Perbankan

Pertumbuhan Kredit Perbankan Tembus 10,30 % Bank Indonesia Pacu Penyaluran ke Sektor Prioritas

Pertumbuhan Kredit Perbankan Tembus 10,30 % Bank Indonesia Pacu Penyaluran ke Sektor Prioritas
Pertumbuhan Kredit Perbankan Tembus 10,30 % Bank Indonesia Pacu Penyaluran ke Sektor Prioritas

Jakarta - Bank Indonesia (BI) melaporkan pertumbuhan kredit perbankan yang tetap tinggi hingga Februari 2025. Berdasarkan data terbaru, pertumbuhan kredit mencapai 10,30 persen secara year on year (yoy), didorong oleh sisi penawaran dan permintaan yang kuat, Selasa, 25 Maret 2025.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa dari sisi penawaran, pertumbuhan kredit ditopang oleh realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan, yang masih berlanjut seiring dengan tren positif pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sejak awal 2025. Selain itu, ketersediaan likuiditas yang tetap memadai turut mendukung akselerasi penyaluran kredit.

“Hingga minggu kedua Maret 2025, Bank Indonesia telah memberikan insentif Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) sebesar Rp291,8 triliun. Insentif tersebut disalurkan kepada bank BUMN sebesar Rp125,7 triliun, BUSN sebesar Rp132,8 triliun, BPD sebesar Rp27,9 triliun, dan KCBA sebesar Rp5,4 triliun,” ujar Perry dalam keterangan resmi pada Selasa, 25 Maret 2025.

Perry menjelaskan bahwa insentif KLM tersebut disalurkan ke berbagai sektor prioritas, antara lain pertanian, real estate, perumahan rakyat, konstruksi, perdagangan dan manufaktur, transportasi, pergudangan, pariwisata dan ekonomi kreatif, UMKM, Ultra Mikro, serta ekonomi hijau.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit turut didukung oleh kinerja penjualan korporasi yang masih menunjukkan pertumbuhan positif. Berdasarkan kelompok penggunaan, kredit investasi naik sebesar 14,62 persen yoy, kredit modal kerja tumbuh 7,66 persen yoy, dan kredit konsumsi meningkat 10,31 persen yoy. Sementara itu, pembiayaan syariah mencatatkan pertumbuhan sebesar 9,15 persen yoy, dan kredit UMKM tumbuh 2,51 persen yoy.

“Bank Indonesia akan terus mendorong pertumbuhan kredit melalui kebijakan makroprudensial yang akomodatif. Peningkatan KLM dari 4 persen menjadi 5 persen dari DPK yang akan berlaku mulai 1 April 2025 diharapkan dapat semakin memacu penyaluran kredit perbankan,” kata Perry.

Perry menambahkan bahwa kenaikan KLM ini akan diarahkan untuk mendukung sektor-sektor prioritas pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, sejalan dengan program Asta Cita Pemerintah.

Dengan pertumbuhan kredit yang tetap tinggi, diharapkan dapat mendukung stabilitas ekonomi nasional dan mendorong peningkatan produktivitas sektor riil. Hal ini juga menjadi sinyal positif bagi dunia usaha dalam memanfaatkan pembiayaan perbankan untuk memperluas kapasitas bisnis mereka.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index