JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyatakan bahwa percepatan dan penyederhanaan distribusi pupuk merupakan langkah revolusioner yang berdampak besar terhadap peningkatan produktivitas padi nasional. Kebijakan baru ini disebutnya sebagai “revolusi pertanian” yang secara langsung mendorong kesejahteraan petani dan ketahanan pangan nasional.
Pernyataan tersebut disampaikan Mentan dalam kegiatan panen raya padi serentak yang digelar di 14 provinsi dan dipusatkan di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Senin, 7 April 2025. Acara ini dipimpin langsung oleh Presiden Prabowo Subianto sebagai bentuk komitmen kuat pemerintah terhadap sektor pertanian.
Distribusi Pupuk Kini Lebih Cepat dan Sederhana
Dalam keterangannya, Mentan Amran menegaskan bahwa sistem distribusi pupuk kini telah mengalami perubahan mendasar. Prosedur panjang dan birokratis yang selama ini menjadi hambatan bagi petani dalam memperoleh pupuk, kini telah dipangkas secara signifikan berkat kebijakan Presiden Prabowo Subianto melalui Instruksi Presiden (Inpres) terbaru.
“Dulu distribusi pupuk harus melalui tanda tangan 12 menteri, 38 gubernur, dan 500-an kepala daerah. Sekarang, berkat Inpres yang Bapak Presiden tandatangani, distribusi pupuk bisa langsung dari Kementerian Pertanian ke pabrik, lalu ke kelompok tani. Ini adalah revolusi di sektor pertanian,” ujar Mentan Amran.
Langkah ini dinilai sebagai terobosan penting yang tidak hanya mempercepat akses, tetapi juga mengurangi potensi penyimpangan serta meningkatkan efisiensi distribusi pupuk bersubsidi ke tangan petani.
Apresiasi untuk Presiden Prabowo Subianto
Lebih lanjut, Mentan menyampaikan apresiasi mendalam kepada Presiden Prabowo atas perhatian dan komitmen luar biasa terhadap sektor pertanian. Menurutnya, keberhasilan reformasi distribusi pupuk dan sejumlah program lainnya tidak akan terwujud tanpa dukungan penuh dari Presiden.
“Ada 100 juta petani yang menyampaikan terima kasih kepada Bapak Presiden. Mereka juga mengapresiasi kebijakan pupuk yang kini jauh lebih sederhana dan langsung menyentuh kebutuhan di lapangan,” kata Mentan.
Amran juga menyebut bahwa peningkatan harga gabah hingga Rp6.500 per kilogram menjadi bukti keberpihakan pemerintah kepada petani. Harga ini dinilai layak dan menguntungkan bagi petani, sekaligus mendorong semangat untuk meningkatkan produktivitas.
“Harga gabah saat ini Rp6.500/kg. Ini bukan hanya membahagiakan petani, tetapi juga menjadi bukti nyata dari hasil kebijakan Presiden yang pro terhadap petani,” ucapnya.
Pompanisasi Jadi Penyelamat Produksi di Tengah El Nino
Dalam kesempatan yang sama, Mentan Amran mengungkapkan bahwa program pompanisasi yang digagas oleh Kementerian Pertanian juga telah membuahkan hasil positif. Di tengah krisis iklim El Nino yang berkepanjangan, program tersebut mampu menyelamatkan sektor pertanian dari ancaman gagal panen.
“Pompanisasi terbukti sangat efektif. Di Pulau Jawa saja, program ini meningkatkan produksi padi hingga 2,8 juta ton,” jelas Amran.
Pompanisasi menjadi solusi konkret bagi daerah-daerah rawan kekeringan. Dengan dukungan pompa air dan infrastruktur irigasi, petani mampu melanjutkan aktivitas tanam meskipun curah hujan minim.
Produksi Gabah Nasional Capai 52 Persen Target
Mengutip data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), Mentan menyebut bahwa produksi gabah nasional sepanjang Januari hingga Maret 2025 telah mencapai 52 persen dari total target tahunan. Ini menjadi indikator kuat bahwa target produksi padi nasional sebesar 32 juta ton pada 2025 berpeluang besar tercapai.
“Sementara itu, data BPS mencatat bahwa produksi gabah nasional periode Januari hingga Maret 2025 telah mencapai 52 persen dari total target tahunan,” kata Amran optimistis.
Sebagai informasi, pemerintah melalui Kementerian Pertanian menargetkan produksi padi nasional mencapai 32 juta ton tahun ini. Target ini merupakan bagian dari strategi besar untuk mewujudkan swasembada pangan pada 2027, sebagaimana visi Presiden Prabowo Subianto.
Sinergi Lintas Sektor Jadi Kunci Keberhasilan
Mentan Amran menegaskan bahwa capaian-capaian positif di sektor pertanian saat ini tak lepas dari kerja sama lintas sektor dan sinergi dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, hingga kelompok tani.
“Capaian saat ini adalah hasil sinergi lintas sektor dan respons cepat dari pemerintah pusat hingga daerah dalam menyikapi tantangan pangan nasional,” ujarnya.
Ia menambahkan, kecepatan dalam merespons dinamika iklim, pasar, serta ketersediaan sarana produksi pertanian seperti pupuk, menjadi kunci utama dalam menjaga stabilitas produksi pangan.
Panen Raya Jadi Simbol Kebangkitan Petani
Kegiatan panen raya serentak ini juga disebut sebagai simbol kebangkitan dan optimisme petani di tengah berbagai tantangan. Kehadiran langsung Presiden Prabowo Subianto dalam kegiatan ini menjadi bukti bahwa negara hadir mendampingi petani sebagai garda terdepan ketahanan pangan.
“Presiden datang langsung ke sawah, memimpin panen, dan berdialog dengan petani. Ini bukan hanya soal panen padi, tapi tentang membangun kepercayaan dan kebanggaan petani terhadap profesinya,” kata Mentan.
Diketahui, dalam momen panen raya tersebut, Presiden Prabowo juga menyampaikan kegembiraannya atas keberhasilan petani, bahkan sempat menyebut kata “Saya Bahagia” hingga enam kali sebagai bentuk kepuasan terhadap kerja keras para petani dan Kementerian Pertanian.
Menuju Swasembada Pangan 2027
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian terus melangkah maju untuk memastikan ketahanan dan kedaulatan pangan nasional. Target swasembada pangan tahun 2027 menjadi cita-cita besar yang kini mulai menunjukkan hasil nyata di lapangan.
Mentan Amran optimistis bahwa dengan dukungan kebijakan pro-petani, pemanfaatan teknologi, dan manajemen distribusi yang efisien, Indonesia akan mampu mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri tanpa bergantung pada impor.
“Kita punya semua modal untuk mandiri pangan. Lahan ada, petani hebat, dan sekarang didukung kebijakan yang cepat dan berpihak. Ini momentum kita,” pungkas Mentan.