Mengenal Perbedaan Pastel dan Jalangkote, Kuliner Ikonik Nusantara

Jumat, 27 Juni 2025 | 11:02:39 WIB
Mengenal Perbedaan Pastel dan Jalangkote, Kuliner Ikonik Nusantara

JAKARTA — Dua penganan tradisional Indonesia, pastel dan jalangkote, kerap dianggap serupa karena memiliki bentuk setengah lingkaran, isian sayuran, dan sama-sama digoreng hingga renyah. Namun, di balik kemiripan visualnya, keduanya ternyata memiliki perbedaan mendasar yang menjadi ciri khas budaya kuliner masing-masing daerah. Pakar kuliner tradisional menegaskan, memahami perbedaan pastel dan jalangkote bukan hanya soal rasa, tetapi juga tentang pelestarian warisan kuliner Nusantara.

Chef Nur Hidayat, pakar kuliner tradisional asal Makassar, mengungkapkan bahwa jalangkote merupakan kuliner otentik Sulawesi Selatan yang tak bisa dilepaskan dari budaya Bugis-Makassar. “Jalangkote itu bukan sekadar camilan, tapi bagian dari budaya Bugis-Makassar. Biasanya disajikan di acara adat, mappacci, aqiqah, dan pernikahan. Ini simbol keramahan dan penghormatan kepada tamu,” kata Chef Nur Hidayat.

Isi dan Sambal yang Membuat Jalangkote Unik

Menurut Chef Nur, isian jalangkote umumnya sederhana, terdiri dari wortel, kentang, tauge, dan bihun. Meski sederhana, cita rasa jalangkote terasa istimewa berkat sambalnya yang khas: cair, pedas, dan asam. Sambal ini disiram langsung ke jalangkote sebelum disantap, menciptakan sensasi rasa segar dan gurih yang khas Makassar.

“Yang bikin jalangkote beda itu sambalnya. Sambal cair ini bikin nagih, makan satu rasanya nggak cukup,” tambah Chef Nur. Sambal cair pedas asam ini menjadi pembeda utama yang tak ditemukan pada pastel khas Jawa dan Betawi.

Pastel, Camilan Padat dan Gurih

Berbeda dengan jalangkote, pastel lebih dikenal sebagai jajanan pasar khas Jawa dan Betawi. Pastel biasanya berisi bihun, wortel, kentang, telur rebus, dan terkadang daging ayam cincang. Rasa pastel dominan gurih dengan sentuhan manis, cocok dimakan tanpa sambal cair. Beberapa penjual hanya menyediakan saus tomat atau cabai botolan sebagai pelengkap.

“Pastel lebih berat karena isiannya padat dan sering pakai ayam. Sementara jalangkote lebih ringan dan segar dengan sambal khasnya itu,” jelas Chef Nur lagi.

Kulit yang Berbeda: Tebal Empuk vs Tipis Renyah

Perbedaan mendasar lainnya terdapat pada kulit kedua penganan ini. Kulit pastel umumnya tebal dan agak empuk karena penggunaan margarin atau mentega pada adonan tepungnya. Hal ini membuat teksturnya lebih padat dan lembut ketika digigit.

Sementara itu, jalangkote memiliki kulit yang tipis, ringan, dan lebih renyah. Chef Nur mengatakan rahasia kerenyahan jalangkote adalah penggunaan minyak kelapa atau minyak goreng dalam adonannya, sehingga menghasilkan tekstur kulit kriuk yang menjadi ciri khas.

“Tekstur kulit jalangkote itu ringan tapi kriuk, khas banget. Kalau pastel biasanya lebih padat karena adonannya beda,” ujarnya.

Nilai Sosial dan Tradisi di Balik Jalangkote

Lebih jauh, Chef Nur Hidayat menekankan bahwa jalangkote tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga memiliki nilai sosial dan budaya yang kental. Jalangkote sering dijadikan suguhan utama ketika tamu berkunjung, menjadi simbol penghormatan dan keramahan khas masyarakat Bugis-Makassar.

“Kalau ada tamu datang, jalangkote itu sering jadi suguhan utama. Ini makanan yang mengandung nilai keramahan dan penghormatan,” jelas Chef Nur. Hal ini membuktikan bahwa makanan tradisional tidak hanya tentang rasa, tetapi juga mengandung nilai budaya yang melekat erat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

Jalangkote, Ikon UMKM Makassar

Saat ini, jalangkote tidak hanya hadir di acara adat, tetapi juga sudah menjadi produk unggulan banyak UMKM di Makassar. Berbagai inovasi isian dan sambal dilakukan agar kuliner ini tetap relevan dengan selera generasi muda. Misalnya, beberapa pengusaha kuliner menambahkan isian ayam suwir, daging sapi, bahkan keju pada jalangkote untuk memberikan variasi rasa yang lebih modern.

Meski demikian, bagi warga Sulawesi Selatan, jalangkote dengan resep tradisional tetap menjadi primadona yang membanggakan. “Jalangkote dengan resep asli tetap jadi ikon kuliner Makassar. Inovasi penting, tapi menjaga rasa otentik jauh lebih penting,” kata Chef Nur menegaskan.

Pastel dan Jalangkote di Pasar Modern

Baik pastel maupun jalangkote kini semakin mudah ditemui di banyak daerah di Indonesia, terutama di pasar modern, pusat jajanan, hingga toko daring. Keberadaan keduanya menjadi bukti bahwa kuliner tradisional masih memiliki tempat di hati masyarakat meski di tengah maraknya makanan cepat saji.

Pakar kuliner menilai hal ini sebagai peluang besar untuk mempromosikan kekayaan kuliner Nusantara ke tingkat nasional maupun internasional. “Kita harus bangga dengan pastel dan jalangkote, karena dua makanan ini mewakili kekayaan budaya kuliner kita yang beragam,” kata Chef Nur.

Pentingnya Memahami Perbedaan

Dengan memahami perbedaan pastel dan jalangkote, masyarakat tidak hanya bisa menikmati kelezatannya, tetapi juga ikut menjaga kelestarian warisan kuliner tradisional yang menjadi identitas bangsa. Kesadaran ini penting agar generasi muda tidak hanya mengenal makanan modern, tetapi juga bangga dengan kekayaan kuliner daerah.

“Jangan hanya lihat bentuknya yang mirip, rasakan cita rasanya, pelajari asal-usulnya, karena di balik pastel dan jalangkote ada cerita panjang tentang budaya dan tradisi,” pesan Chef Nur.

Terkini