JAKARTA - Bank Indonesia (BI) bergerak cepat merespons meningkatnya ketegangan perdagangan global yang dipicu oleh rencana Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, untuk menaikkan tarif impor. Ketegangan ini berpotensi memicu gejolak di pasar keuangan internasional, termasuk memberi tekanan terhadap nilai tukar Rupiah. Menyadari hal tersebut, BI memastikan komitmennya untuk menjaga stabilitas mata uang nasional dengan strategi andalan: kebijakan triple intervention.
Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menegaskan bahwa langkah ini diambil sebagai upaya konkret untuk melindungi perekonomian domestik dari dampak eksternal yang tidak menentu. Menurutnya, Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan kebijakan triple intervention guna meredam tekanan terhadap nilai tukar Rupiah.
“BI tetap berkomitmen untuk menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah,” ujar Ramdan dalam keterangan tertulisnya Sabtu 5 April 2025.
Respons Cepat Bank Indonesia Atas Rencana Kenaikan Tarif Impor AS
Ketegangan dagang yang kembali memanas antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya menjadi perhatian serius bagi otoritas moneter Indonesia. Langkah Presiden Donald Trump yang berencana menaikkan tarif impor diprediksi akan memicu volatilitas di pasar global, termasuk pasar mata uang.
Sejumlah analis memproyeksikan bahwa tekanan terhadap mata uang negara berkembang, termasuk Rupiah, akan meningkat. Kekhawatiran pelaku pasar terhadap potensi melambatnya perdagangan global membuat permintaan terhadap aset-aset safe haven, seperti dolar AS, kembali menguat. Akibatnya, nilai tukar Rupiah berisiko mengalami pelemahan apabila tidak ditangani secara sigap.
Melihat situasi tersebut, Bank Indonesia memilih untuk mengedepankan strategi triple intervention yang selama ini terbukti efektif dalam menjaga stabilitas nilai tukar. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, BI berharap volatilitas Rupiah dapat ditekan seminimal mungkin dan memberikan kepercayaan bagi para pelaku pasar.
Apa Itu Strategi Triple Intervention?
Triple intervention adalah kebijakan intervensi tiga jalur yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah tekanan pasar. Strategi ini mencakup:
1. Intervensi di Pasar Spot
BI melakukan intervensi langsung di pasar spot untuk menstabilkan pergerakan nilai tukar Rupiah dengan cara menjual atau membeli valuta asing sesuai kebutuhan.
2. Intervensi di Pasar Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF)
Melalui instrumen DNDF, BI memberikan alternatif lindung nilai bagi pelaku pasar guna mengurangi tekanan di pasar spot dan menjaga ekspektasi nilai tukar tetap terkendali.
3. Intervensi di Pasar Surat Berharga Negara (SBN)
Intervensi ini dilakukan untuk menjaga stabilitas pasar obligasi domestik yang juga berpengaruh terhadap arus masuk dan keluar modal asing.
Dengan ketiga instrumen tersebut, BI dapat merespons secara fleksibel terhadap dinamika pasar dan meminimalisir dampak guncangan global terhadap stabilitas perekonomian nasional.
Ramdan Denny Prakoso menegaskan bahwa strategi ini tidak hanya bertujuan menstabilkan Rupiah, tetapi juga untuk memastikan kecukupan likuiditas valuta asing di pasar domestik.
“Langkah ini juga bertujuan untuk menjaga kecukupan likuiditas valuta asing bagi kebutuhan perbankan dan sektor usaha, serta menjaga kepercayaan investor di tengah gejolak pasar yang terjadi akibat ketegangan perdagangan global,” jelas Ramdan.
Mendorong Kepercayaan Investor dan Stabilitas Pasar Keuangan
Kepercayaan investor menjadi faktor kunci yang dijaga ketat oleh Bank Indonesia di tengah memanasnya situasi global. Ketika volatilitas meningkat, investor cenderung mencari instrumen yang dianggap aman, sehingga arus modal keluar dari negara berkembang berpotensi terjadi.
Untuk itu, selain menjaga stabilitas Rupiah, langkah BI juga diarahkan untuk memberikan kepastian bagi pelaku pasar bahwa perekonomian Indonesia tetap berada dalam jalur yang aman dan terkendali. Keberhasilan strategi triple intervention sebelumnya juga memberikan keyakinan bahwa Indonesia mampu bertahan menghadapi tekanan global.
Menurut catatan, kebijakan ini pernah efektif meredam gejolak pasar saat pandemi COVID-19 serta dalam menghadapi kenaikan suku bunga The Fed beberapa waktu lalu. Dengan pengalaman tersebut, BI optimistis triple intervention kali ini akan kembali menjadi tameng yang efektif.
Dukungan Sektor Keuangan Domestik
Selain triple intervention, Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah serta otoritas terkait guna menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan nasional. Stabilitas sektor keuangan menjadi pilar utama dalam menjaga momentum pemulihan ekonomi yang saat ini sedang berlangsung.
Langkah-langkah seperti penguatan cadangan devisa, pengelolaan inflasi yang terkendali, serta bauran kebijakan moneter dan fiskal yang seimbang terus diupayakan untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif.
Penguatan kerja sama internasional juga terus dilakukan BI, baik dalam forum bilateral maupun multilateral, guna memastikan adanya jaringan pendukung yang kuat dalam menghadapi dinamika global yang kompleks.
Dengan dinamika perdagangan global yang semakin menantang, Bank Indonesia menegaskan kesiapannya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah melalui strategi triple intervention yang komprehensif. Langkah ini tidak hanya fokus pada kestabilan mata uang, tetapi juga memberikan jaminan kecukupan likuiditas valuta asing serta memperkuat kepercayaan investor di tengah ketidakpastian global.
“BI tetap berkomitmen untuk menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah,” tegas Ramdan Denny Prakoso, memperkuat pesan bahwa otoritas moneter Indonesia siap menghadapi gejolak pasar dengan kebijakan yang tepat sasaran.
Dengan dukungan penuh dari seluruh sektor keuangan, koordinasi yang solid dengan pemerintah, serta kepercayaan masyarakat dan pelaku usaha, Indonesia optimis dapat melalui tantangan ini dengan stabilitas ekonomi yang tetap terjaga.