Penjualan Mobil Listrik Dunia Diramal Capai 20 Juta Unit pada 2025: Peluang dan Tantangan di Mata Para Ahli

Kamis, 30 Januari 2025 | 08:42:24 WIB
Penjualan Mobil Listrik Dunia Diramal Capai 20 Juta Unit pada 2025: Peluang dan Tantangan di Mata Para Ahli

Pasar global kendaraan listrik, yang terdiri dari kendaraan listrik penuh dan hibrida plug-in, diramal mengalami pertumbuhan signifikan di tahun-tahun mendatang. Menurut perkiraan oleh firma riset Rho Motion, penjualan kendaraan listrik di seluruh dunia diprediksi akan meningkat setidaknya 17% pada tahun 2025, mencapai lebih dari 20 juta unit kendaraan. Lonjakan penjualan ini dipandang sebagai hasil dari berbagai faktor, termasuk perpanjangan subsidi tukar tambah mobil di Tiongkok dan kebijakan-kebijakan proaktif di Eropa.

Subsidi dan Target Emisi: Katalisator Utama Pertumbuhan

Dalam laporan yang diterbitkan pada Selasa, 28 Januari 2025, Iola Hughes, Kepala Riset di Rho Motion, menjelaskan bahwa Eropa, sebagai pasar kedua terbesar dalam kendaraan listrik, akan mengalami pertumbuhan berkelanjutan. "Eropa terus mendorong batasan penurunan emisi CO2, dan hal ini memberikan momentum yang kuat bagi pasar kendaraan listrik dengan hadirnya model yang lebih terjangkau," jelas Hughes.

Pertumbuhan di Eropa didorong oleh adanya target emisi baru yang ketat serta kombinasi dari model-model kendaraan listrik yang lebih murah. Namun, Hughes memperingatkan bahwa meskipun pasar Eropa akan tumbuh, lajunya tidak secepat yang terlihat di tahun 2023.

Tiongkok, yang merupakan pasar terbesar bagi kendaraan listrik di dunia, juga memainkan peranan penting dalam pertumbuhan global. Diperkirakan, penjualan kendaraan listrik di Tiongkok akan melonjak lebih dari 17% pada tahun 2025, memperkuat dominasinya di pasar global. Kontribusi utama datang dari perpanjangan subsidi pemerintah yang mendorong konsumen untuk beralih ke kendaraan ramah lingkungan.

Transformasi di Tahun 2025: Harapan dan Realita

Tahun 2025 dilihat sebagai tahun transformatif bagi produsen mobil global. Menurut laporan tersebut, Eropa berencana memperkenalkan target baru guna meningkatkan adopsi kendaraan listrik, sementara Tiongkok tetap mendukung dengan subsidi yang lebih luas. Di sisi lain, Amerika Serikat, di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, mencabut beberapa target elektrifikasinya, yang banyak pihak pandang sebagai langkah mundur dalam agenda lingkungan.

Meski perubahan kebijakan di AS, Rho Motion tetap memperkirakan pertumbuhan penjualan kendaraan listrik sebesar 16% di pasar Amerika. Hughes menjelaskan, "Pasar AS telah mengalami banyak ketidakpastian selama setahun terakhir, tetapi transisi menuju kendaraan listrik masih berlanjut dan kita akan tetap melihat peningkatan dalam dekade mendatang."

Untuk tahun 2024, Rho Motion mencatat penjualan kendaraan listrik naik hingga 40%, mencapai 11 juta unit. Pertumbuhan ini berfungsi sebagai penanda tren positif di mana kendaraan listrik Tiongkok menonjol di berbagai pasar global, seperti Amerika Latin, Asia-Pasifik, dan kawasan berkembang lainnya. Dengan pangsa pasar di Amerika Latin mencapai lebih dari 80%, kendaraan listrik dari Tiongkok terus memperluas dominasi globalnya.

Tantangan: Risiko dan Konsekuensi

Seiring dengan potensi pertumbuhan, tantangan nyata dalam industri kendaraan listrik tidak dapat diabaikan. Meski terdapat optimisme dalam angka penjualan, risiko denda bagi produsen mobil di Eropa tetap tinggi. "Produsen mobil menghadapi risiko denda sekitar 10 miliar euro jika gagal memenuhi target emisi Uni Eropa, meski telah membeli kredit dari produsen kendaraan listrik lainnya," lanjut Hughes.

Jumlah ini relatif lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang mencapai 15 miliar euro, karena dibarengi dengan perkembangan industri dan pool emisi baru yang memberikan alternatif untuk mematuhi regulasi yang ada.

AS mungkin menghadapi konsekuensi jangka panjang dari kebijakan yang berubah, termasuk skenario terburuk berupa penurunan permintaan baterai kendaraan listrik hingga 47% pada tahun 2040. Ini merupakan tantangan besar bagi industri lokal yang bertumpu pada penyediaan infrastruktur dan teknologi yang memadai.

Menatap Masa Depan yang Ramah Lingkungan

Dengan promosi yang kuat di pasar terbesar seperti Tiongkok dan Eropa, serta dukungan kebijakan yang terus berkembang, kendaraan listrik berpotensi menjadi tulang punggung transportasi global di masa depan. Meski menghadapi berbagai tantangan dan ketidakpastian, dukungan pemerintah dan inovasi teknologi dapat menjadi pemicu pertumbuhan yang lebih berkelanjutan.

"Sekarang adalah waktunya bagi produsen dan seluruh ekosistem pendukung kendaraan listrik untuk bersiap menghadapi lonjakan permintaan dan mengatasi tantangan regulasi demi mencapai pertumbuhan berkelanjutan," tutup Hughes, menyoroti optimismenya terhadap transisi industri otomotif ke era lebih ramah lingkungan.

Dengan optimisme yang hati-hati, masa depan kendaraan listrik di tahun 2025 tampaknya menjanjikan, menunjukkan langkah maju menuju dunia yang lebih bersih dan efisien dalam penggunaan energinya. Meskipun jalannya penuh tantangan, arah menuju inovasi dan keberlanjutan tampaknya sudah ditetapkan dengan jelas.

Terkini