JAKARTA — PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) terus memperkuat langkah strategis untuk menjaga kinerja keuangan yang berkelanjutan di tengah tantangan industri perbankan nasional. Di tengah kondisi likuiditas yang semakin ketat dan tren penurunan margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) secara nasional, BNI mengambil langkah serius dengan memperkuat efisiensi biaya dana (Cost of Fund/CoF) serta menggenjot pertumbuhan dana murah guna menjaga profitabilitas perusahaan.
Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo menyatakan, perseroan akan tetap berfokus pada strategi efisiensi, salah satunya dengan optimalisasi dana berbasis transaksi. Langkah ini dilakukan melalui peningkatan kualitas layanan dan pengembangan kanal digital sebagai bagian integral dari transformasi bisnis BNI.
“Kami secara proaktif menjalankan efisiensi terhadap cost of fund dengan tetap fokus menghimpun dana berbasis transaksi. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kualitas layanan di berbagai kanal digital milik BNI,” kata Okki.
Strategi ini muncul di tengah potensi terbatasnya pertumbuhan laba sektor perbankan sepanjang 2025. Hingga April 2025, BNI tercatat membukukan laba bersih sebesar Rp 6,9 triliun, atau stagnan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kondisi tersebut mencerminkan tantangan nyata yang harus dihadapi industri perbankan nasional, termasuk oleh BNI.
Dana Murah Jadi Fokus
Okki menjelaskan, strategi penghimpunan dana murah menjadi prioritas utama perseroan. Hal ini mulai tampak dari komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) BNI. Tercatat, simpanan dalam bentuk deposito mengalami penurunan sebesar 7% secara tahunan (YoY). Sebaliknya, dana murah seperti tabungan dan giro berhasil tumbuh 1% YoY.
Namun demikian, secara keseluruhan, DPK BNI mengalami sedikit koreksi sekitar 1% YoY. Per April 2024, total DPK tercatat sebesar Rp 819 triliun, kemudian menurun menjadi Rp 812 triliun per April 2025. Penurunan ini disebabkan oleh kompetisi yang semakin ketat dalam perebutan dana pihak ketiga antarbank serta persaingan dengan instrumen investasi lainnya yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi.
“Kami juga tetap fokus meningkatkan pertumbuhan bisnis dengan pricing yang kompetitif dan menjaga kualitas aset. Dengan demikian, yield dari penyaluran kredit dapat tetap optimal,” tambah Okki.
Digitalisasi Dorong Efisiensi Operasional
Selain fokus pada penghimpunan dana murah, BNI juga terus melakukan transformasi digital. Upaya ini terbukti berdampak positif terhadap efisiensi operasional serta mendorong peningkatan pendapatan non-bunga.
Saat ini, BNI mengandalkan sejumlah platform digital seperti Wondr by BNI untuk segmen ritel dan BNIdirect untuk korporasi. Kedua layanan ini dioptimalkan sebagai kanal utama untuk aktivitas transaksi keuangan sehari-hari nasabah.
Upaya digitalisasi tersebut sejalan dengan kebutuhan efisiensi perbankan nasional di tengah menurunnya NIM industri. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), NIM industri perbankan per April 2025 tercatat turun menjadi 4,45%. Penurunan ini terjadi karena ketatnya persaingan dana antarbank serta meningkatnya minat masyarakat pada instrumen investasi non-perbankan.
“Kami memahami tantangan di sektor perbankan saat ini, di mana transmisi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia belum sepenuhnya berjalan ke suku bunga kredit maupun dana. Hal ini membuat biaya dana tetap tinggi, sementara pendapatan bunga tertekan,” jelas Okki.
Respons Terhadap Tantangan Industri
Strategi efisiensi yang diterapkan BNI juga merupakan respons terhadap situasi global dan domestik. Meskipun suku bunga acuan Bank Indonesia sudah mulai turun, proses transmisi kebijakan moneter ini memerlukan waktu sebelum berdampak signifikan terhadap bunga pinjaman dan bunga simpanan di sektor perbankan.
Selain itu, ketatnya persaingan antarbank untuk memperebutkan dana masyarakat menambah beban biaya dana perbankan, sehingga mendorong bank untuk lebih selektif dalam menyalurkan kredit.
Di sisi lain, BNI tetap berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan bisnis, khususnya dalam penyaluran kredit berkualitas. Pricing yang kompetitif, ditambah dengan mitigasi risiko kredit yang ketat, menjadi kunci BNI menjaga keseimbangan antara pertumbuhan kredit dan kualitas aset.
“Kami akan terus memperkuat fondasi bisnis yang sehat agar profitabilitas tetap terjaga di tengah kondisi industri yang penuh tantangan,” tegas Okki.
Komitmen untuk Pertumbuhan Berkelanjutan
Dengan kombinasi strategi efisiensi biaya dana, penguatan digitalisasi layanan, serta fokus pada penghimpunan dana murah, BNI optimistis dapat menjaga stabilitas profitabilitas hingga akhir tahun.
Langkah ini tidak hanya merupakan strategi jangka pendek, tetapi juga bagian dari upaya jangka panjang untuk memperkuat fondasi bisnis BNI agar tetap tumbuh secara berkelanjutan di masa mendatang.
“Langkah ini sekaligus mencerminkan kesiapan BNI dalam menghadapi tantangan industri dan memperkuat fondasi pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan,” tutup Okki.
Dengan strategi yang terintegrasi ini, BNI berharap dapat mempertahankan posisi sebagai salah satu bank terbesar dan paling adaptif di Indonesia, terutama dalam mendukung pertumbuhan perekonomian nasional di tengah berbagai dinamika global dan domestik.