JAKARTA - Setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa, momen Lebaran sering kali diisi dengan berbagai hidangan lezat dan kebiasaan makan yang berubah drastis. Mulai dari makanan manis, bersantan, hingga camilan berlemak, semua bisa berdampak pada kesehatan tubuh. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan pasca-Lebaran guna memastikan kondisi tubuh tetap prima.
Menurut para ahli kesehatan, perubahan pola makan yang tiba-tiba dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit, seperti diabetes, hipertensi, kolesterol tinggi, hingga gangguan fungsi hati. Untuk itu, pemeriksaan kesehatan menjadi langkah preventif yang sangat dianjurkan setelah perayaan Idulfitri.
"Setelah Lebaran, banyak orang mengalami perubahan dalam kondisi kesehatan akibat pola makan yang tidak terkontrol. Melakukan pemeriksaan kesehatan dapat membantu mendeteksi masalah sejak dini dan mencegah komplikasi yang lebih serius," ujar dr. Andika Pratama, seorang dokter spesialis penyakit dalam.
Berikut ini adalah tujuh jenis tes kesehatan yang sebaiknya dilakukan setelah Lebaran untuk memastikan tubuh tetap sehat dan bugar.
1. Cek Kadar Gula Darah
Saat Lebaran, konsumsi makanan dan minuman manis seperti kue kering, sirup, dan aneka hidangan pencuci mulut cenderung meningkat. Hal ini bisa menyebabkan lonjakan kadar gula darah yang berisiko memicu diabetes atau hiperglikemia.
Pemeriksaan gula darah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu tes gula darah puasa (GDP) dan tes gula darah sewaktu (GDS). Jika hasilnya melebihi batas normal (di atas 126 mg/dL untuk GDP atau 200 mg/dL untuk GDS), maka perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut.
"Gula darah yang tinggi dapat menjadi tanda awal diabetes. Oleh karena itu, setelah Lebaran, sangat dianjurkan untuk memeriksa kadar gula darah guna memastikan tidak ada masalah kesehatan yang berkembang," kata dr. Andika.
2. Tes Kolesterol
Makanan bersantan dan berlemak tinggi seperti rendang, opor ayam, dan gulai sering menjadi menu utama saat Lebaran. Jika dikonsumsi berlebihan, kadar kolesterol jahat (LDL) dalam tubuh bisa meningkat dan meningkatkan risiko penyakit jantung serta stroke.
Tes kolesterol meliputi pemeriksaan kolesterol total, LDL, HDL (kolesterol baik), serta trigliserida. Hasil normal kolesterol total sebaiknya tidak lebih dari 200 mg/dL, sedangkan kadar LDL yang ideal berada di bawah 100 mg/dL.
Jika kadar kolesterol tinggi, dokter biasanya akan menyarankan perubahan pola makan dan aktivitas fisik untuk mengembalikan keseimbangan metabolisme tubuh.
3. Pemeriksaan Kesehatan Jantung
Setelah Lebaran, penting untuk memeriksa kondisi jantung, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat hipertensi, diabetes, atau kolesterol tinggi. Pola makan yang tidak teratur dan konsumsi makanan berlemak dapat meningkatkan tekanan pada sistem kardiovaskular.
Pemeriksaan kesehatan jantung dapat mencakup elektrokardiogram (EKG), echocardiogram, atau tes treadmill untuk melihat kondisi dan fungsi jantung secara keseluruhan.
"Bagi yang memiliki faktor risiko penyakit jantung, sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan setelah Lebaran guna memastikan tidak ada gangguan pada fungsi jantung," ujar dr. Andika.
4. Cek Tekanan Darah
Konsumsi makanan tinggi garam, seperti kerupuk, ikan asin, dan makanan olahan, dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah. Jika tidak dikontrol, tekanan darah tinggi dapat meningkatkan risiko stroke dan penyakit ginjal.
Tekanan darah normal berada di kisaran 120/80 mmHg. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan tekanan darah tinggi di atas 140/90 mmHg, maka diperlukan evaluasi lebih lanjut serta perubahan gaya hidup untuk menurunkan risikonya.
5. Tes Fungsi Hati
Hati merupakan organ yang bertanggung jawab dalam proses metabolisme lemak dan detoksifikasi tubuh. Konsumsi makanan tinggi lemak dan santan dalam jumlah berlebihan bisa membebani kerja hati dan meningkatkan kadar enzim hati dalam darah.
Tes fungsi hati biasanya meliputi pemeriksaan SGOT dan SGPT, yang akan menunjukkan apakah ada gangguan fungsi hati akibat pola makan yang tidak sehat. Jika kadar enzim hati melebihi batas normal, dokter akan menyarankan perubahan gaya hidup untuk mengembalikan fungsi hati yang optimal.
6. Pengukuran Berat Badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Peningkatan berat badan sering menjadi dampak dari pola makan yang kurang terkontrol selama Lebaran. Untuk itu, mengukur berat badan dan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) bisa menjadi langkah awal dalam mengevaluasi kondisi fisik.
IMT dihitung dengan rumus berat badan (kg) dibagi tinggi badan kuadrat (m²). Rentang normal IMT adalah 18,5 – 24,9. Jika nilai IMT melebihi 25, maka termasuk kategori overweight, sedangkan di atas 30 sudah masuk dalam kategori obesitas.
"Obesitas bisa meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis, termasuk diabetes, hipertensi, dan gangguan jantung. Oleh karena itu, penting untuk mengontrol berat badan pasca-Lebaran," jelas dr. Andika.
7. Konsultasi dengan Ahli Gizi
Setelah melakukan berbagai tes kesehatan, langkah selanjutnya adalah konsultasi dengan ahli gizi untuk menyesuaikan pola makan dan gaya hidup agar tetap sehat.
Ahli gizi dapat memberikan rekomendasi mengenai asupan nutrisi yang seimbang, pengurangan konsumsi gula dan lemak, serta perencanaan pola makan sehat. Dengan demikian, tubuh dapat kembali ke kondisi terbaiknya setelah pola makan yang kurang terkontrol selama Lebaran.
Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan Pasca-Lebaran
Lebaran bukan hanya momen untuk bersilaturahmi, tetapi juga saat yang tepat untuk mengevaluasi kesehatan setelah perubahan pola makan selama bulan Ramadan. Dengan melakukan tujuh pemeriksaan kesehatan ini, masyarakat bisa mencegah risiko penyakit serius dan menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
"Jangan abaikan kesehatan setelah Lebaran. Pemeriksaan kesehatan secara berkala bisa menjadi langkah awal dalam mencegah penyakit kronis dan memastikan tubuh tetap fit," tutup dr. Andika.
Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, kita bisa menikmati kebahagiaan Lebaran tanpa harus mengorbankan kesehatan. Segera lakukan pemeriksaan dan jaga pola hidup sehat agar tubuh tetap bugar sepanjang tahun!