JAKARTA - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kelompok Tujuh atau G7 tahun 2025 resmi dimulai dengan agenda yang lebih terfokus, menyoroti dua isu utama yaitu ekonomi global dan keamanan energi. Pertemuan para pemimpin dunia ini berlangsung mulai Senin (16/6) setelah mengalami perubahan jadwal dan penyesuaian durasi demi menyesuaikan dinamika global yang terus berkembang.
Awalnya, KTT G7 dijadwalkan berlangsung mulai Minggu, 15 Juni 2025, namun agenda dipersingkat menjadi dua hari agar diskusi lebih efisien dan terarah. Pada hari pertama, para pemimpin negara anggota G7 akan memulai sesi selama 90 menit untuk membahas prospek ekonomi global yang saat ini tengah menghadapi tantangan berat akibat inflasi, ketegangan geopolitik, dan fluktuasi pasar energi. Selain itu, pertemuan makan siang juga akan menjadi momen strategis untuk membahas isu keamanan energi dengan melibatkan pemimpin negara undangan.
G7 adalah kelompok negara maju yang terdiri atas Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat, ditambah Uni Eropa sebagai entitas kolektif. KTT tahunan ini menjadi ajang penting untuk mengoordinasikan kebijakan dan respons bersama dalam menghadapi isu-isu ekonomi dan geopolitik global yang kompleks.
Perdana Menteri Kanada, Mark Carney, yang menjadi tuan rumah KTT tahun ini, mengundang sejumlah negara non-G7 untuk berpartisipasi dalam pertemuan tersebut. Negara-negara undangan yang hadir antara lain Ukraina, Australia, India, Korea Selatan, Meksiko, Brasil, Uni Emirat Arab, dan Afrika Selatan. Kehadiran negara-negara ini memperkaya diskusi dengan perspektif yang lebih luas dan mengakomodasi tantangan global yang bersifat lintas benua.
Fokus Utama: Menstabilkan Ekonomi Global
Diskusi mengenai ekonomi global menjadi prioritas utama dalam KTT G7 kali ini. Para pemimpin dunia dihadapkan pada tantangan inflasi yang masih membayangi, gangguan rantai pasok akibat konflik geopolitik, serta perlambatan pertumbuhan ekonomi di beberapa kawasan.
“Stabilitas ekonomi global sangat krusial bagi pemulihan dan pertumbuhan dunia. G7 harus memimpin dengan kebijakan yang responsif dan kolaboratif agar dampak ketidakpastian dapat diminimalkan,” ujar Menteri Keuangan Kanada, Fiona MacDonald.
Para anggota G7 juga akan membahas kebijakan fiskal dan moneter yang seimbang untuk mendorong investasi, perlindungan terhadap kelompok rentan, dan inovasi teknologi sebagai penggerak pertumbuhan berkelanjutan.
Keamanan Energi: Menjawab Krisis Global
Isu keamanan energi menjadi sorotan utama dalam sesi makan siang yang melibatkan negara-negara undangan. Krisis energi yang dipicu oleh gangguan pasokan dan ketegangan geopolitik memaksa negara-negara untuk mencari solusi bersama dalam menjaga stabilitas pasokan energi global.
“Keamanan energi bukan hanya soal pasokan, tapi juga soal diversifikasi sumber energi dan percepatan transisi ke energi bersih,” kata Duta Besar Uni Eropa untuk Kanada, Lars Becker. “G7 bersama mitranya harus bekerja sama memperkuat ketahanan energi dunia.”
Pembahasan juga akan mencakup peran energi terbarukan dan inovasi teknologi hijau yang semakin penting untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan memenuhi komitmen iklim global.
Kerjasama Global dalam Menghadapi Tantangan Bersama
KTT G7 2025 di Kananaskis menegaskan bahwa tantangan ekonomi dan energi yang dihadapi dunia tidak dapat diselesaikan secara parsial oleh satu negara atau kelompok terbatas saja. Kolaborasi lintas negara, termasuk melibatkan negara-negara berkembang dan pasar baru, menjadi kunci keberhasilan.
Perdana Menteri Mark Carney menyatakan, “Kami menyambut kehadiran mitra global di KTT ini sebagai wujud komitmen kolektif untuk mencari solusi bersama demi masa depan yang lebih stabil dan berkelanjutan.”
KTT G7 tahun ini diperkirakan akan menghasilkan sejumlah deklarasi dan rencana aksi yang mengedepankan solidaritas internasional, pemulihan ekonomi yang inklusif, dan transisi energi yang adil.