BATUBARA

Cuaca Ekstrem di Tengah Lahan Batubara, 4 Daerah Terpanas di Kalimantan Timur

Cuaca Ekstrem di Tengah Lahan Batubara, 4 Daerah Terpanas di Kalimantan Timur
Cuaca Ekstrem di Tengah Lahan Batubara, 4 Daerah Terpanas di Kalimantan Timur

BALIKPAPAN - Kalimantan Timur kembali menjadi sorotan. Provinsi ini dikenal sebagai salah satu penghasil batubara terbesar di Indonesia, namun di balik keunggulan ekonominya, dampak lingkungan dari kegiatan pertambangan makin terasa. Pemanasan global dan perubahan iklim yang dipicu oleh aktivitas pertambangan telah menjadikan Kalimantan Timur sebagai wilayah dengan cuaca yang semakin panas. Empat daerah bahkan dinobatkan sebagai wilayah terpanas di provinsi ini, menjadikan kehidupan sehari-hari penduduknya penuh tantangan.

Kegiatan pertambangan batubara tak hanya membawa pengaruh ekonomi, tetapi juga lingkungan. Alexander Andryanto, pakar lingkungan dari Universitas Mulawarman, mengatakan, "Eksploitasi batubara dalam skala besar mengakibatkan perubahan ekosistem yang siginifikan, termasuk meningkatnya suhu rata-rata di wilayah penambangan."

Kabupaten Kutai Timur menjadi daerah paling panas di Kalimantan Timur. Dengan ketinggian hanya 5,98 meter di atas permukaan laut (mdpl), wilayah ini mengalami suhu tinggi yang kerap menguras energi warganya, terutama saat siang hari. Bahkan Alif Maulana, seorang penduduk lokal, menyatakan bahwa "tidak sehari pun kami lalui tanpa kipas angin yang berputar."

Menyusul Kutai Timur, Kabupaten Paser terletak di atas ketinggian 10,23 mdpl, tetapi suhu di sini hampir sama menyengatnya. Warga Paser kerap mengeluhkan panas yang seperti tidak kunjung reda. Kegiatan sehari-hari menjadi lebih berat, dan menghidupkan penyejuk ruangan seolah telah menjadi kebutuhan pokok yang tak bisa dielakkan.

Kabupaten Berau, yang dikenal dengan keindahan laut dan wisata bawah lautnya, kini juga dikenal dengan panasnya. Dengan ketinggian 10,71 mdpl, daerah ini menjadi salah satu yang terpanas di Kalimantan Timur. Efek panas di Berau diratapinya oleh para wisatawan yang kerap terkejut dengan perbedaan suhu antara rumah dan tempat wisata.

Terakhir, Kota Balikpapan, terkenal sebagai kota energi, menduduki peringkat keempat sebagai daerah terpanas dengan ketinggian 12,62 mdpl. Di sini, panas telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari para penduduk. Fenomena urban heat island atau pulau panas perkotaan semakin memperparah kondisi, menjadikan Balikpapan sebagai contoh nyata dampak urbanisasi yang tidak terkelola dengan baik.

Dalam menghadapi permasalahan ini, pemerintah daerah dan masyarakat dituntut untuk mencari solusi yang tepat guna mengatasi dampak perubahan iklim. Salah satu langkah penting adalah dengan mengembangkan kebijakan pertambangan yang ramah lingkungan. Pendidikan dan kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan harus ditingkatkan.

Dr. Caroline Sudrajat, ahli ekologi sosial, menyarankan, "Mengintegrasikan teknologi ramah lingkungan dalam operasi pertambangan merupakan langkah awal yang signifikan untuk mengurangi dampak lingkungan."

Kemajuan ekonomi melalui aktivitas pertambangan batubara memang membawa keuntungan materi, tetapi harus diimbangi dengan perhatian terhadap dampak lingkungan. Daerah-daerah di Kalimantan Timur yang mengalami peningkatan suhu ekstrim mengingatkan kita akan tantangan lingkungan yang mendesak untuk ditangani. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan peneliti sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan.

Empat daerah terpanas di Kalimantan Timur menjadi saksi bisu dari dinamika ini, dan perubahan harus dimulai sekarang juga.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index