JAKARTA - Desa Kabuna, Kecamatan Kakaluk Mesak - Curah hujan yang tinggi dalam beberapa pekan terakhir telah menyebabkan kerugian signifikan bagi para petani cabai di Belu, khususnya kelompok Tani Manebala. Intensitas hujan yang tak kunjung reda mengakibatkan genangan air yang merendam lahan pertanian dan berdampak pada kesehatan tanaman cabai. Hal ini berimbas pada produktivitas dan pendapatan petani, yang kini tengah berupaya keras menyelamatkan kondisi pertanian mereka.
Ketua kelompok Tani Manebala, Arnoldus Naiusu, mengungkapkan kekhawatirannya terkait kondisi tanaman cabai milik kelompoknya. Dalam wawancara dengan RRI pada Rabu, 19 Februari 2025, Arnoldus menjelaskan bahwa intensitas hujan yang tinggi telah menyebabkan ratusan pohon cabai terendam air. Akibatnya, lebih dari 500 pohon cabai menjadi kering dan mati. Kerugian ini tentu mempengaruhi hasil panen dan penghasilan petani, serta dapat menyebabkan kenaikan harga cabai di pasaran.
"Curah hujan yang tinggi menyebabkan luapan air yang merendam ratusan tanaman cabai. Kami sudah berusaha melakukan pembersihan, namun sebagian tanaman tidak mampu terselamatkan," ujar Arnoldus Naiusu. Pernyataan ini menggambarkan betapa seriusnya dampak curah hujan terhadap lahan pertanian mereka.
Di tengah situasi sulit ini, Arnoldus dan kelompok Tani Manebala terus berupaya melakukan tindakan preventif guna menyelamatkan tanaman yang tersisa dan menjaga ketahanan pangan di daerah tersebut. Pembersihan lahan dan perbaikan sistem drainase menjadi langkah awal yang telah mereka lakukan, meskipun belum sepenuhnya mampu mengatasi dampak buruk dari intensitas hujan yang terus mengguyur.
Kerugian sekitar 10-12 kilogram cabai per tanaman akibat cuaca ekstrem ini tak hanya berdampak pada kelompok Tani Manebala saja, tetapi bisa mempengaruhi pasokan cabai di tingkat regional. Ini dapat meningkatkan harga cabai di Kabupaten Belu dan sekitarnya, menambah beban ekonomi bagi masyarakat setempat.
Dampak lingkungan akibat perubahan iklim yang ekstrem semakin dirasakan oleh para petani di daerah ini. Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan cuaca menjadi sangat penting agar aktivitas pertanian dapat tetap berlangsung dengan baik. Menurut Arnoldus, adaptasi dapat dilakukan melalui berbagai cara, termasuk memperbaiki infrastruktur pertanian serta mengintegrasikan teknologi dan pengetahuan baru ke dalam praktik pertanian sehari-hari.
"Kami memahami pentingnya menjaga ketahanan pangan daerah. Oleh karena itu, kami berusaha menggantikan tanaman yang rusak agar tidak menimbulkan kenaikan harga di wilayah Kabupaten Belu," tambah Arnoldus Naiusu.
Dukungan dari pemerintah dan pihak terkait juga dibutuhkan dalam menghadapi tantangan ini. Bantuan dalam bentuk peralatan dan teknologi pertanian, serta dukungan finansial bagi para petani terdampak, menjadi hal yang krusial untuk memulihkan kembali produktivitas pertanian. Selain itu, pengetahuan dan pelatihan tentang cara bertani yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim juga sangat penting untuk diberikan kepada petani di daerah yang rentan terhadap kondisi cuaca ekstrem.
Tentunya, situasi ini juga menjadi tantangan bagi pemerintah daerah Kabupaten Belu untuk meningkatkan sistem pengelolaan air dan infrastruktur, yang dapat membantu mencegah genangan air yang merusak lahan pertanian setelah hujan lebat. Langkah-langkah strategis yang terencana dengan baik harus diterapkan supaya kejadian serupa tidak terulang di masa depan.
Dalam jangka panjang, pembangunan sistem irigasi yang kokoh dan tahan terhadap berbagai kondisi cuaca, serta peningkatan kapasitas penyimpanan air, dapat membantu mengurangi risiko kerugian akibat curah hujan tinggi. Selain itu, perlu ada upaya pengelolaan sumber daya air yang lebih baik dan berkelanjutan untuk memastikan pasokan air yang memadai sepanjang tahun tanpa mengganggu ekosistem yang ada.
Melalui kerja sama yang sinergis antara petani, pemerintah, dan masyarakat, tantangan ini diharapkan dapat diatasi dengan baik. Dengan demikian, ketahanan pangan tetap terjaga dan kesejahteraan petani dapat ditingkatkan meskipun menghadapi berbagai kendala dari perubahan iklim yang semakin tidak menentu.
Para petani di Belu, seperti kelompok Tani Manebala, terus berharap dan berusaha agar cuaca segera membaik, sehingga kegiatan pertanian dapat kembali normal. Dengan begitu, masyarakat dapat terus menikmati pasokan cabai dan hortikultura lainnya dengan harga yang stabil, serta para petani dapat merasakan hasil kerja keras mereka tanpa gangguan dari cuaca ekstrem.
Upaya untuk bertahan dan beradaptasi di tengah kondisi ini menunjukkan ketangguhan dan ketekunan para petani dalam menjaga keberlanjutan pertanian di Kabupaten Belu. Semoga dengan dukungan dan langkah-langkah tepat, dampak buruk akibat intensitas hujan tinggi ini dapat segera teratasi, dan petani dapat kembali menjalankan aktivitas pertaniannya dengan normal demi kesejahteraan bersama.