TANA TORAJA – Dalam perayaan Natal kali ini, sebanyak 883 kepala keluarga di 14 desa di Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, merasakan kebahagiaan berbeda. Desa-desa yang tadinya bergelap gulita kini diterangi oleh listrik PLN selama 24 jam, memberikan kemudahan yang sebelumnya hanya bisa diimpikan.
Setelah bertahun-tahun terjebak dalam kegelapan, mengandalkan lampu minyak dan lilin, kehadiran listrik ini menjadi hadiah tak ternilai bagi masyarakat. Desa-desa terpencil ini kini memiliki harapan baru dan perubahan besar dalam kehidupan sehari-hari mereka dengan adanya aliran listrik yang andal.
Transformasi Ekonomi dan Pariwisata
Hadirnya listrik tidak hanya memberikan penerangan bagi desa-desa tersebut, tetapi juga membuka peluang ekonomi dan pariwisata yang lebih luas. Dengan pemandangan alam dan budaya yang memikat, suasana malam di desa-desa ini menjadi lebih memesona, menarik perhatian wisatawan, terutama menjelang perayaan Natal.
Kornelius Tandiboro, seorang warga Desa Lemo Menduruk, mengungkapkan rasa syukur atas penerangan dari PLN. "Tadinya gelap, sekarang terang, dan ini sangat membantu ekonomi serta pembangunan desa. Kami optimis listrik akan mensejahterakan masyarakat," ungkap Kornelius pada Rabu, 18 Desember 2024.
Setriant, warga lainnya di desa yang sama, juga merasakan dampak positif dari listrik yang kini tersedia di desanya. Dia menyampaikan terima kasih yang mendalam kepada PLN atas perubahan signifikan yang telah dirasakan. “Listrik ini tidak hanya untuk penerangan, tapi juga meningkatkan produktivitas kami. Kami yakin PLN akan terus berkomitmen menerangi lebih banyak desa,” tambahnya.
PLN Menghadapi Tantangan
Menerangi desa-desa terpencil ini bukanlah suatu pekerjaan mudah bagi PLN. General Manager PLN Unit Induk Distribusi Sulselrabar, Budiono, menjelaskan bahwa berbagai rintangan harus dihadapi, mulai dari infrastruktur terbatas, medan perbukitan yang terjal, hingga cuaca dengan hujan deras yang sering kali menyulitkan pekerjaan tim di lapangan.
“Jalanan berbatu dan rawan longsor tidak menjadi penghalang bagi tim PLN. Kami berkomitmen untuk terus mewujudkan keadilan energi, termasuk di wilayah 3T. Listrik adalah kebutuhan primer, dan kami ingin memastikan anak-anak dapat belajar di malam hari serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” jelas Budiono.
PLN telah membangun Jaringan Tegangan Menengah (JTM) sepanjang 49,2 kilometer sirkuit (kms), Jaringan Tegangan Rendah (JTR) sepanjang 29,6 kms, dan memasang 22 gardu distribusi dengan kapasitas total 925 kilo Volt Ampere (kVA) di ke-14 desa tersebut. Semua ini dikerjakan demi mencapai tujuan akhir: Terang untuk semua.
Capaian Rasio Elektrifikasi
Hingga November 2024, Rasio Elektrifikasi di Sulawesi Selatan telah mencapai 99,99 persen, mencerminkan komitmen kuat PLN dalam pembangunan berkelanjutan berbasis prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). Dengan kehadiran listrik, aktivitas ekonomi lokal diharapkan dapat didorong dan menciptakan peluang baru bagi masyarakat setempat.
Budiono pun secara khusus mengapresiasi dukungan dari pemerintah daerah dan masyarakat dalam membantu mobilisasi material yang dibutuhkan. Ia menekankan pentingnya menjaga aset-aset PLN agar dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat.
“Kehadiran listrik 24 jam dari PLN menjadikan malam Natal di Tana Toraja tidak lagi suram. Desa-desa yang sebelumnya gelap kini bercahaya, membawa sukacita dan harapan bagi masyarakat setempat. Listrik tidak hanya menerangi rumah, tetapi juga memberikan semangat baru untuk membangun masa depan yang lebih cerah,” pungkas Budiono.
Dengan hadirnya listrik di desa-desa terpencil ini, Tana Toraja kini tidak hanya hidup dalam kegelapan saat malam hari, tetapi telah bertransformasi menjadi kawasan yang memiliki potensi lebih besar untuk berkembang secara sosial dan ekonomi. Perubahan ini menjadi bukti nyata dari janji PLN untuk membawa harapan baru bagi pelosok negeri.