MINYAK

Menguatnya Harga Minyak Mentah di Awal Pekan, Analisis Pasar dan Pandangan Para Ahli

Menguatnya Harga Minyak Mentah di Awal Pekan, Analisis Pasar dan Pandangan Para Ahli
Menguatnya Harga Minyak Mentah di Awal Pekan, Analisis Pasar dan Pandangan Para Ahli

JAKARTA - Harga minyak mentah menunjukkan penguatan di awal pekan ini, dipicu oleh data inflasi Amerika Serikat yang lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Hal ini menghidupkan kembali harapan akan pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut, meskipun ancaman surplus pasokan di tahun depan tetap membayangi pasar.

Pada hari Senin, 23 Desember 2024, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Februari 2025 tercatat naik 37 sen, atau sekitar 0,5%, menjadi USD 73,31 per barel. Dalam jalur yang sama, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami kenaikan sebesar 40 sen, atau setara dengan 0,6%, sehingga mencapai level USD 69,86 per barel.

Tony Sycamore, analis pasar dari IG, memberikan pandangannya mengenai situasi ini. "Aset berisiko, termasuk saham berjangka AS dan minyak mentah, telah mengawali minggu ini dengan pijakan yang lebih kuat," ujarnya. Ia menambahkan bahwa penurunan data inflasi berperan penting dalam meredakan kekhawatiran yang muncul setelah langkah pemangkasan suku bunga agresif oleh Federal Reserve.

Sycamore juga menyinggung perkembangan politik di AS sebagai faktor pendukung pasar minyak. "Saya pikir Senat AS yang meloloskan undang-undang untuk mengakhiri penutupan sementara selama akhir pekan telah membantu," tambahnya.

Meskipun demikian, ketidakpastian masih menyelimuti pasar minyak. Kedua patokan harga minyak mentah, Brent dan WTI, mengalami penurunan lebih dari 2% pada pekan lalu, dilatarbelakangi oleh kekhawatiran mengenai pertumbuhan ekonomi global serta permintaan minyak yang melemah. Hal ini diperparah oleh pernyataan bank sentral AS yang mengisyaratkan kehati-hatian dalam pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut.

Dari sisi lain, riset dari perusahaan penyulingan minyak terkemuka Asia, Sinopec, menunjukkan bahwa konsumsi minyak di China diprediksi akan mencapai puncaknya pada tahun 2027. Prediksi ini turut menambah tekanan pada harga minyak global.

Laporan terbaru dari Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) pada hari Jumat menyebutkan bahwa manajer keuangan telah menaikkan posisi net-long minyak mentah berjangka dan opsi AS mereka hingga tanggal 17 Desember. Hal ini biasanya menandakan kepercayaan investor bahwa harga minyak akan cenderung menguat dalam waktu dekat.

Sementara itu, kekhawatiran tentang pasokan di Eropa mendapat pengurangan setelah laporan menyebutkan bahwa jaringan pipa Druzhba, yang berfungsi mendistribusikan minyak dari Rusia dan Kazakhstan ke negara-negara seperti Hungaria, Slowakia, Republik Ceko, dan Jerman, telah kembali beroperasi setelah sempat terhenti akibat masalah teknis di stasiun pompa Rusia. Pengiriman minyak dilanjutkan kembali pada hari Sabtu, sebagaimana dilaporkan oleh kantor berita negara BelTa Belarus.

Pada hari Minggu, Menteri Luar Negeri Hungaria Peter Szijjarto mengumumkan bahwa pasokan melalui pipeline Druzhba ke negaranya telah dilanjutkan. Sebelum penghentian, pipa ini mengirimkan sekitar 300.000 barel minyak mentah per hari.

Di sisi politik internasional, Presiden AS Donald Trump pada hari Jumat lalu meminta Uni Eropa meningkatkan impor minyak dan gas dari AS, mengancam akan memberlakukan tarif pada ekspor blok tersebut jika tidak ada respons positif. Komisi Eropa telah menyatakan kesiapan untuk berdiskusi dengan Trump mengenai cara memperkuat hubungan, termasuk di sektor energi.

Menguatnya harga minyak berada dalam kontras dengan prediksi analis dari Macquarie, dimana mereka memproyeksikan surplus pasokan untuk tahun mendatang, yang dapat membuat rata-rata harga Brent menurun menjadi USD 70,50 per barel, dari rata-rata tahun ini yang mencapai USD 79,64 per barel. "Surplus pasokan yang terus meningkat akan terus menekan harga minyak sepanjang 2025," menurut laporan mereka di bulan Desember.

Berbagai faktor ini mempengaruhi dinamika harga minyak dunia, dan para pelaku pasar akan terus memantau perkembangan yang ada demi menjaga keseimbangan antara penawaran dan permintaan yang dinamis.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index