Ibukota Jakarta kembali harus menghadapi bencana banjir akibat curah hujan yang melampaui kapasitas infrastruktur pengendalian yang ada. Banjir yang merendam sejumlah wilayah di Jakarta ini dipicu oleh intensitas hujan ekstrem yang melampaui ambang batas yang dapat ditangani oleh sistem pengendalian banjir kota.
Pj Gubernur Jakarta, Teguh Setyabudi, mengungkapkan bahwa infrastruktur pengendalian banjir di Jakarta dirancang untuk menangani hujan dengan kapasitas maksimal 150 mm/hari. Namun, curah hujan baru-baru ini melewati batas tersebut sehingga menyebabkan banjir meluas. "Infrastruktur utama pengendalian banjir Jakarta memang hanya mampu menangani hujan dengan kapasitas mencapai 150 mm/hari. Namun berbagai upaya dapat kita lakukan untuk meminimalkan dampaknya," terang Teguh.
Data BMKG: Curah Hujan Lampaui Batas
Konfirmasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menguatkan pernyataan Teguh. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengungkapkan bahwa curah hujan di berbagai wilayah Jakarta telah melampaui 150 mm/hari. "Di sebagian besar Pos Hujan BMKG tercatat curah hujan melampaui 150 mm/hari," tuturnya.
Menurut data BMKG, sejumlah titik pengukuran menunjukkan angka curah hujan yang signifikan melebihi batas normal. Di Automatic Rain Gauge (ARG) Pulomas, misalnya, tercatat curah hujan mencapai 214,6 mm, sementara di Pos Hujan BPP Sukapura mencapai 205,4 mm. Di titik lainnya seperti ARG Tomang, curah hujan menunjukkan angka 201,6 mm, dan di Pos Hujan PJT II Gabus mencatat 200,6 mm. Rata-rata, curah hujan di Jakarta kemarin berada di atas 150 mm/hari, sehingga tidak heran banjir terjadi di banyak lokasi.
Tindakan Pemerintah Jakarta
Menanggapi situasi ini, Teguh menyatakan bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengambil berbagai langkah untuk menanggulangi dampaknya. Instruksi telah diberikan kepada jajaran terkait untuk melakukan upaya penyedotan genangan air dan memastikan fungsi tali-tali air berjalan dengan baik. "Saya telah instruksikan kepada jajaran Dinas SDA, BPBD, Dinas Bina Marga, Dinas Gulkarmat untuk melakukan penyedotan genangan dan memastikan tali-tali air berfungsi dengan baik bersama dengan para lurah dan camat setempat," ujar Teguh.
Selain itu, Teguh menghimbau agar warga tetap waspada menghadapi potensi cuaca ekstrem yang masih mungkin terjadi. "Sesuai peringatan cuaca ekstrem yang dikeluarkan BMKG, Rabu, 29 Januari hari ini Jakarta masih ada potensi dilanda hujan sedang-lebat. Oleh karena itu, saya mengimbau warga Jakarta untuk selalu berhati-hati," tambahnya. Selain itu, ia mengimbau warga untuk segera melaporkan adanya genangan melalui telepon 112, aplikasi JAKI, atau kanal pengaduan lainnya.
Dampak Terhadap Masyarakat
Banjir kali ini menambah panjang daftar wilayah yang terdampak, termasuk Jl Boulevard Kelapa Gading yang belum surut sepenuhnya. Laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyebutkan bahwa 43 RT di Jakarta Barat terendam banjir, memaksa sejumlah warga untuk mengungsi.
Sementara itu, kehidupan warga di beberapa daerah lain yang sempat terendam, seperti Kebon Pala, mulai berangsur normal setelah air surut. Namun, kewaspadaan tetap diperlukan mengingat potensi hujan lebat masih ada.
Banjir di Jakarta yang disebabkan oleh curah hujan ekstrem menunjukkan perlunya penanganan jangka panjang dalam mengatasi masalah pengelolaan air di kota ini. Infrastruktur yang ada terbukti tidak memadai untuk mengatasi curah hujan dengan intensitas tinggi. Diperlukan langkah-langkah strategis dari pemerintah untuk memperbarui dan meningkatkan sistem pengendalian banjir agar dapat mengantisipasi kondisi serupa di masa depan. Selain itu, partisipasi aktif dari masyarakat dalam melaporkan kejadian dan mengikuti arahan dari pihak berwenang sangat penting untuk mengurangi dampak dari bencana tahunan ini.