Wisata

Wisata Teluk Wondama Makin Siap Sambut Turis

Wisata Teluk Wondama Makin Siap Sambut Turis
Wisata Teluk Wondama Makin Siap Sambut Turis

JAKARTA - Papua tidak pernah kehabisan pesona. Di balik ketenaran Raja Ampat, wilayah ini menyimpan destinasi lain yang tak kalah memesona: Teluk Wondama. Terletak di Provinsi Papua Barat, Teluk Wondama mulai muncul sebagai alternatif wisata bahari yang alami dan belum banyak dijamah, menjanjikan pengalaman berbeda bagi pelancong yang mencari ketenangan dan keindahan laut tropis.

Kabupaten Teluk Wondama resmi berdiri pada tahun 2002 sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Manokwari, dan memiliki ibu kota di Wasior. Sejak saat itu, wilayah ini terus mengembangkan potensi pariwisata, apalagi setelah sebagian besar kawasan Taman Nasional Laut Teluk Cenderawasih dan Cagar Alam Pegunungan Wondiboy masuk dalam teritorialnya.

Menurut Bupati Teluk Wondama, Elysa Auri, sebanyak 80% kawasan nasional Teluk Cenderawasih kini berada di wilayah Teluk Wondama, dan sisanya di Kabupaten Nabire yang kini termasuk dalam Provinsi Papua Tengah.

"Nah, setelah Kabupaten Teluk Wondama dibentuk maka seluruh potensi wisata di kawasan nasional Teluk Cendrawasih itu ada 80% di Kabupaten Teluk Wondama, sedangkan sisanya 20% ada di Kabupaten Nabire yang sekarang Provinsi Papua Tengah," ujar Elysa Auri.

Momen peringatan 1 Abad Aitumieri yang jatuh pada 25 Oktober 2025 dimanfaatkan sebagai tonggak penting dalam memperkenalkan Teluk Wondama lebih luas. Acara ini bukan hanya tentang sejarah, tetapi juga tentang semangat pembangunan dan transformasi di wilayah Papua.

Sekretaris Daerah Kabupaten Teluk Wondama, Aser Waroi, menyatakan pemerintah daerah telah mempersiapkan sarana dan prasarana untuk menyambut para tamu, termasuk penginapan dan konektivitas transportasi.

"Kalau soal transportasi ke Kabupaten Teluk Wondama itu kami punya dua akses masuk. Yaitu lewat darat dari Manokwari atau Nabire. Kalau lewat udara bisa dari Nabire ke Wasior, hanya butuh 14 menit. Sementara dari Manokwari ke Wasior naik pesawat Susi Air hanya 45 menit," jelas Aser.

"Sedangkan tingkat hunian di Wondama, kami juga punya hotel untuk melayani tamu. Untuk menghadapi satu abad peradaban orang Papua kami sudah menyediakan lokasi-lokasi untuk menampung tamu. Untuk wisatawan biasa, kami punya homestay dan rumah makan yang cukup banyak," tambahnya.

Meski Teluk Wondama masih menghadapi keterbatasan fasilitas, pemerintah daerah optimistis bahwa acara 1 Abad Aitumieri akan mendongkrak angka kunjungan wisatawan. Target pengunjung saat perayaan nanti diperkirakan mencapai 20.000 orang.

"Memang kita punya keterbatasan, tapi Pemerintah Kabupaten Teluk Wondama bekerja sama dengan Provinsi Papua Barat. Kami juga memohon kepada Kementerian Perhubungan agar difasilitasi kapal Pelni sebagai hotel terapung selama 10 hari," jelas Elysa Auri.

"Kami juga mengupayakan kerja sama untuk pengalihan rute kapal Pelni, baik antar kabupaten maupun antar provinsi. Tujuannya agar semua orang bisa mengakses Teluk Wondama dengan lebih mudah melalui berbagai jalur laut," lanjutnya.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Teluk Wondama, Christian Mambor, menjelaskan bahwa kawasan ini dikelilingi oleh wilayah konservasi, baik laut maupun darat. Lautnya termasuk dalam Taman Nasional Cenderawasih, sementara daratannya berada dalam cakupan Cagar Alam Pegunungan Wondiboy.

"Wilayah kami didominasi oleh kawasan konservasi. Laut kami masuk dalam Taman Nasional Cenderawasih dan daratannya dalam Cagar Alam Pegunungan Wondiboy. Kalau suka konservasi, di sinilah tempatnya, karena keanekaragaman hayatinya tinggi," kata Christian.

Menurut Christian, pihaknya terus berbenah agar wisatawan merasa nyaman saat berkunjung. Saat ini, Teluk Wondama mengandalkan promosi lewat komunitas, pameran seperti yang digelar di Sarinah, serta penyebaran brosur.

"Kita ingin orang-orang lebih mengenal kita. Langkahnya seperti yang kita lakukan sekarang, menyebarkan selebaran dan lewat komunitas. Kita akan benahi akses, akomodasi, dan amenitas. Untuk atraksi dan aktivitas, kita sudah punya secara alami," ujarnya.

Christian juga menyebutkan bahwa jaringan telekomunikasi di Wondama cukup baik, karena sudah tersedia BTS di tiap kampung. Namun, jumlah homestay masih terbatas karena kunjungan wisatawan belum tinggi.

"Kami punya hotel meski masih kelas melati, dan juga beberapa homestay. Tapi belum semua kampung punya homestay karena jumlah tamu masih sedikit dan belum terus-menerus. Harapannya, dengan promosi ini, minat kunjungan meningkat," katanya.

Tak hanya keindahan alam, Teluk Wondama juga menyimpan kekayaan budaya dan religi. Wisatawan bisa mengunjungi desa-desa tradisional, hingga belajar mengolah sagu secara langsung dari warga.

Dari sisi oleh-oleh, masyarakat Wondama telah memproduksi hasil kerajinan seperti anyaman. Namun, Christian mengakui masih dibutuhkan pelatihan lebih lanjut agar kualitas produk bisa bersaing di pasar lebih luas.

"Sudah ada beberapa produk seperti anyaman, tapi untuk finishing-nya masih perlu dilatih lagi. Kami terus evaluasi agar ke depan kualitasnya makin bagus," tutup Christian.

Dengan kekayaan alam, budaya, dan semangat pembangunan yang mulai tumbuh, Teluk Wondama layak menjadi destinasi unggulan baru dari timur Indonesia. Pesonanya yang tenang dan alami cocok sebagai tempat healing, sekaligus menambah wawasan akan ragam budaya dan kekayaan hayati Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index