Jepang

Jepang Dilanda Gelombang Panas, Suhu Bisa Tembus 41 Derajat

Jepang Dilanda Gelombang Panas, Suhu Bisa Tembus 41 Derajat
Jepang Dilanda Gelombang Panas, Suhu Bisa Tembus 41 Derajat

JAKARTA - Gelombang panas kembali mengancam Jepang, memicu kekhawatiran luas di tengah musim panas yang makin tak menentu. Peringatan terbaru datang dari Badan Meteorologi Jepang (BMJ) yang memproyeksikan lonjakan suhu ekstrem hingga melampaui 41 derajat Celsius, terutama di wilayah-wilayah pedalaman Kanto, pada Selasa, 5 Agustus 2025.

Fenomena cuaca ini bukanlah yang pertama kalinya melanda negeri matahari terbit. Namun, intensitas suhu kali ini diprediksi menjadi salah satu yang paling tinggi dalam sejarah musim panas mereka. Menurut laporan NHK, stasiun penyiaran nasional Jepang, sistem tekanan tinggi yang masih kuat menyelimuti pulau utama Honshu telah mendorong cuaca cerah disertai panas yang sangat menyengat selama beberapa hari terakhir.

Kondisi tersebut telah memicu berbagai tindakan kewaspadaan, baik oleh otoritas lokal maupun nasional, mengingat efek yang dapat ditimbulkan bukan hanya terhadap kesehatan masyarakat, tetapi juga terhadap infrastruktur dan kegiatan ekonomi sehari-hari.

Pada Senin sebelumnya, suhu ekstrem telah tercatat di berbagai kota. Kota Komatsu, yang terletak di Prefektur Ishikawa, mencatat suhu setinggi 40,3 derajat Celsius. Catatan ini menjadikan hari tersebut sebagai salah satu hari terpanas sepanjang musim panas tahun ini di Jepang.

Lebih lanjut, suhu tinggi juga diperkirakan akan melanda wilayah lain di Jepang, termasuk Maebashi dan Kumagaya di Prefektur Gunma dan Saitama, yang berpotensi mencatat suhu mencapai 40 derajat Celsius. Sementara itu, kota Chichibu dan kota Saitama, yang berada di Prefektur Saitama, serta Kofu di Prefektur Yamanashi, diprediksi menghadapi suhu sekitar 39 derajat Celsius.

Suhu tinggi juga akan dirasakan di kota-kota lain seperti Mito di Prefektur Ibaraki, Utsunomiya di Prefektur Tochigi, dan Toyooka di Prefektur Hyogo, yang masing-masing bisa mencapai 38 derajat Celsius. Bahkan Tokyo pusat, bersama dengan beberapa kota besar lain seperti Otsu, Takamatsu, Okayama, dan Oita, diperkirakan akan mengalami suhu hingga 37 derajat Celsius.

Situasi ini telah mendorong otoritas meteorologi Jepang untuk mengeluarkan peringatan panas ekstrem yang mencakup hampir seluruh wilayah negara tersebut. Sebanyak 44 dari total 47 prefektur Jepang saat ini berada dalam status waspada tinggi terhadap gelombang panas.

Dalam pernyataannya, otoritas setempat meminta masyarakat untuk mematuhi panduan keselamatan, termasuk tetap berada di dalam ruangan berpendingin udara, menghindari paparan sinar matahari secara langsung, serta menjaga hidrasi secara berkala. Aktivitas di luar ruangan, terutama pada siang hingga sore hari saat suhu mencapai puncaknya, sangat dianjurkan untuk dikurangi atau bahkan ditunda.

Kondisi cuaca seperti ini bisa menimbulkan risiko serius, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, serta mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu. Kasus heatstroke atau serangan panas sangat mungkin meningkat apabila langkah-langkah pencegahan tidak dijalankan dengan baik.

Selain dampak kesehatan, gelombang panas yang berkepanjangan juga bisa menimbulkan gangguan terhadap aktivitas ekonomi dan sosial. Lonjakan permintaan listrik akibat penggunaan pendingin ruangan secara masif, misalnya, dapat memberikan tekanan pada sistem energi nasional. Di saat yang sama, sektor pertanian pun bisa terkena imbas, karena suhu ekstrem memengaruhi kelembaban tanah dan pertumbuhan tanaman.

Fenomena gelombang panas bukanlah hal baru di Jepang, tetapi tren peningkatan suhu yang terjadi setiap tahun menandakan bahwa negara ini harus semakin bersiap menghadapi dampak perubahan iklim. Para ahli telah berulang kali menekankan bahwa suhu ekstrem seperti ini akan menjadi lebih sering terjadi jika tidak ada penanganan serius terhadap pemanasan global.

Di sisi lain, masyarakat juga mulai menyesuaikan gaya hidup mereka menghadapi iklim yang kian tidak menentu. Beberapa wilayah sudah mengatur ulang jam operasional sekolah dan kantor, serta memperpanjang jam istirahat bagi para pekerja di sektor lapangan. Distribusi air minum gratis dan tempat berteduh sementara pun disediakan di beberapa kota untuk membantu warga yang harus bepergian saat kondisi panas mencapai puncaknya.

Dengan suhu yang terus meningkat dan potensi risiko yang menyertainya, kesadaran kolektif menjadi hal penting. Pemerintah daerah dan pusat terus menyebarkan informasi melalui media dan aplikasi cuaca agar masyarakat bisa memantau perkembangan suhu harian serta mengikuti saran keselamatan secara real-time.

Peringatan dari BMJ kali ini menjadi pengingat penting bahwa musim panas di Jepang tidak bisa lagi dipandang sebagai musim yang sekadar panas biasa. Dengan suhu yang bisa melampaui batas fisiologis kenyamanan tubuh manusia, cuaca ekstrem kini menjadi bagian dari kenyataan yang harus dihadapi bersama.

Langkah mitigasi jangka pendek memang penting, namun Jepang juga dihadapkan pada kebutuhan untuk memperkuat strategi adaptasi jangka panjang dalam menghadapi cuaca ekstrem yang makin sering muncul. Hal ini tidak hanya penting untuk mengurangi risiko bencana, tetapi juga untuk menjaga ketahanan kesehatan, ekonomi, dan sosial di masa mendatang.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index