Pasca banjir bandang yang menghantam Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, suara desakan akan perlunya evaluasi aktivitas pertambangan semakin menggema. Pramuka Peduli Kabupaten Situbondo, yang kerap berada di garis depan dalam kegiatan kemanusiaan, kini angkat bicara mengenai masalah lingkungan yang melatarbelakangi bencana ini.
Banjir bandang pada Selasa (24 Desember) tersebut tercatat merusak 220 rumah warga serta menghancurkan infrastruktur penting di wilayah ini. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Situbondo mencatat tiga jembatan putus dan sejumlah fasilitas umum lainnya rusak parah akibat terjangan air yang membawa material lumpur dan batu dari daerah hulu.
Ketua Pramuka Peduli Situbondo, Hadi Prianto, menyampaikan kekhawatiran tentang aktivitas pertambangan yang marak di daerah tersebut. "Kami mendapatkan laporan dari warga bahwa ada aktivitas pertambangan legal dan ilegal di Desa Tambak Ukir, hulu sungai ini," ujarnya saat ikut serta dalam kegiatan kerja bakti membersihkan material banjir di Desa Kendit, Rabu 25 Desember 2024.
Hadi dengan tegas meminta pemerintah untuk segera mengambil tindakan dengan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap praktik pertambangan di kawasan ini. "Aktivitas pertambangan tentunya akan memperlemah struktur tanah dan meningkatkan risiko erosi, termasuk juga dapat mengubah pola aliran air," jelasnya, menyoroti konsekuensi lingkungan serius yang bisa timbul akibat pengabaian ini.
Tidak hanya aktivitas tambang, alih fungsi lahan di kawasan Perhutani yang berada di daerah aliran sungai juga disebut sebagai salah satu penyebab utama banjir bandang. "Kondisi hutan di hulu sungai itu kini gundul karena banyak lahan hutan beralih fungsi menjadi lahan pertanian. Ini harus segera menjadi fokus evaluasi pemerintah daerah," lanjut Hadi. Ia menekankan pentingnya pemulihan fungsi hutan sebagai penyangga alami untuk mencegah terjadinya bencana serupa di masa depan.
Pramuka Peduli tak tinggal diam menanggapi musibah ini. Mereka mengirim 40 personel untuk turut membantu warga dalam membersihkan sisa-sisa material banjir di Desa Tambak Ukir dan Desa Kendit. Usaha ini adalah bukti solidaritas mendalam dari Pramuka Peduli sembari memberikan dukungan moral dan materiil kepada warga yang terdampak.
Ketua Kwarcab Pramuka Situbondo juga berharap agar pemerintah daerah segera membuat kebijakan yang lebih ramah lingkungan. Ia menambahkan, "Ini adalah kesempatan pemerintah untuk menunjukkan kepedulian nyata terhadap lingkungan serta keselamatan warga."
Kawasan Kecamatan Kendit memang dikenal memiliki potensi tambang yang cukup tinggi. Namun, potensi ekonomi ini harus diimbangi dengan kebijakan eksploitasi yang bijak dan berkelanjutan demi menjaga kelestarian lingkungan. Masalah lingkungan seperti deforestasi dan perubahan tata guna lahan hanya akan memperparah situasi sosial dan ekonomi masyarakat sekitar jika tidak ditangani dengan seksama.
Menurut Hadi Prianto, peran serta masyarakat juga sangat dibutuhkan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Pendidikan dan kesadaran lingkungan di tingkat lokal harus ditingkatkan guna meminimalisir dampak buruk yang mungkin terjadi dari aktivitas manusia yang tidak bersahabat dengan alam.
“Membangun kembali lebih baik harus menjadi pedoman dalam penanganan bencana ini, tidak hanya fokus pada fisik bangunan, tetapi juga memperkuat kapasitas masyarakat untuk bertahan terhadap bencana di masa mendatang,” tutup Hadi dengan penuh harap.
Dengan peringatan dari kelompok masyarakat seperti Pramuka Peduli, diharapkan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan terkait segera merespons dengan tindakan yang tepat. Evaluasi menyeluruh terhadap aktivitas pertambangan dan pemulihan fungsi hutan menjadi langkah awal vital yang harus diambil untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan masyarakat Situbondo di masa depan.