PT BSI menjadi contoh bagi industri pertambangan lainnya untuk dapat beroperasi dengan tetap menjaga kelestarian alam.
Sebagai perusahaan yang mengelola sumber daya alam, PT BSI menunjukkan bahwa keberlanjutan dan konservasi lingkungan bukanlah hal yang terpisah dari kegiatan operasional. Bahkan, melalui langkah-langkah yang tepat dan kebijakan yang mendukung, perusahaan dapat menciptakan keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya alam dan pelestarian alam untuk generasi mendatang.