JAKARTA - Bursa saham Amerika Serikat kembali diguncang oleh gejolak tajam, menyusul kebijakan tarif impor yang resmi diberlakukan oleh Presiden Donald Trump. Kebijakan yang menuai kontroversi tersebut langsung memicu reaksi negatif dari pelaku pasar, terutama pada sektor perbankan yang mengalami tekanan paling signifikan. Pada penutupan perdagangan Kamis, 3 April 2025, indeks saham perbankan Nasdaq atau KBW Bank Index (BKX) merosot tajam, hampir menyentuh penurunan 10%, menurut laporan dari Reuters.
Anjloknya indeks BKX ini menandai salah satu pelemahan paling drastis dalam dua tahun terakhir, sejak krisis perbankan yang melanda Amerika Serikat pada Maret 2023. Kala itu, indeks sektor perbankan sempat tumbang hingga 11% akibat kegagalan beberapa bank besar seperti Silicon Valley Bank dan Signature Bank, yang mengguncang stabilitas pasar keuangan AS.
Kebijakan tarif baru Trump, yang menyasar berbagai produk impor strategis, memicu kekhawatiran mendalam terkait prospek pertumbuhan ekonomi global. Investor cemas bahwa ketegangan perdagangan internasional yang meningkat dapat memperlambat arus perdagangan global, memicu inflasi, dan bahkan menyeret perekonomian Amerika Serikat menuju jurang resesi.
"Pasar saat ini tengah bereaksi terhadap kombinasi dari risiko geopolitik dan kebijakan proteksionis yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump," ujar analis pasar dari Reuters. Ia menambahkan, "Sektor perbankan sangat sensitif terhadap perubahan prospek ekonomi karena berkaitan langsung dengan permintaan kredit dan stabilitas finansial."
Selain sektor perbankan, sejumlah sektor lainnya di bursa AS juga mengalami tekanan, namun bank-bank menjadi yang paling terpukul. Ini lantaran kekhawatiran bahwa kenaikan tarif akan menekan aktivitas ekonomi, mengurangi permintaan pembiayaan, dan meningkatkan risiko kredit macet.
KBW Bank Index sendiri mencerminkan kinerja saham-saham bank besar di Amerika Serikat, termasuk JPMorgan Chase, Bank of America, Citigroup, Wells Fargo, dan Goldman Sachs. Pada perdagangan Kamis tersebut, saham-saham bank papan atas ini kompak melemah. JPMorgan Chase terkoreksi lebih dari 9%, sementara Bank of America merosot hingga 8,5%. Citigroup dan Wells Fargo tak luput dari tekanan, masing-masing turun sekitar 9% dan 8%.
"Kebijakan tarif ini membawa ketidakpastian besar bagi dunia usaha dan sektor keuangan," ungkap seorang ekonom senior yang dikutip Reuters. "Jika pelaku usaha menahan ekspansi dan belanja modal, permintaan terhadap pinjaman juga akan melambat. Ini jelas berita buruk bagi sektor perbankan."
Presiden Trump sendiri membela kebijakannya dengan menyatakan bahwa tarif impor tersebut diperlukan untuk melindungi industri dalam negeri Amerika dari praktik perdagangan yang tidak adil. Dalam pernyataannya, Trump mengatakan, "Amerika tidak akan lagi menjadi korban ketidakadilan perdagangan. Kami akan memastikan bahwa setiap produk asing yang masuk membayar tarif yang adil, demi kepentingan pekerja dan industri dalam negeri kita."
Namun, pernyataan Trump tidak banyak meredakan kekhawatiran pasar. Sebaliknya, banyak analis memprediksi bahwa langkah ini justru bisa memicu balasan dari negara-negara mitra dagang, sehingga memperdalam ketegangan perdagangan global.
"Risiko terbesar dari kebijakan ini adalah balasan tarif dari negara lain, yang bisa menciptakan efek domino terhadap perdagangan dan investasi global," kata analis pasar modal dari Reuters. "Jika negara-negara lain membalas dengan kebijakan serupa, bank-bank akan semakin tertekan karena ekspektasi perlambatan ekonomi yang meluas."
Dampak dari gejolak ini juga tercermin dalam pergerakan indeks utama lainnya di Wall Street. Indeks Dow Jones Industrial Average turun sekitar 2,3%, sementara S&P 500 melemah 2,7%. Indeks Nasdaq Composite yang sarat teknologi juga tertekan, mencatat penurunan sekitar 3%.
Kondisi ini menambah daftar panjang tantangan yang harus dihadapi sektor keuangan global sepanjang 2025. Selain kebijakan proteksionis AS, faktor-faktor lain seperti volatilitas suku bunga, inflasi yang tinggi, dan ketidakpastian geopolitik juga membayangi prospek industri perbankan.
Para investor kini menanti langkah lanjutan dari otoritas moneter, terutama Federal Reserve, dalam merespons gejolak pasar ini. Apakah The Fed akan mempertimbangkan pelonggaran kebijakan guna meredam dampak negatif dari kebijakan tarif Trump, atau justru tetap mempertahankan sikap waspada dalam mengendalikan inflasi?
"Ketidakpastian ini akan terus membebani pasar dalam beberapa minggu ke depan," ujar analis keuangan. "Pelaku pasar harus mencermati dengan seksama setiap pernyataan dan kebijakan dari The Fed, serta perkembangan terbaru dalam hubungan dagang internasional."
Dengan perkembangan terkini ini, jelas bahwa pasar keuangan global tengah memasuki fase penuh tantangan. Sektor perbankan AS yang selama ini menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi, kini harus menghadapi tekanan hebat akibat kebijakan perdagangan yang agresif dari Gedung Putih.
Sebagai penutup, pelaku pasar diimbau untuk tetap waspada dan memantau dinamika global yang terus berubah. Langkah strategis diperlukan untuk merespons ketidakpastian yang ada, demi menjaga stabilitas portofolio investasi di tengah badai kebijakan proteksionis yang melanda dunia.