JAKARTA - Di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup sehat, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meyakini bahwa kemungkinan warga Indonesia untuk hidup hingga usia 100 tahun bukan hal mustahil. Keyakinan ini bukan sekadar optimisme, tetapi juga didukung data ilmiah, perkembangan layanan kesehatan, serta perubahan perilaku masyarakat yang mulai sadar akan gaya hidup preventif.
Topik ini mengemuka dalam acara peluncuran Buku Statistik Kesehatan Indonesia 2023 di Jakarta, yang menjadi ajang refleksi sekaligus penyampaian arah kebijakan kesehatan nasional.
Umur Panjang: Mungkin Bukan Sekadar Genetik
- Baca Juga Tiga Crypto Altcoin Potensial Hari Ini
Dalam sambutannya, Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kemenkes), Syarifah Liza Munira, menyatakan bahwa angka harapan hidup di Indonesia saat ini memang masih di bawah 80 tahun. Namun, tren ke depan menunjukkan peluang besar menuju umur panjang.
“Kalau dilihat secara global, sudah banyak masyarakat yang bisa hidup hingga usia 100 tahun, terutama di negara-negara maju. Dengan pendekatan kesehatan berbasis data, preventif, dan edukatif, bukan tidak mungkin masyarakat Indonesia juga bisa sampai ke sana,” kata Liza.
Menurutnya, langkah yang perlu diambil untuk menuju masyarakat berumur panjang bukan sekadar memperpanjang usia, tetapi juga menjaga kualitas hidup. Hal ini bisa dimulai dengan memaksimalkan potensi data kesehatan yang saat ini sudah jauh lebih terintegrasi dan akurat.
Peran Transformasi Kesehatan Nasional
Kemenkes mencatat bahwa dalam beberapa tahun terakhir, arah kebijakan kesehatan nasional telah bergeser dari pendekatan kuratif menuju pencegahan (preventif) dan promosi kesehatan. Transformasi ini menjadi elemen penting dalam meningkatkan kualitas dan harapan hidup masyarakat Indonesia.
Salah satu fokus utama adalah penguatan data kesehatan. Dengan sistem data yang lebih terintegrasi, pemerintah dapat memantau kondisi populasi secara lebih akurat dan mengambil tindakan yang tepat waktu.
“Kami mengedepankan transformasi layanan primer, integrasi data kesehatan, serta intervensi berbasis komunitas. Dengan strategi tersebut, kita bisa lebih dini mencegah penyakit, menekan beban biaya kesehatan, dan secara jangka panjang meningkatkan angka harapan hidup,” ujar Liza.
Tantangan dan Peluang Menuju Indonesia Sehat
Meski potensi warga +62 (kode negara Indonesia) untuk mencapai usia 100 tahun cukup terbuka, Kemenkes tidak menutup mata terhadap sejumlah tantangan yang dihadapi. Beberapa di antaranya meliputi:
Masih tingginya konsumsi rokok dan makanan ultra-proses
Kurangnya aktivitas fisik di sebagian besar kelompok usia produktif
Akses layanan kesehatan yang belum merata di seluruh wilayah, terutama daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar)
Namun, peluang tetap ada, apalagi dengan kemajuan teknologi, telemedicine, dan edukasi publik yang semakin masif melalui media sosial dan kanal digital.
“Kita sekarang punya lebih banyak kanal untuk mengedukasi masyarakat, terutama generasi muda. Ini penting karena kualitas hidup di usia tua ditentukan sejak usia muda,” tambah Liza.
Contoh Global: Negara Maju dan Blue Zones
Mengacu pada pengalaman internasional, beberapa wilayah di dunia yang dikenal sebagai “blue zones”—seperti Okinawa di Jepang, Sardinia di Italia, dan Nicoya di Kosta Rika—menjadi bukti bahwa masyarakat bisa hidup lebih dari 100 tahun dengan pola makan sederhana, aktif secara fisik, dan ikatan sosial yang kuat.
Kemenkes menilai bahwa prinsip serupa bisa diterapkan di Indonesia. Apalagi, banyak budaya lokal yang mendukung pola makan sehat berbasis nabati, aktivitas harian yang melibatkan gerak fisik, serta hubungan kekeluargaan yang erat.
“Prinsip hidup masyarakat di blue zones sebenarnya tidak jauh dari nilai-nilai budaya kita. Hanya saja perlu dikuatkan lagi dalam praktik sehari-hari,” jelasnya.
Edukasi dan Intervensi Jadi Kunci
Untuk mendorong perubahan perilaku ke arah hidup sehat, Kemenkes menekankan pentingnya intervensi berbasis data dan edukasi berkelanjutan. Upaya ini tidak hanya ditujukan pada masyarakat umum, tapi juga menyasar tenaga kesehatan, pemangku kepentingan daerah, hingga dunia pendidikan.
Dengan pendekatan multi-sektor, pemerintah berharap masyarakat semakin sadar bahwa umur panjang bukan semata soal takdir atau genetik, tapi juga pola hidup.
“Kalau mau hidup 100 tahun, mulainya dari sekarang. Tidak harus ekstrem, tapi konsisten—makan sehat, cukup tidur, olahraga, hindari rokok, kelola stres, dan tetap aktif secara sosial,” ucap Liza menekankan.
Statistika Harapan Hidup: Masih Bisa Ditingkatkan
Dalam Buku Statistik Kesehatan Indonesia 2023, angka harapan hidup masyarakat Indonesia tercatat di angka 73,5 tahun. Meskipun menunjukkan peningkatan dibandingkan satu dekade lalu, angka ini masih tertinggal dibandingkan negara-negara Asia Timur dan Eropa Barat yang sudah mencapai usia harapan hidup lebih dari 80 tahun.
Dengan upaya transformasi kesehatan nasional, pemerintah menargetkan peningkatan signifikan dalam dekade mendatang. Angka harapan hidup yang terus naik juga akan berdampak pada struktur demografi dan perencanaan sosial ekonomi nasional.
Menuju Generasi Panjang Umur yang Produktif
Sebagai penutup, Liza mengingatkan bahwa panjang umur akan lebih bermakna bila dibarengi dengan kualitas hidup yang baik. Indonesia tidak hanya butuh lansia yang panjang umur, tetapi juga yang tetap sehat, aktif, dan berdaya secara sosial maupun ekonomi.
“Ini bukan sekadar mimpi. Ini target yang bisa kita capai bersama. Generasi sehat hari ini adalah lansia tangguh di masa depan. Kalau kita konsisten, umur 100 tahun bukan hal mustahil,” pungkasnya.