Dalam menghadapi perubahan iklim global dan kebutuhan energi yang terus meningkat, pemerintah Indonesia telah merumuskan strategi transisi energi yang berfokus pada penyimpanan karbon (CCS) dan Biodiesel B100. Langkah ini merupakan bagian integral dari upaya Indonesia untuk beralih ke penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT), mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan mencapai target netral karbon pada tahun 2060.
Satya Hangga Yudha, Tenaga Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menyatakan bahwa Indonesia memiliki kapasitas dan sumber daya yang cukup untuk mendorong transisi ini secara bertahap. "Transisi energi harus bertahap. Kita beralih ke EBT, namun batu bara masih menjadi sumber energi yang kompetitif dan murah. Maka, supaya kita konsisten dengan penurunan emisi karbon di PLTU batu bara, perlu dilakukan co-firing dengan biomassa dan ke depan dengan teknologi penyimpanan karbon CCS dan CCUS," kata Hangga dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, 29 Januari 2025.
Pemerintah menargetkan pembangunan lebih dari 100 GW kapasitas energi baru hingga tahun 2040. Hangga menjelaskan bahwa sekitar 75% dari kapasitas tersebut akan berasal dari energi terbarukan, sementara 5 GW akan diperoleh dari nuklir, dan 20 GW dari gas. Strategi ini tidak hanya akan membantu memenuhi permintaan energi domestik yang terus meningkat tetapi juga mendukung komitmen internasional Indonesia terhadap Kesepakatan Paris.
Terkait dorongan untuk penggunaan biodiesel B100, Menteri ESDM telah mengeluarkan keputusan menteri (Kepmen) mengenai penerapan B40 dan menargetkan peningkatan bertahap hingga B100. “Menteri ESDM sudah mengeluarkan kepmen tentang B40 (biodiesel) dan kami berharap kepmen tersebut dapat dilaksanakan dengan baik. Tahun depan, targetnya meningkat ke B50 dan seterusnya sampai B100,” ujarnya.
Hangga juga menekankan pentingnya peran transportasi bahan bakar nabati (FAME), serta perlunya stakeholder yang handal dalam pengangkutannya. Terkait subsidi BBM, listrik, dan LPG, beliau memastikan bahwa mekanismenya akan disesuaikan agar tepat sasaran, sesuai dengan arahan Presiden dan Menteri ESDM.
Perusahaan di sektor minyak dan gas turut didorong untuk terlibat aktif dalam transisi ini. Mengaktifkan sumur idle dan menerapkan teknologi peningkaan pemulihan minyak (IOR/EOR) diidentifikasi sebagai prioritas utama dalam meningkatkan lifting migas nasional. Ini sejalan dengan RUU yang tengah dibahas di Kementerian ESDM untuk memperkuat ketahanan energi nasional.
Hangga menyebutkan bahwa adanya Keputusan Presiden terkait Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional dapat memicu peningkatan investasi di sektor ini. "Kami berharap dapat meningkatkan investasi, hilirisasi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan nilai tambah pada komoditas Indonesia," ungkap Hangga.
Generasi muda diidentifikasi memiliki peran penting dalam memberdayakan sektor energi terbarukan di Indonesia. Hangga, yang juga menjabat sebagai Vice Chairman for Energy Policy, Youth Energy & Environment Council (YeC), menekankan bahwa kedisiplinan adalah kunci sukses bagi generasi muda dalam menyikapi dinamika industri energi di era digital.
“Generasi muda akan menjadi pemangku kebijakan di masa depan. Namun, salah satu tantangan terbesar mereka adalah kedisiplinan, terutama di era media sosial, di mana tekanan untuk meraih sesuatu dengan cepat sangat tinggi,” ujarnya menggarisbawahi pentingnya membangun kompetensi dan etika kerja yang kuat sejak dini.
Upaya transisi energi ini selaras dengan visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden RI, dengan fokus utama pada swasembada energi dan hilirisasi sebagai bagian dari agenda nasional. Indonesia berkomitmen untuk mengikuti praktik terbaik global dalam mengembangkan kebijakan energi yang berkelanjutan dan inovatif.
Di tengah tantangan global, seperti perubahan iklim dan fluktuasi harga energi, Indonesia terus maju dengan langkah proaktif dalam memajukan sektor energi terbarukan yang berkelanjutan. Dengan dukungan kebijakan yang tepat, sumber daya yang dimiliki, dan kolaborasi aktif antara pemerintah dan sektor swasta, Indonesia optimis menapaki jalan menuju masa depan energi yang lebih ramah lingkungan dan mandiri.