Bank Indonesia Perkuat Stabilitas Nilai Tukar Rupiah di Tengah Gejolak Global, Lakukan Intervensi Pasar Off-shore dan Domestik

Senin, 07 April 2025 | 13:42:08 WIB
Bank Indonesia Perkuat Stabilitas Nilai Tukar Rupiah di Tengah Gejolak Global, Lakukan Intervensi Pasar Off-shore dan Domestik

JAKRTA – Bank Indonesia (BI) mengambil langkah tegas dan terukur untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah tekanan global yang meningkat. Melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar pada Senin, 7 April 2025, otoritas moneter nasional memutuskan untuk melakukan intervensi secara aktif di pasar valuta asing, baik off-shore maupun domestik. Langkah ini menyusul ketidakpastian global yang dipicu oleh kebijakan tarif perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan bahwa intervensi di pasar Non Deliverable Forward (NDF) menjadi langkah awal yang dilakukan sejak pasar domestik tengah libur panjang akibat perayaan Idulfitri 1446 H.

"Bank Indonesia melakukan intervensi secara berkesinambungan di pasar off-shore, termasuk di kawasan Asia, Eropa, dan New York untuk menahan volatilitas yang tinggi di pasar valuta asing, khususnya terhadap Rupiah," kata Perry dalam siaran pers resmi BI.

Gejolak Global: Perang Dagang Memanas

Langkah ini tidak lepas dari meningkatnya tensi global akibat kebijakan perdagangan proteksionis antara dua ekonomi terbesar dunia. Pemerintah Amerika Serikat pada 2 April 2025 secara resmi memberlakukan tarif baru terhadap sejumlah komoditas ekspor dari Tiongkok. Sebagai respons, Pemerintah Tiongkok pada 4 April 2025 mengumumkan kebijakan retaliasi yang memicu kekhawatiran akan kembalinya perang dagang berkepanjangan.

Kondisi tersebut berdampak langsung terhadap pasar keuangan global, terutama negara-negara emerging market, termasuk Indonesia. Investor global cenderung melakukan aksi jual pada aset berisiko dan mengalihkan dananya ke aset safe haven seperti dolar AS dan emas, menyebabkan arus modal keluar (capital outflow) dari negara berkembang.

"Gejolak ini menimbulkan tekanan pelemahan nilai tukar di banyak negara emerging market, termasuk Indonesia," jelas Perry.

Rupiah Tertekan di Tengah Libur Pasar Domestik

Tekanan terhadap nilai tukar Rupiah mulai terasa di pasar NDF yang beroperasi secara internasional, sementara pasar domestik sedang tidak aktif karena libur Idulfitri. Hal ini menciptakan tekanan tambahan terhadap stabilitas nilai tukar karena tidak adanya likuiditas dalam negeri yang bisa meredam fluktuasi harga.

Bank Indonesia merespons cepat dengan menggelar intervensi di pasar NDF untuk menjaga ekspektasi dan memberikan sinyal kuat bahwa otoritas moneter siap menjaga stabilitas nilai tukar.

Strategi Intervensi Komprehensif

BI tidak hanya berhenti pada pasar off-shore. Dalam keterangan resminya, BI menyatakan akan melanjutkan intervensi secara agresif di pasar domestik mulai hari pertama pembukaan pasar setelah libur, yakni Selasa, 8 April 2025.

“Intervensi akan dilakukan di pasar valas, baik spot maupun Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder,” tegas Perry.

Langkah ini bertujuan untuk memastikan kestabilan pasar keuangan domestik serta menjaga kepercayaan investor terhadap fundamental ekonomi Indonesia.

Likuiditas Rupiah Dijaga Ketat

Selain menstabilkan nilai tukar melalui pasar valas dan SBN, BI juga menyiapkan langkah-langkah pendukung berupa optimalisasi instrumen likuiditas Rupiah. Hal ini dilakukan untuk memastikan ketersediaan likuiditas di pasar uang dan sistem perbankan, sehingga transaksi keuangan tidak terganggu.

“Bank Indonesia memastikan kecukupan likuiditas di pasar uang dan perbankan domestik tetap terjaga, sebagai bagian dari upaya stabilisasi dan menjaga kepercayaan pasar,” ungkapnya.

Kepercayaan Investor Menjadi Prioritas

Langkah-langkah stabilisasi ini diambil sebagai bentuk komitmen BI untuk tidak hanya menjaga nilai tukar Rupiah tetap terkendali, tetapi juga untuk melindungi kepercayaan pelaku pasar terhadap kondisi ekonomi nasional.

Pengamat ekonomi dari INDEF, Bhima Yudhistira, menilai kebijakan intervensi ini sebagai respons yang diperlukan di tengah krisis global yang sedang berlangsung. Menurutnya, kecepatan dan ketegasan BI menjadi kunci dalam menjaga stabilitas jangka pendek.

“Bank Indonesia harus menjaga kepercayaan pelaku pasar. Ketika investor melihat bank sentral sigap dan responsif, ini bisa menahan kepanikan dan mencegah capital outflow lebih besar,” ujar Bhima dalam keterangannya.

Outlook Ekonomi Tetap Positif

Meskipun dihadapkan pada tantangan eksternal, Bank Indonesia tetap optimistis terhadap prospek ekonomi nasional. Sejumlah indikator ekonomi, seperti cadangan devisa yang kuat, neraca transaksi berjalan yang membaik, serta inflasi yang terkendali memberikan dasar yang kuat bagi stabilitas makroekonomi.

Sampai akhir Maret 2025, cadangan devisa Indonesia tercatat sebesar USD 137 miliar, cukup untuk membiayai 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Inflasi juga terjaga di kisaran 2,8% year-on-year (YoY), sesuai target Bank Indonesia untuk tahun ini.

Seruan kepada Pelaku Pasar

Bank Indonesia mengimbau pelaku pasar untuk tetap tenang dan tidak melakukan spekulasi berlebihan terhadap nilai tukar. BI menegaskan bahwa koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait akan terus diperkuat untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional.

“Kami siap untuk mengambil langkah-langkah lanjutan yang diperlukan. Bank Indonesia tidak akan ragu melakukan intervensi dalam skala yang diperlukan guna menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” pungkas Perry Warjiyo.

Terkini