BSI

BSI Jadi Bank Emas Pertama di Indonesia, Dorong Ekonomi Syariah Nasional

BSI Jadi Bank Emas Pertama di Indonesia, Dorong Ekonomi Syariah Nasional
BSI Jadi Bank Emas Pertama di Indonesia, Dorong Ekonomi Syariah Nasional

Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) mempertegas posisinya sebagai salah satu penggerak utama ekonomi syariah nasional dengan penunjukan resmi sebagai pengelola bank emas (bullion bank) pertama di Indonesia sejak 26 Februari 2024. Langkah strategis ini tidak hanya mengukuhkan BSI sebagai pemain utama dalam perbankan syariah, tetapi juga menjadi terobosan besar dalam pengelolaan komoditas emas di Tanah Air, Selasa, 25 Maret 2025.

Regional CEO BSI Semarang, Ficko Hardowiseto, menjelaskan bahwa BSI berkomitmen untuk mengembangkan emas sebagai komoditas strategis dalam industri perbankan syariah. Menurutnya, penunjukan sebagai bank emas memberikan peluang besar untuk mengoptimalkan ekosistem ekonomi syariah yang dapat memberikan nilai investasi kepada masyarakat luas.

“Hal ini didasari oleh potensi dan peluang pengembangan alternatif bisnis yang memberikan nilai investasi bagi masyarakat,” ujar Ficko dalam acara buka puasa bersama jurnalis di Semarang. “Penunjukan BSI sebagai entitas pengelola bank emas diharapkan memberikan manfaat bagi masyarakat, industri, dan insyaAllah perekonomian bangsa melalui optimalisasi ekosistem ekonomi syariah.”

Potensi Pasar Emas Indonesia

Indonesia memiliki potensi pasar emas yang sangat besar, namun belum dimanfaatkan secara optimal. Berdasarkan data yang dihimpun, konsumsi emas per kapita Indonesia baru mencapai 0,16 gram — angka terendah di kawasan Asia Tenggara. Hal ini menunjukkan adanya peluang besar untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam investasi emas.

Kajian McKinsey mengungkapkan bahwa emas yang beredar di masyarakat Indonesia mencapai 1.800 ton, mencakup seluruh rantai pasok dari hulu hingga hilir. Dari jumlah tersebut, sekitar 321 ton berbentuk perhiasan dan emas batangan yang berpotensi untuk dimonetisasi.

Potensi ini semakin kuat mengingat Indonesia memiliki cadangan emas nomor enam terbesar di dunia, dengan total cadangan mencapai 2.600 ton. Selain itu, Indonesia juga tercatat sebagai produsen emas global top 10 dengan produksi mencapai 100 ton pada tahun 2020.

“Melalui bank emas, BSI bisa menangkap nilai ekonomi dari seluruh rantai pasok emas, memonetisasi aset yang selama ini tidak produktif, serta memberikan alternatif investasi syariah yang aman dan mudah,” jelas Ficko.

Dampak Bank Emas terhadap Ekonomi Syariah

Sebagai bank emas, BSI tidak hanya berfokus pada pengelolaan komoditas, tetapi juga mengintegrasikan layanan investasi syariah yang lebih luas. Dengan adanya bank emas, masyarakat dapat dengan mudah memiliki akses terhadap produk investasi berbasis emas sesuai dengan prinsip syariah. Hal ini juga berpotensi mendorong peningkatan literasi keuangan masyarakat dalam memahami investasi berbasis syariah.

Langkah BSI ini juga sejalan dengan upaya pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dunia. Pengelolaan bank emas diyakini mampu memberikan dampak positif terhadap stabilitas ekonomi nasional dan memperkuat posisi Indonesia di pasar global.

Prospek Masa Depan dan Tantangan

Namun, meski memiliki potensi besar, pengembangan bank emas di Indonesia masih dihadapkan pada tantangan, termasuk rendahnya pemahaman masyarakat terhadap investasi syariah dan fluktuasi harga emas di pasar global. Oleh karena itu, BSI berencana untuk terus mengedukasi masyarakat mengenai keuntungan investasi emas syariah yang berkelanjutan dan aman.

“Ke depan, kami akan terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat agar semakin banyak yang memahami manfaat dan peluang investasi melalui bank emas,” tutup Ficko.

Dengan penunjukan sebagai pengelola bank emas, BSI diharapkan dapat membuka lembaran baru dalam pengelolaan komoditas emas berbasis syariah di Indonesia, memberikan manfaat bagi masyarakat luas, serta menjadi katalis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional secara berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index