JAKARTA—Harga batu bara kembali menunjukkan tren peningkatan yang signifikan di tengah memanasnya konflik Rusia dan Ukraina. Pada Selasa (14/1/2025), harga batu bara tercatat mengalami kenaikan yang cukup mencolok. Data terbaru menunjukkan bahwa harga batu bara Newcastle untuk pengiriman Januari 2025 mengalami lonjakan sebesar US$ 0,9, sehingga mencapai US$ 115,4 per ton. Sementara itu, harga untuk Februari 2025 mengalami peningkatan sebesar US$ 0,8 menjadi US$ 116,3 per ton, dan Maret 2025 mencatat kenaikan yang lebih tinggi, yakni US$ 1,4 mencapai US$ 118,9 per ton.
Konflik Rusia-Ukraina: Pemicu Utama Kenaikan Harga
Eskalasi konflik di kawasan Eropa Timur menjadi faktor utama yang mempengaruhi pergerakan harga batu bara di pasar internasional. Militer Ukraina baru-baru ini mengklaim telah melancarkan serangan udara terbesar ke wilayah Rusia sejak permulaan perang hampir tiga tahun yang lalu. Serangan ini dilancarkan tepat saat Donald Trump mempersiapkan diri untuk kembali menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat. Pihak Kementerian Pertahanan Rusia, melalui pernyataan pada Selasa (14/1), mengancam akan melakukan serangan balasan atas tindakan Ukraina yang menggunakan rudal dan drone dalam serangan tersebut. Bahkan, Rusia menuduh Ukraina menggunakan rudal yang dipasok oleh Amerika Serikat dan Inggris.
Seorang analis ekonomi energi, Andrei Kuznetsov, mengungkapkan, "Ketegangan politik dan tindakan militer antara Ukraina dan Rusia yang terus meningkat tentunya memberikan dampak langsung pada harga komoditas energi seperti batu bara. Situasi ini menyebabkan ketidakpastian pasokan dan mendorong harga naik di pasar global."
Imbas pada Industri Tambang Ukraina
Dampak dari konflik ini tidak hanya dirasakan dalam perdagangan komoditas internasional, namun juga langsung mempengaruhi aktivitas industri di Ukraina. Metinvest, salah satu produsen baja terbesar di Ukraina, mengumumkan penghentian operasi di tambang batu bara kokas utama mereka yang terletak di wilayah timur Ukraina akibat memburuknya situasi keamanan. Tambang ini, yang berlokasi di Pokrovsk, sebelumnya menjadi penopang utama bagi industri baja negara tersebut. Keputusan ini diambil setelah laporan menunjukkan bahwa pasukan Rusia semakin mendekat ke wilayah tersebut.
"Bila situasi keamanan terus memburuk, tidak ada pilihan lain selain menghentikan operasi untuk sementara waktu. Keamanan pekerja kami adalah prioritas utama," ujar seorang sumber dari Metinvest yang enggan disebutkan namanya.
Kenaikan Impor China Menambah Tekanan pada Pasar
Selain konflik regional, kenaikan harga batu bara ini juga didorong oleh peningkatan impor batu bara oleh China. Berdasarkan data resmi dari Administrasi Umum Kepabeanan China, impor batu bara pada tahun 2024 mengalami peningkatan sebanyak 14,4%, mencapai level tertinggi sepanjang sejarah. Total impor batu bara sepanjang tahun tersebut mencapai 542,7 juta ton metrik, meningkat dari 474,42 juta ton pada tahun sebelumnya. Kenaikan ini terjadi seiring dengan penurunan harga batu bara internasional yang mendorong para pembeli untuk menggantikan pasokan domestik dengan impor dari luar negeri.
Pengamat industri pertambangan, Li Wei, berkomentar, "Strategi China untuk memanfaatkan harga batu bara yang lebih rendah di pasar internasional dengan meningkatkan impor menunjukkan betapa pentingnya stabilitas pasokan energi bagi ekonomi mereka. Kebijakan ini, secara tidak langsung, turut mempengaruhi dinamika harga batu bara dunia."
Peningkatan Harga di Pasar Eropa
Namun demikian, tidak semua pasar mengalami kenaikan harga. Harga batu bara Rotterdam untuk pengiriman Januari 2025 justru mencatat penurunan sebesar US$ 2,4 menjadi US$ 105,35 per ton. Kondisi serupa terjadi pada pengiriman Februari yang turun US$ 1,4 menjadi US$ 103,75 per ton, sementara untuk Maret 2025 menurun US$ 1,55 hingga mencapai US$ 102,9 per ton.
Penurunan harga di pasar Eropa ini menunjukkan adanya ketidaksepahaman antara pergerakan harga di wilayah yang berbeda, yang bisa saja dipengaruhi oleh faktor penawaran dan permintaan lokal serta berbagai kebijakan energi yang diterapkan oleh masing-masing pemerintah.
Peningkatan harga batu bara di tengah konflik yang memanas antara Rusia dan Ukraina serta peningkatan impor oleh China menciptakan dinamika baru dalam perdagangan komoditas energi. Situasi ini menggarisbawahi pentingnya kestabilan politik dan kebijakan perdagangan internasional dalam menjaga kestabilan harga di pasar global. Dengan beragam faktor yang mempengaruhi, industri batu bara diharapkan tetap dapat beradaptasi dan mencari cara untuk mempertahankan keberlanjutannya di masa depan.