JAKARTA - Kabar mengenai potensi merger antara dua raksasa transportasi online di Asia Tenggara, yaitu PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan Grab Holdings Ltd kembali berhembus kencang pada awal Februari 2025. Isu ini mencuat di tengah spekulasi tentang dampak ekonomi dan pasar dari potensi penggabungan ini. Namun, siapa yang sebenarnya akan diuntungkan atau bahkan dirugikan dari langkah besar ini?
Manfaat Strategis bagi Grab
Jika merger ini terealisasi, banyak pihak yang memprediksi bahwa Grab akan menjadi pihak yang paling diuntungkan. Analis dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Christopher Rusli, menilai bahwa andai Grab menjadi pengendali setelah merger dan melakukan mandatory tender offer (MTO), maka dominasi pasar Grab akan meningkat signifikan. Dengan mengendalikan GOTO, Grab diperkirakan akan menguasai sekitar 80% pangsa pasar layanan transportasi on-demand di Indonesia.
Dengan akuisisi ini, Grab dapat memperkuat ekosistemnya melalui sinergi dengan Tokopedia dan GoPay. Hal ini memungkinkan penghapusan biaya berlebihan seperti biaya pemasaran yang besar akibat kompetisi dengan GOTO. Christopher Rusli juga menambahkan bahwa posisi tawar Grab terhadap regulator, supplier, dan mitra bisnis dapat lebih kuat.
Potensi Keuntungan dan Kerugian
Merger antara Grab dan GOTO diperkirakan akan memotong biaya operasional dan menyederhanakan struktur pasar yang selama ini sarat dengan persaingan ketat. Hal ini bisa menjadi peluang besar untuk meningkatkan profitabilitas kedua perusahaan yang selama ini mengalami tekanan untuk mencapai titik break-even di pasar Asia Tenggara yang sangat kompetitif.
Namun, tidak semua pihak melihat merger ini sebagai langkah positif. Salah satu kekhawatiran utama adalah potensi monopoli pasar yang dapat mempengaruhi persaingan sehat dalam industri transportasi online. Selain itu, proses integrasi dua perusahaan besar ini bisa mengganggu operasional harian dan membawa risiko disrupsi.
Pernyataan Resmi GOTO
Merespons spekulasi ini, Corporate Secretary GOTO, R A Koesoemohadiani, menegaskan bahwa tidak ada kesepakatan merger resmi yang terjadi antara GOTO dan Grab. Pernyataan ini menyebut bahwa berita terkait merger hanya berbasis spekulasi yang telah beredar dari waktu ke waktu.
Pernyataan resmi dari GOTO juga menekankan bahwa berita tersebut tidak berdampak negatif terhadap operasional dan keberlangsungan usaha mereka. Meskipun demikian, spekulasi ini telah cukup mempengaruhi pergerakan harga saham GOTO di pasar.
Situasi Pasar dan Pengaruh Merger
Isu merger ini juga membawa dampak pada pasar saham, di mana saham GOTO sempat naik 7,41% ke level Rp 87 per saham, imbas dari sentimen pasar yang positif terhadap potensi merger ini. Namun, tanggapan ini bisa bersifat sementara, terutama jika spekulasi ini tidak segera dikonfirmasi dengan langkah konkret dari kedua belah pihak.
Intensifikasi pembicaraan di antara kedua perusahaan ini, seperti dilaporkan oleh beberapa media internasional, mengindikasikan potensi bahwa merger tersebut bisa menjadi kenyataan pada tahun 2025. Meski demikian, beberapa risiko seperti hambatan regulasi terkait monopoli dan disrupsi operasional tetap perlu dipertimbangkan dengan cermat untuk menghindari dampak negatif yang lebih besar.
Kesimpulan
Merger antara GOTO dan Grab menyimpan potensi keuntungan operasional yang besar bagi kedua pihak, utamanya bagi Grab, dalam memperkuat posisi pasar mereka. Namun, risiko dan potensi dampak negatif terhadap pasar dan industri perlu menjadi perhatian serius. Meski klarifikasi dari GOTO menyangkal adanya kesepakatan merger, dinamika pasar dan potensi perubahan di industri ini membuat spekulasi tetap relevan untuk diikuti perkembangannya. Apapun hasil akhirnya, merger ini berpotensi membawa dampak signifikan bagi ekosistem bisnis transportasi online di Asia Tenggara.