JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, atau yang lebih dikenal dengan BNI, telah mengambil langkah strategis untuk menjaga likuiditas dan kualitas kreditnya di tengah tantangan yang dihadapi sektor perbankan. Dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global yang terus berlanjut, BNI fokus pada pengelolaan risiko yang hati-hati sambil tetap mendorong pertumbuhan kredit.
Strategi Konservatif BNI di Tengah Ketidakpastian Global
Sebagai langkah konservatif untuk menyeimbangkan pertumbuhan dan risiko kredit, BNI lebih selektif dalam menyalurkan kredit pada kuartal pertama 2025. Fokus utama BNI adalah pada sektor korporasi yang berkualitas tinggi. Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo, menyatakan bahwa meskipun kondisi global penuh dengan ketidakpastian, bank tetap fokus pada peningkatan kualitas kredit dan memastikan likuiditas tetap terjaga dengan baik.
“BNI berfokus untuk memperkuat likuiditas dengan menyeimbangkan antara pertumbuhan kredit dan faktor risiko. Hal ini terlihat dari kontribusi segmen korporasi berkualitas yang mendominasi penyaluran kredit pada kuartal I tahun ini,” ujar Okki.
Pertumbuhan Kredit yang Solid di Segmen Korporasi
Pada kuartal I tahun 2025, BNI berhasil mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 10,1 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, mencapai angka Rp765,47 triliun. Kredit yang disalurkan didominasi oleh segmen korporasi yang menyumbang sebesar 56,6 persen dari total portofolio kredit bank. Sementara itu, segmen konsumer juga turut berkontribusi signifikan dengan angka 18,9 persen.
Upaya BNI untuk mendukung sektor menengah dan kecil pun tidak terhenti. Salah satu strategi yang diambil adalah melalui akuisisi kredit yang menjadi bagian dari rantai pasok (value chain) dari nasabah korporasi dan nasabah eksisting lainnya. Hal ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan kredit di sektor ini dengan lebih stabil dan terkendali.
Transformasi Digital dan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga
Salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan BNI adalah transformasi digital yang diimplementasikan dalam rangka meningkatkan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK). DPK BNI tercatat tumbuh sebesar 5 persen pada kuartal pertama 2025, mencapai Rp819,58 triliun.
Komposisi DPK BNI terdiri dari tabungan yang menunjukkan pertumbuhan solid sebesar 10,2 persen dan giro yang tumbuh 3,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa upaya BNI dalam menarik dana murah melalui platform digital semakin menunjukkan hasil positif.
Meningkatnya CASA dan Penurunan Cost of Fund
BNI juga berhasil mencatatkan peningkatan rasio CASA (Current Account Saving Account) yang berada pada level 70,5 persen pada kuartal pertama 2025, lebih tinggi dibandingkan dengan akhir tahun 2024 yang tercatat sebesar 69,9 persen. Peningkatan ini mengindikasikan adanya kepercayaan nasabah yang semakin meningkat terhadap produk tabungan dan giro yang ditawarkan BNI.
Selain itu, biaya dana atau cost of fund BNI pada kuartal pertama 2025 tercatat mencapai 2,75 persen, mengalami perbaikan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2024 yang berada di angka 2,79 persen. Perbaikan ini menjadi salah satu upaya BNI untuk menjaga efektivitas biaya dalam mengelola dana yang dihimpun dari nasabah.
Perbaikan Likuiditas dan Penurunan Loan to Deposit Ratio (LDR)
Sebagai bagian dari upaya untuk menjaga likuiditas, BNI berhasil menurunkan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) dari 96,1 persen pada kuartal IV 2024 menjadi 93,1 persen pada kuartal I 2025. Penurunan LDR ini menunjukkan bahwa BNI mampu mengelola penyaluran kredit dengan bijak, seiring dengan upaya untuk menjaga kesehatan keuangan bank.
Dari sisi kualitas aset, BNI menunjukkan hasil yang menggembirakan. Rasio Non-Performing Loan (NPL) tetap terjaga di level yang sehat, yaitu 2 persen. Sementara itu, Loan at Risk (LAR) juga mengalami penurunan signifikan, dari 13,3 persen pada kuartal I 2024 menjadi 10,9 persen pada kuartal I 2025. Perbaikan kualitas aset ini menjadi indikator penting bahwa BNI terus berkomitmen untuk menjaga kualitas kredit yang lebih baik.
Penghematan Beban Pencadangan dan Peningkatan Efisiensi
Perbaikan kualitas kredit ini turut berimbas pada penghematan beban pencadangan atau credit cost yang mengalami penurunan dari 1 persen menjadi 0,9 persen. Hal ini sejalan dengan target aspirasi BNI untuk terus meningkatkan efisiensi dan mengurangi risiko terkait dengan pencadangan kredit.
“Kami terus berupaya untuk menjaga kualitas kredit dan memastikan portofolio kami tetap terjaga dengan baik. Penghematan pada beban pencadangan menjadi bukti bahwa strategi yang kami jalankan cukup efektif dalam menjaga kualitas kredit,” kata Okki Rushartomo.
Menjaga Pertumbuhan dan Likuiditas dalam Ketidakpastian Global
BNI menunjukkan kinerja yang solid pada kuartal pertama 2025, dengan pertumbuhan kredit yang sehat dan pengelolaan likuiditas yang hati-hati. Strategi konservatif yang diterapkan BNI di tengah tantangan ketidakpastian global terbukti efektif dalam menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan, tanpa mengabaikan risiko kredit. Dengan komitmen untuk terus memperbaiki kualitas aset dan memperkuat likuiditas, BNI siap menghadapi tantangan ekonomi yang ada, sembari tetap mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui penyaluran kredit yang bijak dan terukur.
Sebagai penutup, BNI berkomitmen untuk terus menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan pengelolaan risiko, guna memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional. Dengan kualitas kredit yang terus terjaga dan likuiditas yang solid, BNI menunjukkan bahwa meskipun berada dalam kondisi yang penuh tantangan, bank ini tetap dapat tumbuh dan berkontribusi pada perekonomian Indonesia dengan baik.